Semua Bab Adik Angkatku, Istriku: Bab 71 - Bab 80
115 Bab
Bab 71
Mendengarkan Dania Kaki Arjuna sudah dirongten, setelah diberikan obat penghilang nyeri. Mereka menunggu hasil yang akan dibacakan. dokter. Arjuna masih tertidur. Aku dan bunda masih menjaganya di ruang perawatan bersama Alisha.Hasil rongten sudah diperiksa oleh tim dokter ortopedi. Patahnya tulang kering Arjuna masih bisa diperbaiki kondisinya dengan melakukan operasi secepatnya. Siang ini jika kondisi Arjuna stabil mereka akan langsung melaksanakan operasi. Alisha tak sanggup menahan air mata. Setiap kali coba ditahannya, maka semakin deras mengalir. Arjuna mulai sadar dari pengaruh obat bius, saat ini hanya di sekitar lokasi yang patah yang masih diberikan anestesi. “Bunda mengapa menangis? Arjuna janji nanti tidak akan lari lagi saat turun tangga," ucapnya menghibur Alisha yang masih terisak.Alisha hanya menggeleng tak sanggup menjawab pertanyaannya. Aku yang awalnya berbincang dengan bunda kini beranjak mendekati Arjuna. “Arjuna sudah bangun?" tanya nenek sambil tersenyum.
Baca selengkapnya
Bab 72
Mendengarkan Dania 2 Oma menjelaskan jika Kami hanya hadir untuk menghormati undangannya. Tidak perlu berlama-lama langsung kembali ke rumah sakit. Alisha meminta pendapatku."Kita tunggu dahulu. Jika Arjuna tidak protes saat kita memberitahunya, maka kita akan berangkat. Setelah magrib juga tidak apa, sebentar saja nanti," ujarku. "Iya mas." Arjuna masih terlelap. Opa datang membawa makanan yang tadi dibawa Mas Angga. Mereka belum sempat memakannya saat Arjuna masih di dalam ruang operasi tadi. “Kita makan dahulu. Walau sudah dingin tapi masih enak dimakan. Ayo Alisha, Angga.” Alisha mengikuti ku menuju sofa di sebelah kanan ranjang pasien. Ruangan VIP membuat mereka nyaman makan bersama di sana. Oma membuka kotak makan dan mulai memakannya. Alisha jadi ikut lapar, diberikan satu kotak lain untukku.Aku ucapkan terima kasih dan langsung membuka tutupnya. Rasa lapar membuat mereka menikmati makan siang yang tertunda tanpa berbincang. “Papa Angga...,” suara Arjuna lirih terdengar.
Baca selengkapnya
Bab 73
Mungkinkah Cinta? Aku tak berani membalikkan badan, merasakan nafasnya di pundakku saja aku seperti kaku dan tak bisa bernafas. Apakah aku mulai merasakan perasaan cinta pada Mas Angga? “Kok, malah bengong, ayo... kita masih mampir ke rumah sakit lagi kan,” ujarnya cepat. Mas Angga sudah berjalan menuju mobil yang terparkir di halaman. Aku masuk setelah mas Angga masuk ke kursi sopir. Mobil langsung dijalankan menuju rumah sakit. Arjuna pasti sudah menunggu mereka. Sepanjang perjalanan aku tak berani menatap mata Mas Angga, hatiku tak karuan semenjak di rumah besar tadi. Apa yang harus aku lakukan jika memang itu semua terjadi? Setibanya di rumah sakit, aku mendahului berjalan menuju kamar rawat Arjuna. Aku ketuk pelan dan kubuka pintunya. Oma yang duduk di samping ranjang menoleh ke arahku, juga Arjuna yang tersenyum padaku. “Bunda..., Nah bunda sangat cantik sekarang sudah pas berpasangan dengan papa.” Arjuna berkata ambil memberikan dua jempolnya pada kami. Mas Angga juga sud
Baca selengkapnya
Bab 74
