Adik Angkatku, Istriku

Adik Angkatku, Istriku

Oleh:  Oase-biru  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
4 Peringkat
115Bab
7.5KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Alisha, Angga, dan Bramantyo memiliki kisahnya masing-masing. Mewarnai perjalanan yang mereka lakukan hingga memendam rasa untuk tak saling menyakiti. Kelamnya perjalanan selalu menghilang saat mereka bahu membahu menghadapinya. Hingga keputusan harus dibuat, siapakah yang akan dipilih oleh Alisha?

Lihat lebih banyak
Adik Angkatku, Istriku Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Oase-biru
Masih berusaha membuat menjadi lebih baik.
2023-10-10 05:43:46
0
user avatar
Agus Irawan
Mampir ke Novelku juga ya. judul" Kembang Desa Sang Miliarder" pena" Agus Irawan" sudah tamat. yuuk pada mampir.
2023-05-09 19:01:59
2
default avatar
Rama Insani
Congrats miss! Bagus ...
2023-05-06 21:54:30
1
user avatar
Oase-biru
semoga bisa bermanfaat
2023-04-02 20:55:37
2
115 Bab
Bab 1 Sebuah Kisah Dari Masa Lalu
"Bagaimana, Tyo?” Anggukan kecil Tyo membuat aku tersenyum. Akhirnya adik semata wayangku tak akan merengek lagi padaku. Sahabat terbaikku siap membantu, dua bulan waktu yang tersisa hingga sidang skripsi dilaksanakan. Walaupun aku adalah salah satu komisaris di kampus tempat Alisha kuliah, namun dia harus mengikuti semua aturan seperti mahasiswa lainnya. Semua untuk kebaikannya di masa depan. Agar bisa bertanggung jawab dengan pekerjaannya nanti.“Bagaimana mau menolak? Semua keinginanmu kan harus terpenuhi,” tanya Tyo beralasan dengan bersungut. Walau menyetujui, Tyo tetap saja beralasan. Aku hanya tersenyum. Tyo tak bisa menolak jika aku yang meminta bantuan. Kami saling mengenal saat kami mulai merintis usaha hingga akhirnya perusahaan kami menjadi dua perusahaan besar di ibukota dalam bidang yang berbeda. Tyo memang memiliki banyak pengalaman dalam bidang desain interior. Mulai dari pusat perbelanjaan hingga rumah sakit tak lepas dari desain tenaga-tenaga ahlinya. Hingga perus
Baca selengkapnya
Bab 2 Kegugupan Alisha
“Bagaimana kondisi kantor, Angga?” tanya bunda saat sarapan. “Sudah ditangani, bunda," jawabku lanjut menjelaskan padanya Tim investigasi sudah dibentuk. Hendra bergerak cepat. Semalam rapat dadakan dilakukan di lobi kantor setelah pemadam berhasil menjinakkan api. Tiga puluh persen lokasi yang terbakar diberi garis polisi, relokasi dilakukan untuk mempermudah penyelidikan dari pihak kepolisian dan asuransi. Aku meminta Tyo langsung membuat desain relokasi agar semua cepat ditangani. Melihat beberapa ruang yang dapat digunakan serta melakukan perhitungan kebutuhannya. Kekhawatiran di wajah bunda sirna dengan penjelasanku. Alisha hanya ikut mendengarkan. “Sha, jika nanti sudah siap ikut ke kantor ya. Mulai belajar sedikit-sedikit. Nanti juga bisa ke kantor Tyo kalau mau belajar desain,” ucapku memerintah.Alisha hanya mengangguk setuju. Bagaimanapun Alisha harus membantuku. Kemarin Tyo memberitahu jika Alisha sudah bisa ikut terjun langsung. Hanya menunggu kesempatan dan kontrak yan
Baca selengkapnya
Bab 3 Alisha dan Tyo
“Hai, Sha. Kok wajahmu merah begitu sih, kenapa?” tanya Dania sambil tersenyum.Sapaan Dania dan senyumannya membuat Alisha salah tingkah. Wajahnya kini terasa tambah memerah lagi. Dihampiri Dania dan memeluknya. Sambil memberikannya peringatan dengan suara pelan. “Dania, jangan macam-macam ya,” bisik Alisha dekat telinganya.Senyuman di wajah Dania semakin merekah. "Dania, kenalkan ini Mas Tyo," ucap Alisha meminta Dania berkenalan. Diulurkan tangan Dania pada Mas Tyo yang masih berdiri di sampingnya.“Dania.” “Tyo.” Dania mempersilakan Alisha dan Mas Tyo untuk duduk. Sambil memesan makanan, Dania menanyakan apakah Mas Angga akan ikut bergabung. Suara dering ponsel mengisi keheningan. Mas Tyo menggeser layar dan menjawab panggilan. “Iya, sudah.” “Oke, aku sampaikan nanti. Kabari jika memerlukan bantuan.” Mas Tyo menyampaikan salam dari Mas Angga. Meminta maaf tidak bisa bergabung karena harus ke kantor polisi terkait penyelidikan kebakaran kemarin. Dania mengangguk dan memahami
