Semua Bab Status Talak di FB Suamiku: Bab 21 - Bab 30
104 Bab
Meninggal
Mobil berguling-guling atas aspal. Kudengungkan nama Allah. Meminta keselamatan untuk kami semua. Masih sempat kudengar rintihan Ibu dan Bapak yang mengucap nama Allah. Beberapa detik kemudian suara mereka menghilang. Tubuhku terlempar ke aspal. Sempat terlihat mobil yang kami tumpangi dalam posisi terbalik. Kumpulan asap putih membumbung tinggi. Seluruh tulangku rasanya patah, wajahku berdarah, pecahan kaca mobil masih menacap di pipi.Aku merangkak mendekat, berniat mencari keberadaan Bapak dan Ibu. Namun tiba-tiba sebuah mobil berwarna putih melaju ke arahku dalam kecepatan tinggi.Aaaaaa!"Mbak, Awas!" Seorang lelaki menarik tubuh menjauh dari tengah jalan. Tubuhku tersungkur ke aspal. Kuabaikan sakit dan perih yang menyiksa. Bergegas menyeret langkah menuju mobil yang posisinya masih terbalik. Pikiranku hanya tertuju pada ayah dan ibu. Berbagai pikiran buruk menyerang dalam satu waktu. Kutepiskan kemungkinan terburuk yang melesat dalam pikiran."Tolong, Bapak dan Ibu saya ada di
Baca selengkapnya
Rekayasa
"Bapak! Ibu! Jangan pergi, maafkan Nia!" Aku menjerit melihat tubuh kedua orangku hilang dalam gumpalan asap putih. Mereka semakin jauh. Semakin kukejar tubuh mereka semakin sulit kugapai.Aaaaaaa!Mataku terbuka dengan napas memburu. Dadaku naik turun dengan peluh membasahi sekujur tubuh. Aku berada dalam ruangan serba putih. Didadaku dipasang kabel-kabel yang tak kumengerti. Sedangkan di tangan sebelah kiri menancap jarum yang dialiri cairan kehidupan.Ya Allah! Aku masih hidup. Kemana Bapak dan Ibu? Aku langsung berteriak histeris memanggil keduanya Namun, yang datang membuatku bungkam. Mantan mertuaku dan istrinya Ali. Kedua wanita itu berusaha menenangkanku."Mbak istirahat, Bapak dan Ibu sudah diurus sama Mas Gilang dan yang lain," ungkap istrinya Ali."Iya, tenang, Nia. Ini musibah. Istighfar, Nak," sambung Ibu seraya memapahku untuk kembali berbaring ke ranjang."Antarkan Nia jumpa orangtua, Nia," pintaku pada mereka."Sabar, Nak. Sabar, ini yang terbaik untuk semua," gumam Ib
Baca selengkapnya
Nikahi Anak Saya
Ibu menatap ke arahku. Aku hanya mampu diam tanpa kata. Satu sisi senang, bahwa pernikahan itu rekayasa. Sisi lain mempertanyakan apa yang sebenarnya Mas Gilang rencanakan."Sekali lagi saya mohon, Maaf kepada Bapak dan Ibu. Saya sama sekali belum mengerti duduk persoalannya. Ada baiknya, saya hubungi putra saya terlebih dahulu," ungkap ibu santun."Persoalannya jelas, Bu. Anak Ibu memperalat anak saya untuk merekayasa pernikahan untuk ditunjukkan pada istrinya yang siapa entah namanya ....""Nia, Bu. Ini orangnya." Telunjuk Ibu mengarah ke arahku. "Oh, ini istrinya Gilang. Pantesan dia tidak senang dan ingin cerai, modelnya ....""Maaf, Bu. Tujuan Ibu ke sini sebenarnya apa? Untuk menghina orang atau membicarakan perihal nasib anak Ibu?!" Ibu sangat tegas dalam berbicara. Pembelaannya membuat hatiku semakit digeluti penyesalan tiada ujung. "Biasa saja, Bu. Tak usah dibela lagi. Dia mantan mantu, 'kan? Ini anak saya mantu masa depan Ibu," ujar wanita di hadapanku. Mulutnya tajam bak
Baca selengkapnya
Pemaksaan