Rasa dan Perasaan Alisha Mas Angga menjalankan mobilnya menuju rumah sakit. Mereka sudah berjanji tidak akan lama-lama di pesta resepsi Satria dan Shinta. Suasana sepi menyelimuti perjalanan ke rumah sakit. Ucapan maaf Mas Angga tak bisa aku pahami. Ciuman yang diberikannya jelas membuat perasaanku kacau. Aku masih ingin menata hati sebelum menerima Mas Angga. Tapi perlakuannya tadi membuat aku bergeming. Aku menyukai keberanian Mas Angga menciumku. Hal ini membuat aku yakin Mas Angga benar-benar mencintaiku sebagai seorang wanita. Ciumannya tadi membuat aku ingin merasakannya lagi. “Sha, masih marah?” tanya Mas Angga perlahan. Aku menggeleng. Mas Angga adalah laki-laki jadi wajar memiliki keinginan melihat wanitanya. Tapi aku yang malah takut untuk mencintaimu mas, karena aku mungkin bukan yang terbaik setelah perjalanan hidupku. “Sha, sepertinya mas harus memaksamu untuk menerima mas. Mas sudah hilang kesabaran.” “Oma dan Opa sudah setuju, bunda pasti senang mendapatkan kembal
Baca selengkapnya
Bab 75
Keluarga dan BisnisOma dan Opa mengantar kami ke bandara. Aku mendorong Arjuna yang menggunakan kursi roda. Mas Angga masih memberikan tugas pada Hendra terkait beberapa pekerjaan yang ditinggalkan selama mereka di Singapura.Tak lama Mas Angga menghampiriku dan Arjuna untuk menuju pintu pemeriksaan dan langsung ke pintu keberangkatan setelahnya. Arjuna melambaikan tangan pada Oma dan Opa yang masih menunggu kami masuk ke pintu keberangkatan. Oma dan Opa membalas lambaian tangan Arjuna.Arjuna senang sekali akan bepergian dengan bunda dan papanya. Ini adalah pertama kalinya mereka akan pergi bersama ke luar negeri. Biasanya Arjuna akan naik pesawat hanya bersama bundanya.“Ayo, sayang kita mau masuk. Jangan lupa berdoa ya,” ucapku pada Arjuna.“Baik bunda.”Aku mengikuti Mas Angga yang berjalan di depan kami membawa tas yang berisi perlengkapan Arjuna. Koper kami sudah masuk dalam bagasi. Arjuna sangat senang sekali, sepanjang jalan tak hentinya membicarakan tempat-tempat yang akan d
Baca selengkapnya
Bab 76
Kegembiraan KamiAku terbangun saat kurasakan sebuah tangan mengelus pipiku. Kukerjapkan mataku, Arjuna sudah bangun dan tersenyum padaku.“Bunda pulas sekali tidurnya. Angga haus,” ucapnya dengan raut wajah menyesal.Aku lihat jam di dinding. Pukul 3 pagi. Aku meminta Arjuna menunggu sebentar, bunda akan mengambilkan air minum di dapur. Angga mengangguk dan berjanji akan menunggu.Aku membuka pintu kamar dan berjalan menuju dapur. Di meja makan Mas Angga sedang memakan mi instan. Aku tersenyum melihatnya.“Mas...!”“Eh, Sha. Lapar juga?” tanyanya padaku.“Arjuna haus, aku mau ambil minum mas.”“Sekalian saja di teko. Jadi tidak bolak balik.”Aku mengangguk. Biasanya aku memang meletakkan air minum di nakas. Arjuna jika tidur kadang terbangun karena haus. Saat aku mengambil teko dan akan mengisinya dengan air, perutku berbunyi keroncongan.Wangi mi instan membuat rasa laparku menjadi semakin kuat. Mas Angga tersenyum mendengarnya. Ditariknya tanganku agar duduk di sampingnya. Mas Angg
Baca selengkapnya
Bab 77
Rawat Inap Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit, aku kembali mendengar rintihan Arjuna. Hanya bisa berdoa agar rasa sakit yang dialami Arjuna semakin berkurang. Untungnya jarak ke rumah sakit dari hotel tidak jauh. Arjuna langsung mendapatkan perawatan dan suntikan penghilang rasa sakit. Dokter menyarankan kakinya di rongten kembali. Selain karena jatuh juga memastikan jika kondisi kaki Arjuna baik-baik saja. Aku menyerahkan semua kepada pihak rumah sakit yang terpenting Arjuna bisa sehat kembali. “Baik pak kami usahakan yang terbaik. Kami perlu melakukan koordinasi dengan dokter yang melakukan operasi pada Arjuna,” ucapnya pada Mas Angga. “Baik saya akan memberikan nomor teleponnya agar nanti bisa melakukan koordinasi.” Setelah semua pengecekan awal selesai tak lama Arjuna tertidur karena pengaruh obat yang diberikan. Dokter langsung melakukan rongten pada Arjuna untuk memastikan kondisi kakinya baik. Setelah selesai, dokter memberikan beberapa arahan padaku dan Mas Angga.