Baca selengkapnya
Bab 4 Persada Agung Grup
Tak terlihat siapa yang melakukan pembakaran, api muncul setelah tak ada orang dalam ruangan. Pihak kepolisian meminta izin melakukan interogasi pada Pak Hanafi. Sebelum dokumen penyebab kebakaran diterbitkan. Pihak asuransi juga sudah melakukan penyelidikannya sendiri. Dua sampai tiga hari waktu yang akan digunakan hingga proses klaim asuransi dapat dilakukan. Hendra mencatat semua yang disampaikan pihak kepolisian. “Baik pak, kami pamit dahulu jika begitu. Terima kasih banyak bantuannya.” Aku keluar menuju parkiran diikuti Hendra. Mobil langsung bergerak menuju kantor. Aku meminta Hendra untuk mampir ke restoran terdekat. Rasa lapar membuat konsentrasiku berkurang. Sebuah pesan dari Tyo dibacanya. -Besok Alisha kujemput, mau kuajak rapat divisi.- Tanda ok dan terima kasih kukirim sebagai jawaban. Akhirnya mereka berdua dekat kembali. Semenjak Alisha kuketahui bukan adik kandungku, mengapa ada rasa memiliki yang lebih dari sebelumnya. Terlebih saat Tyo selalu dekat dengannya. K
Baca selengkapnya
Bab 5 Perasaan Alisha
Alisha sedang bersiap. Sesuai janjinya, hari ini akan mulai belajar di kantor Mas Tyo. Blus dipadukan blazer dan rok selutut warna navi dikenakannya. Rambutnya dibiarkan tergerai dengan jepit agar terlihat rapi. Setelah melakukan riasan tipis Alisha turun menuju meja makan. “Aduh, cantik sekali putri bunda. Pangerannya belum datang sepertinya.” Mendengar ucapan bunda, Aku menoleh ke arah tangga. Alisha memang cantik, jika dilihat wajahnya sebenarnya mirip bunda. Kubuang jauh pikiran yang tiba-tiba menyeruak. Hari ini Alisha akan dikenalkan dengan manajemen kantor. Jika sudah siap Angga akan menyerahkan dokumen yang dititipkan Paman Hasan. “Pangeran dari mana bunda? Memangnya ada?” Ucapanku membuat Alisha tersipu, tanpa kuketahui dia mencubit pinggangku sesaat sebelum duduk. "Aww...! Alisha...," teriakku kaget mendapat cubitannya. Alisha tak peduli, membuka piring dan mengambil nasi goreng yang sudah disiapkan bunda. Bunda tersebyum melihat kelakuan keduanya. “Ada dong Angga, seb
Baca selengkapnya
Bab 6 Suka atau Cinta?
“Sari sekretaris kantor dan sudah dua tahun bekerja. Kemarin memang beberapa kali sedang mendapat tugas ke luar kota," jelasnya sambil menatap Alisha lekat. Mas Tyo lanjut berkata, "Aku lebih senang menceritakan mengapa “Shabra” menjadi nama perusahaan." Ditariknya napas setelah berhenti sejenak dan melanjutkan ucapannya. "Alisha dan Bramantyo disingkat Shabra. Mana yang lebih tertarik? Sari atau Shabra?," tanya Mas Tyo sambil menatapnya tajam. Sesaat menatap matanya yang dingin, akhirnya Alisha tertunduk malu. Tak pernah kukira jika Mas Tyo sudah sejauh itu membuat hubungan yang dia sendiri belum memahaminya. “Sudahlah. Yuk, kembali ke ruangan. Kita diskusikan di ruangan,” ajak Tyo setelah selesai memakannya. Dikirimnya pesan agar Hendra membayarkan makanannnya. Mas Tyo menarik tangan Alisha dan sengaja menggandengnya mesra saat melewati meja Sari dan rekan-rekannya. *** Besok adalah jadwal sidang. Beberapa hari berdiskusi dengan Mas Tyo membuat keraguan Alisha hilang. Kini dia
Baca selengkapnya
Bab 7 Suka atau Cinta? #2
