Semua Bab Pesona Istri Dari Desa: Bab 21 - Bab 30
338 Bab
Part 21
Ini baru pertama kali aku menginjak kamarnya selama disini. Kamar yang luas seluas rumahku di desa. Fasilitas didalamnya benar-benar membuat gigit jari. Lemari baju, tempat sepatu belum lagi aksesoris yang dimiliki seperti yang ada di mall.  Dia pulang dan seperti biasa  dengan sok coolnya, meski kulihat ada beban di wajahnya. Apa gara-gara berita yang viral hari ini? Tapi tidak mungkin melihat dia yang tidak memberi kabar denganku hari ini.Dia mendekat. "Ngapain?" tanyaku"Bukain lah dasiku, carikan aku baju yang kupakai. Itu tugas asisten." Idiih, ogah sebenarnya jadi asistennya. Tapi gajinya menggiurkan.Sekarang aku bingung ambil baju dia yang mana. Ini sih aku benar-benar merepotkan diri. Mana hati lumayan sakit dibuat karena gosip hari ini. Kutaruh baju yang menurutku cocok untuk di  Reza pakai. Seperti suami istri  beneran aku melakukan tugasku dengan baik meski aku mengambil upah
Baca selengkapnya
Part 22
Dengan diimani olehnya hatiku merasa damai, tidak seperti bayanganku. Suaranya fasih, makhroj hurufnya benar dan tentunya dia mampu menjadi imam salatku hari ini. Dia memang orang yang sulit untuk diprediksi. Penuh misteri dan tentunya percaya diri. Setelah selesai salat magrib, kusiapkan makan malamnya. Meski sebelumnya kebiasaanku makan malam setelah isya. Namun, aku kasihan melihatnya pulang dalam keadaan lapar. "Makanan sudah siap, abang duluan nanti aku belakangan." "Kok bisa?" tanyanya kembali. "Kebiasaanku makan setelah isya." "Kalau begitu samaan," ucapnya lagi. Tu kan, mana tega aku melihatnya dalam keadaan lapar sampai menunggu selesai salat isya. "Iya, ayo kita samaan." Entah mengapa aku kasihan. ini aku sebagai asisten atau sebagai istri yang begitu peduli dengannya. Kami menuju meja makan khusus untuk kami berdua. Entah sejak kapan dapur ini  disulap hanya untuk kami saja. Tuan Reza mem
Baca selengkapnya
Part 23
Jika bisa kumelangkah jauh aku akan pergi dari dirimu. Memberikan ruang waktu untukmu berfikir dan tak ingin menjadi beban dalam hidupmu. ***"Siapa yang mengirim pesan?" tanyanya yang penasaran. "Aku hanya asistenmu, tuan eh abang. Jadi hal privasi tidak perlu kau tau." Aku lebih baik keluar menuju kamarnya Fatia. "Mau kemana?" "Mau tidur di kamar yang lain. Apa semua asistenmu tidur denganmu tuan? Tidak 'kan?" "Kamu istriku jadi wajar satu bed." "Maksud tuan? Istri yang hanya nama saja. Lalu bagaimana berita hari ini? Aku hanya menanyakan hakku sebagai istri saja tuan begitu marah." "Apa perlu itu dijelaskan, dik?" ya ampun ini orang, jangan bilang dia tidak pernah punya hubungan dengan perempuan lain. 
Baca selengkapnya
Part 24
Setelah selesai salat aku menuju kamar ibu mertua. Melihat kondisinya pagi ini. Keadaannya semakin lebih baik dari sebelumnya. Namun, langkahku terhenti mendengar ibu mertua yang sedang menelpon seseorang. "Reza sulit untuk kubujuk, aku akan gunakan Nina istrinya untuk melancarkan aksi kita." Langkahku terhenti, maksudnya apa? Apa aku akan dijadikan alat ibu mertuaku? Ini sulit untuk diterima oleh akal ku.Aku balik menuju kamar tuan terhormat. Kenapa rumah ini penuh misteri. Belum masalah si Reza, lalu Brayen sekarang misteri ibunya Reza. Mumet pikiran ini."Lagi mikirin apa nona sok manis alias adik tersayangku." Idiih ini orang kesambet mimpi kali pagi-pagi."Aku manusia normal yang banyak pikiran, tapi  bukan memikirkan tuan terhormat alias abang-abanganku ini.""Siapa juga yang mau dipikirkan olehmu adikku tersayang. Buatkan abangmu kopi, adik manis." Sejak kapan ini orang menjadi penggemar kopi. Mana jilbabku diacak-acak
Baca selengkapnya
Part 25
 Mereka bersiap bertanding. Reza memperbaiki sepatunya begitu juga dengan dokter Gunawan yang menyiapkan diri untuk bermain dengan Reza. Seperti biasa dengan gaya cool dan songongnya Reza berdiri di tengah lapangan. Berbeda dengan Dokter Gunawan yang nampak tenang seperti biasa. Terlihat mana karakter orang yang lebih dewasa.   "Fighting, dokter Gunawan!" Aku memberi semangat dokter Gunawan. Sementara Reza memasang muka masam karena aku tidak mendukungnya.   "Eh, aku suamimu, Julaiha eh alias Dik Nina!" Julaiha, Julaiha enak saja ngubah nama orang.   "Awas kalau kamu dukung dokter Gunawan," sambungnya lagi. Ngarep didukung ,aku mah ogah, bwang!   Tiba-tiba satu persatu ada yang datang menyaksikan pertandingan mereka berdua. Posisi lapangan ini di dekat
Baca selengkapnya
Part 26