Baca selengkapnya
Bab 78
Kerja Jarak Jauh   Pesan yang dikirimkan Hendra membuat aku bertanya. Mengapa Adrian mau bekerja sama denganku mengatasnamakan perusahaan lain. Bukankan Adrian juga sedang bekerja sama dengan ShaBra. Dihembuskannya nafas dengan sedikit kesal. Setelah cukup tenang, dibopongnya Alisha menuju kasur yang disediakan untuk penunggu pasien. Diselimuti hingga terlihat nyaman di sana. Aku kembali ke sofa berniat membalas pesan Hendra. Diskusi malam ini dengan Hendra di Jakarta sedikit banyak membuat aku mengetahui kondisi saat ini di kantor. Aku juga menanyakan mengenai ShaBra. Sebelum berangkat aku juga berpesan pada Hendra untuk sesekali mengecek kantor Alisha. Setelah aku memberikan beberapa arahan untuk pekerjaan selanjutnya aku meminta Hendra mempersiapkan keperluan lamaranku pada Alisha. Aku juga akan mengabari
Baca selengkapnya
Bab 79
Kebahagiaan OmaDokter sudah memeriksa kaki Arjuna dan kondisinya sudah lebih baik. Tak perlu melakukan tindakan karena proses penyembuhan anak seusia Arjuna sangat cepat. Hanya saja dokter berpesan agar tak memaksakan untuk menopang beban dengan kakinya yang sakit.“Apakah aman jika kami melakukan penerbangan kembali ke Jakarta?”“Dengan prosedur yang sama kami rasa aman. Saya sudah menghubungi dokter di Jakarta terkait hasil rongten terakhir, nanti akan ditindak lanjuti di Jakarta. Tak perlu khawatir.”“Terima kasih dokter,” ucapku sambil menoleh pada Arjuna.“Yeay... bisa ketemu oma... yeay...yeay.”Arjuna sangat senang karena dokter mengizinkannya pulang. Dia akan membantu oma menyiapkan pesta untuk bunda dan Papa Angga. Akan dipastikan pestanya meriah.Setelah dokter meninggalkan ruangan aku menghubungi Hendra untuk mengurus tiket kepulanganku. Namun sebelumnya aku minta melakukan pengecekan kontrak yang sudah aku tandatangani, apakah sudah ada feedback pada email perusahaan?Hen
Baca selengkapnya
Bab 80
Bukan Sebuah Kesalahan“Iya mas, aku diantar sopir saja. Kalau ada apa-apa kabari ya mas.”Aku tutup telepon dan meminta bibi untuk meminta sopir bersiap mengantarku ke kantor. Oma yang mendengar suaraku saat menjawab telepon Mas Angga bertanya siapa yang kecelakaan?“Itu oma, di jalan ada tabrak lari Mas Angga kebetulan lewat jadi mengabtar korban ke rumah sakit. Mas Angga sudah meminta Hendra untuk menggantikannya.”“Syukurlah, oma agak khawatir tadi.”Aku pamit pada oma dan Arjuna saat bibi memberitahu jika sopir sudah siap. Arjuna melambaikan tangannya dan kembali bermain bersama oma. Hari ini pasti banyak laporan yang harus aku periksa karena kepergian kami ke Singapura lebih dari waktu yang sudah kami siapkan.Sesampainya di kantor, aku meminta Dania ke ruanganku memberikan laporan selama aku tak ada di tempat, terutama mengenai agenda rapat yang sudah diatur ulang.“Semua sudah memberikan konfirmasinya dan mulai nanti siang sudah ada rapat yang akan dilakukan.”Aku mengangguk s
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
12
DMCA.com Protection Status