Selesai sarapan Mas Angga langsung pamit menuju kantor, beberapa pekerjaan harus diselesaikan lebih cepat sebelum ke Bandung. Beberapa hari akan dihabiskan di sana. Karena tak mungkin dia bolak-balik ke Bandung untuk melakukan pengecekan nanti. Mas Angga hanya ditemani Hendra untuk menyelesaikan semua pekerjaan nanti. -Sha, sudah siap? Mau bareng tidak berangkatnya?- Sebuah pesan masuk pada ponselnya, saat dilihat tertera nama Dania. Alisha tersenyum dan dibalas 'sudah'. Setelah lima hari bersama Mas Tyo, kegugupan Alisha menghilang berganti dengan percaya diri jika dia akan melewati semua dengan baik. Bunda juga selalu mendoakannya. Terkadang dia tak sengaja mendengar doa bunda selepas salat. Bunda adalah yang terbaik. Walau ayah sudah pergi meninggalkan mereka. Alisha tak pernah kehilangan kasih sayang ayah, karena Mas Angga selalu memberikannya. -Bareng?- tanya Dania mengulangi. -Sepertinya tidak Dania, kita bertemu di kampus saja ya.- -Ok.- Setelah membantu merapikan meja ma
Baca selengkapnya
Bab 8 Ungkapan Cinta
Dalam perjalanan ke kampus disempatkan membeli buket bunga dan sekotak coklat. Sudah dibayangkan Alisha akan senang sekali menerimanya. Tyo minta diturunkan langsung di kantin dan meminta sopir menjalankan mobil perlahan. Diedarkan pandangan mencari sosok Alisha. Setelah melihatnya Tyo turun dan menghampiri. Seperti ucapannya, mereka berenam dan ada Satria di sana. Dipercepat langkahnya agar segera sampai. Bagaimanapun cara Satria memandang dirasakan berbeda, walau Alisha sudah menjelaskan. Mereka sedang asyik berbincang saat Tyo sampai.“Wah kalau sudah lulus semua bisa kumpul seperti ini tidak ya? Coba tebak, siapa yang bakal nikah dulu?” “Harus bisa dong.” “Satria, kapan mau lamar Shinta?” Mereka menunggu jawaban Satria, sedangkan Shinta hanya tersipu malu. Dania malah meledek Alisha dengan mengatakan akan mendahului Satria. Alisha menutup mulut Dania yang duduk di sampingnya. Hingga sebuah suara meredakan canda di sana. “Sha, sudah selesai? Ayo kita pulang.” “Cie... Sang Pang
Baca selengkapnya
Bab 9 Keresahan Fariz
Saat makan malam, bunda kembali menanyakan keberangkatanku ke Bandung. Sepertinya rencana pekan depan akan dimajukan. Tak mungkin menunggu hingga pekan depan sedangkan kondisi Paman Hasan sedang sakit. Paling cepat lusa bunda, sekalian aku siapkan semua pekerjaan yang akan ditinggal. Paling tidak ini saatnya memaksa Alisha untuk ke kantor. Selama ini Alisha selalu menghindar jika kuminta ke kantor. Senyumku sesaat terukir membayangkan Alisha tak akan bisa menolaknya. “Bunda, makan apa malam ini?” t anya Alisha sambil menarik kursi dan menghempaskan tubuhnya di sampingku. “Wah tuan putri sudah menemukan pangerannya ya. Sampai lupa pada kakak yang ganteng ini,” sedikit kutekan saat mengucapkan ‘pangerannya’. Alisah mengerucutkan bibirnya ke arahku, tak peduli dengan ucapanku namun langsung menyendok nasi. Tanganku menahan tangannya yang akan memindahkan lauk ke piring. “Bunda... Mas Angga tidak bolehkan Alisha makan.” Bunda datang melerai, menatap tajam padaku hingga aku membiarkan
Baca selengkapnya
Bab 10 Mengingat Masa Lalu
Rencana kepulangan sore kumajukan, karena penasaran mengapa Hanafi ingin menemuiku. Saat sarapan pagi tadi aku menyampaikan pada bunda disetujuinya. Selesai makan siang aku siapkan mobil. Dua koper dan beberapa tas berisi oleh-oleh sudah masuk dalam mobil. Kami masuk ke dalam kamar paman untuk pamit. Tak lupa bunda menitip pesan untuk berkabar jika ada hal yang penting pada Nia. Aku sudah pamit pada Mas Fariz tadi pagi, dan setelah semua selesai kulajukan mobil menuju Jakarta. Aku sudah mengabari Hendra jika sore nanti Hanafi bisa menemuiku di kantor. Kupesankan untuk tidak memberitahu Alisha tentang kepulanganku. Aku ingin membuat kejutan kecil untuknya. “Bunda, paman terlihat lebih kurus dan pucat. Kondisi sebenarnya bagaimana?” Menurut dokter penyakit paman bergantung pada kondisi psikisnya. Penyakit jantung yang diderita paman sudah menahun dan akan semakin menjadi jika paman banyak beban pikiran. “Bunda, jika ada kesalahan paman yang Angga tahu. Apakah Angga harus memaafkanny
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status