***Permainan selesai, banyak yang minta selfie bareng dengan tuan Reza yang terhormat. Dokter Gunawan mendekatiku, tak lupa senyumnya lebar. Bagiku dia adalah pemenangnya meski aku sangat terpesona dengan penampilan Reza yang luar biasa menurutku."Suamimu memang luar biasa, dik," ucap dokter Gunawan mendekatiku."Bagaimana aku bisa mengalahkannya, dok. Sementara dokter saja sudah mengakui kehebatannya." "Tidak ada yang tidak mungkin terus lah berlatih. Bagiku dukungan dik Nina jauh lebih berarti dibanding dengan dukungan ratusan orang di lapangan ini." Wajahku seketika memerah, kupu-kupu sepertinya berterbangan dihatiku saat ini.Kami bercengkrama sekaligus menjadi penonton tuan Reza yang dikerumunin oleh para fans nya.  Sesekali dokter Gunawan membuat lelucon yang membuat kami tertawa bareng. "Pulang ...!" Tuan Reza seperti sedang kesal. Entah apa yang membuat dia menjadi kesal, tak mungkin kar
Baca selengkapnya
Part 27
***Sore tiba. Reza terlihat sudah bersiap. Dengan kaos oblong senada dengan celana yang digunakan membuatku sedikit terpana. Kalau ada di desa yang wajah dan penampilannya seperti si Reza ini kupastikan satu desa heboh. Masalahnya dia kemarin hanya satu hari hanya pas di hari pernikahan saja, bahkan banyak yang tidak mengenal dengan siapa aku menikah. Begitu mendadak bagi semuanya."Kenapa mandang-mandang, tepesona, ya?" Idiih ni orang pede amat."Jangan lama-lama aku tidak menyukai yang berbau lelet." sifat arogannya muncul. Mungkin di kantor dia sering marah-marah.Aku bersiap dengan style yang kupunya. Aku tipe orang yang menggunakan pakaian yang nyaman untukku bukan yang mesti wow atau mahal. Dan tentunya yang cocok denganku. Kali ini aku sedikit memoles wajahku dengan paduan lipstik yang senada dengan pakaianku. Sebagai sarjana psikolog tentunya aku bisa membaca penampilanku sendiri apakah cocok atau tidak. Kugunakan tunik dan jilbab
Baca selengkapnya
Part 28
"Nona Pricilia kenapa? Kenalkan aku istri dari Reza Adytama," ucapku yang membuat Pricilia tidak percaya. Matanya semakin berkaca-kaca."Maksudnya, Za." Pricilia langsung menoleh Reza. Dia terlihat tidak percaya ada Pricilia yang ikut ke mall sore ini."Nanti aku jelaskan, Cil," ucapnya seperti bingung mau jawab apa.Mereka saling menatap bingung dengan jawaban masing-masing."Tenang saja Nona, kami menikah karena dijodohkan," ucapku tak kalah cepat. Kulepas pelukan yang semula kulakukan. Melihat tingkah Reza yang seperti kaget karena ketahuan membuatku sedikit kesal. Dia memang layak untuk tidak diperjuangkan."Dokter mau beli apa ke mall?" tanyaku berbalik ke dokter Gunawan yang ada di belakang kami."Besok hari ibu, aku mau memberikan ibu kado istimewa.""So sweet sekali pak Dokter," balasku yang membuat dokter Gunawan tersenyum.Dengan kasar Reza menarikku kembali berjalan menyusuri mall. Dia seperti tidak terima aku berbal
Baca selengkapnya
Part 29
"Nona, aku yang harusnya marah melihat kalian masih bercengkrama dengan begitu mesra. Aku menyesal memberikan akses Abang Reza duduk denganmu berdua di mall sebesar ini.""Itu menandakan bahwa aku adalah wanita spesialnya nona dari desa." Wah sepertinya dia mengibarkan bendera perang kepadaku."Itu tidak berpengaruh padaku Nona, dengan siapa tuan Reza terhormat bersama itu tidak masalah bagiku." Aku berlalu justru dia semakin mengejarku."Jangan sombong kamu nona dari desa!" Dia berteriak dan menarik jilbabku. Sangat kasar!"Apa salahku sebagai istri yang kau cintai suaminya, nona Pricilia!" Aku berteriak lebih keras agar semua orang tau jika dia ingin merebut suamiku."Salahnya kamu menikah dengan orang yang kucintai, nona dari desa!" Dia ikut berteriak seolah tidak takut jika dia dianggap perebut suami orang.Orang yang semula sibuk memilih baju, sekarang berkumpul melihat kami yang berseteru. Teriakan Pricilia membuat orang penasaran deng
Baca selengkapnya
Part 30
Dokter Gunawan memaksa untuk pulang bersama, tapi kutolak tak ingin menambah masalah. Sebelum pulang, aku salat magrib terlebih dahulu di masjid dekat mall. Rasanya kali ini sangat berat untukku mempertahankan pernikahan ini. Gosip terbaru di televisi bahkan menyebar luas jika Reza Adytama menggendong Pricilia karena keningnya berdarah hari ini. Menambah deretan perasaanku yang sangat tidak menentu.Sampai salat Isya aku masih berdiam diri di masjid. Begitu sulit untukku melupakan kejadian hari ini. Sampai kapan aku harus bertahan dengan semua ini."Ayo kita pulang, dik Nina. Aku antar." Suara lembut itu masih setia menjagaku. Siapa lagi kalau bukan dokter Gunawan. Dia bahkan belum pulang masih membuntutiku."Aku bisa sendiri, dok. Meski gadis kampung aku tau cara untuk pulang, hehe ....""Ini sudah larut, dik. Biar kuantar.""Aku bisa sendiri, dok. Tak ingin menambah beban untuk dokter. Ingat aku bukan mahramnya dokter. Pulanglah, aku bisa sendiri
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
34
DMCA.com Protection Status