"Begini, sepertinya saya sudah mengerti arah pembicaraannya. Anak saya membayar anak Anda untuk berakting. Impas dong, anak saya dapat videonya, anak Anda berdua dapat uangnya. Clear masalahnya." Ibu meluruskan."Tidak bisa, Ibu yang terhormat. Gara-gara video itu, calon mantu saya membatalkan lamaranya. Anak Anda harus tanggung jawab dong!" Ibunya Nagita terlihat sombong dan angkuh."Nagita, ini tidak sesuai kesepakatan!" Suara Mas Gilang meninggi. Nagita sampai mendonggakkan kepala melihat ke arah atasannya."Ini diluar ekspektasi saya, Pak," lirihnya lemah. Tak ubah bak tersangka yang terancam pidana puluhan tahun lamanya."Jadi mau kalian apa?" tanya Mas Gilang. Otot wajahnya menegang. Aku tahu, dia berusaha mengontrol emosi.Wanita angkuh itu membuka tas yang dia bawa. Dikeluarkan sebuah plastik hitam yang isinya belum mampu kuprediksi."Ini uang Bapak kami kembalikan," ujarnya seraya menyodorkan plastik hitam berisi uang lembaran merah."Kami ingin, segera nikahi Nagita. Setidak
Baca selengkapnya
Ancaman
"Maaf, aku merepotkanmu dengan kondisiku seperti ini," lirihku."Tuh kamu tahu, masih saja betah di sini." Ucapan Mas Gilang membuat jantungku serasa diremas paksa."Setelah aku sembuh, aku akan pergi, Mas," ujarku pelan. Kugigit bibir kuat, jangan sampai air mata jatuh berurai."Aku ingin sebelum benih haram itu lahir, kamu segera angkat kaki dari sini," dengusnya dengan sorot mata tajam bak anak panah beracun."Ya Allah! Gilang, dunia akhirat kamu anak Ibu. Nia, dia juga sudah Ibu anggap seperti anak kandung Ibu. Tolong berdamai, tidak baik musuhan." Ibu menghela napas panjang. Seakan kehabisan kata-kata menasehati putranya."Ibu tidak berada di posisi Gilang ....""Tentu, ucapan kamu sangat benar. Dalam hidup ada hukum sebab-akibat. Itulah yang melanda hidup kalian sekarang.""Aku menyesal menikahi wanita sepertimu!" Kalimat menyakitkan yang keluar begitu saja dari mulut lelaki yang namanya masih terukir di hati. Aksara yang memporak-porandakan jiwa."Sungguh! Ini diluar kendaliku,
Baca selengkapnya
Foto Editan
Lelaki tampan itu melangkah cepat mencari minyak kayu putih. Aku hanya mematung menyaksikan ibu yang tak berdaya. Beberapa detik kemudian, kembali dengan sebotol minyak putih ditangan. Dibalurkan segera ke tekuk ibu dan dioleskaan di bawah hidung.20 menit kemudian dokter keluarga Sentawibara datang memeriksa ibu."Ibu kalian tidak apa-apa. Kondisinya baik-baik saja. Cuma tensi darahnya yang agak tinggi. Kemungkinan banyak pikiran. Jadi tolong dijaga. Takutnya darah tingginya kumat dan berpotensi terkena stroke," papar dokter di hadapaku.Wanita cantik itu memberikan selembar resep pada Mas Gilang. Tidak menunggu waktu terus berjalan, Mas Gilang pergi menuju apotik. Ibu masih tak sadarkan diri. Dokter itu juga pergi setelah melakukan tugasnya."Bukankah wanita di foto itu sudah menikah dengan Gilang?" Mas Lukman terlihat bingung.Aku menceritakan kedatangan keluarga Nagita beberapa hari kemarin. Tangan Mas Lukman mendarat di sofa. Dia sangat menyayangkan perbuatan Gilang yang berujung
Baca selengkapnya
Negosiasi
Malamnya keluarga Nagita kembali datang. Pembicaraan cukup menguras emosi. Aku saja geram dengan permintaan keluarga Nagita yang sangat berlebihan."Kami mau pernikahan yang meriah dan disiarkan di media," ungkap Ibu Nagita."Satu lagi maharnya harus tinggi seperti dalam video rekayasa waktu itu," sambung Ayah Nagita."Sebenarnya apa mau kalian, hah? Menikahkan anak kalian denganku atau mau memerasku?" tanya Mas Gilang emosi.Ibunya Nagita menyeringai disertai senyum miring. "anak saya ini mahal, berpendidikan tinggi, karier bagus. Paling penting dia sudah memiliki tiga orang anak dan sudah pastinya dia subur. Tidak seperti istri pertama Anda."Tak bisakah wanita itu bicara tanpa menyudutkanku. Perbuatan apa yang kulakukan padanya, sehingga dia pertama dia datang selalu menghinaku. Nagita juga tidak memberitahu bahwa aku juga hamil. Bukan aku yang tak mampu memberikan keturunan pada Mas Gilang."Tolong mulutnya dijaga, Bu. Sampaikan tujuan Ibu ke sini, tanpa harus menyindir orang lain
Baca selengkapnya
Nikah Siri
"Apa yang harus kita bela. Kamu salah," jawab Mas Lukman spontan."Aku tidak tidur dengan wanita itu. Aku bukan lelaki murahan yang mengumbar cinta pada banyak wanita ....""Murahan nggak, tapi baperan, iya," potong Ali dengan kekehan sarkas."Siapa suruh kamu merekayasa pernikahan? Siapa?" tanya ibu seraya berkacak pinggang. Sisi lembutnya mendadak menghilang dalam kurun waktu bulan ini. "Stop berdebat. Kamu harus menikahi Nagita. Pelajaran untuk kamu sendiri. Gunakan otak dan hati sebelum melakukan sesuatu." Ibu memegang dadanya. Dia terlihat sulit bernapas, berat beban yang menderanya. "Aku bisa klarifikasi, bahwa pernikahan kami cuma rekayasa ....""Stop Gilang! Tak ada bantahan. Terima konsekuensi dari perbuatanmu. Jangan memperburuk citra keluarga di depan media. Karena yang malu bukan kamu saja. Namun, seluruh keluarga besar Sentawibara. Sejauh ini paham!" Mas Lukman berbicara sangat tegas. Namun, Mas Gilang masih saja ngeyel."Ngapai nolak. Bini baru, Mas," goda Ali dengan
Baca selengkapnya
Terpaksa
Tidak ada tukar cincin seperti pernikahan kebanyakan. Bahkan, Mas Gilang acuh tak acuh saat di minta berfoto oleh pihak keluarga Nagita. Berulang kali fotografer meminta Mas Gilang untuk tersenyum. Namun, lelaki tampan itu memasang wajah masam. Dia sama sekali tidak bisa menyembunyikan isi hatinya.Aku menarik napas panjang. Hukum tabur tuai layaknya sebuah gravitasi. Perlahan tapi pasti. Disadari atau tidak, semua akan datang dengan sendirinya. Ini lah yang sedang kami hadapi. Aku dirajam oleh pengkhianatanku tanpa ampun. Mas Gilang masuk dalam permainan yang dia ciptakan sendiri. Berusaha menjatuhkankan mentalku. Namun, begitu cepat Allah mengguak kebenarannya."Nak, ayo ke depan." Suara ibu mengagetkanku. Dia menepuk pundakku kasar. Entah dari mana ibu melangkah. Tiba-tiba saja berdiri di belakangku."Nggak, Bu. Nia di sini saja," tolakku halus dengan mengurai senyum manis."Ayo! Nggak apa-apa," ajak ibu lagi."Jangan, Bu. Jangan buat Mas Gilang semakin membenci Nia," ucapku pelan.
Baca selengkapnya
Sandiwara
Setelah salat subuh, aku memilih keluar dari kamar. Semalam tak bisa memejamkan mata. Bayangan Mas Gilang dan Nagita melakukan malam pertama menganggu pikiran. Padahal, sudah kusiasati dengan salat malam dan membaca Al-Quran. Namun gejolak penasaran tak mampu kukendalikan."Nggak, Bu! Menyebalkan. Lelaki itu payah. Dia meninggalkanku sendirian." Suara Nagita terdengar jelas di telinga. Aku memilih diam di belakang tembok. Hanya berjarak tiga meter dari posisinya berdiri. Dia sepertinya sangat serius dalam berbicara. Kehadiranku tidak disadari olehnya."Nanti lah, Bu. Aku akan membuat dia bertekuk lutut di kakiku." Nada bicara Nagita penuh penekanan.Hanya pembicaraan singkat itu yang mampu kudengar. Sepertinya, Nagita sudah mematikan sambungan teleponnya.Aku mengarahkan kursi roda ke dekatnya. Dia terperangah melihat kedatanganku."Sejak kapan kamu di sini?""Dari tadi, kamu bicaranya terlalu serius sampai kehadiranku tidak kamu ketahui," balasku tenang."Hemm! Aku mau ke kamar, suam
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
11
DMCA.com Protection Status