All Chapters of Pesona Istri Dari Desa: Chapter 11 - Chapter 20
338 Chapters
Part 11
 "Simpan nomorku," ucapnya lagi. Aku masih seperti patung melihat adegan romantisnya tiba-tiba. Heran saja dengan ini orang.Dia tiba-tiba  merebut ponselku lalu menulis namanya dengan 'SayangQ'. Astagfirullah ini orang benar-benar bikin elus dada kelakuannya."Aku berangkat ...." Entah mengapa aku mengangguk dia pamit. Semua seperti bisu melihat adegan kami yang nampak seperti pasangan suami istri.Ada rasa yang tidak biasa, terasa hangat dia mengacak-acak rambutku. Ah, mikir apaan aku ini."Nona Pricilia sudah sampai bandara, tuan. Apa kamar hotel tuan dan nona sama?" Asistenya menjelaskan, ada rasa yang aneh menyergap dihatiku. Bukan cemburu hanya saja sedih melihat dia masih bebas dengan wanita yang pernah dicintai. Walau bagaimana pun dia sudah berjanji dihadapan Tuhan dan orang tuaku. Menjadi istri yang menemaninya. Namun, sampai saat ini tak satu pun keluar dari mulutnya mengakui bahwa aku ini istrinya.Aku berpaling dan me
Read more
Part 12
Pov Dokter Gunawan Aku Gunawan Atmadja. Lahir dari keluarga Atmadja yang cukup dipandang di kota ini. Saingan berat dari bisnis papaku adalah keluarga Adytama. Entah mengapa papaku menganggap Adytama saingan bisnisnya. Baginya Adytama musuh terbesarnya dan ingin dikalahkan. Lahir dari kalangan atas tidak membuatku tergiur, aku justru lebih menyukai hal yang berbau medis dan lebih senang membantu menjadi sukarelawan. Akhirnya aku memutuskan menjadi seorang dokter. Dokter spesialis bagian syaraf karena aku memang merasa tertantang dengan hal itu. Memiliki keluarga keras dan ambisius membuatku tidak betah di rumah. Sudah berapa kali aku keluar dari rumah yang penuh ambisi ini. Bagiku saat ini adalah memiliki seseorang yang tepat dihatiku. Memiliki wanita sekaligus istri yang akan membantuku setiap hari terutama hobiku menjadi sukarelawan. Dan yang mampu membuatku selalu t
Read more
Part 13
Masih dikisah Dokter Gunawan.Untuk pertama kalinya aku bertemu lagi dengan Nina. Gadis yang kurindukan beberapa hari ini. Gadis yang membuat tidurku tidak nyenyak. Pertemuan yang tidak semanis dulu kali ini kulihat keningnya berdarah dan terluka sehingga butuh jahitan. Aku gemetar tidak kuasa menahan rasa sesak didadaku antara marah dan rindu. Marah karena Nina diperlakukan tidak baik di kota ini. Di kota yang kudengar dia sebatang kara. Kasihan sekali kamu, Nin."Aku yakin kamu pasti kuat!" Suaminya terlihat cemas, meski dia nampak cuek didepan pelayannya. Apa Nina tidak bahagia dengan suaminya. Aku merasa ada sesuatu diantara mereka berdua.Kubiarkan ruangan ini hanya aku dan perawat yang mengobati lukanya Nina. Agar aku bisa melihat wajah yang menjadi candu bagiku, meski jujur aku panik dan cemas melihat dia belum siuman.Setelah lukanya dijahit dan tekanan darahnya normal aku langsung balik meski perawat yang mendampingiku ter
Read more
Part 14
Lagi. Aku merasakan berada di tempat yang sama rumah sakit yang merawatku dua hari yang lalu. Miss Dora tetap setia menungguku. Namun, Kali ini terasa  sangat beda, aku seperti berharap yang menjagaku adalah suamiku, Reza. "Aku sudah katakan untuk nona istirahat kenapa tidak nurut," ucapnya. Ada yang beda dari serak suaranya. Nampak jelas diwajah miss Dora ada yang ingin dikatakan, tapi tak ingin aku bertanya lagi. "Maafkan aku, Miss," jawabku. Hening, kali ini rasanya lebih sakit. Kepalaku rasanya seperti berputar-putar. Sungguh beda dari sebelumnya. Bahkan untuk duduk pun aku masih tidak kuat. Jujur aku sangat membutuhkan  Reza, walau bagaimana pun dia suamiku yang harusnya menjagaku. "Miss, apa tuan Reza ada disini?" "Dia lagi di luar daerah, nona. Bukannya tadi pagi tuan sudah pamit
Read more
Part 15
"Terima kasih perhatiannya, dok." Kepalaku masih pening, untuk bangkit saja rasanya susah. "Aku berjanji dengan diriku, jika dek Nina masuk rumah sakit lagi. Kupastikan akan membawamu pulang." Aku dilema. Apa aku seperti memberi akses perasaan dengan dokter Gunawan. Aku pernah mendengar ungkapan yang menyatakan jika laki-laki sedang jatuh cinta kadang logika tidak digunakan. Dia akan melakukan semaunya tidak peduli bagaimana posisinya. Semoga dokter Gunawan bisa mengontrol diri walau bagaimana pun aku masih istri dari Reza."Mohon maaf pak Dokter, nona tidak boleh diganggu terlebih dahulu. Tuan melarangku memberi akses nona Nina untuk bertemu dengan orang lain dulu. Dia masih sangat butuh istirahat."  Miss Dora tiba-tiba datang dan menyampaikan langsung ke dokter Gunawan. Meski aku sedikit bingung, tapi kubiarkan karena memang saat ini aku tidak ingin berfikir yang aneh-aneh dulu kepalaku sungguh pening.Dokter Gun
Read more
Part 16
Tatapan matamu, bahkan senyummu yang menawan entah mengapa membuat denyut jantungku berdetak dengan cepat. (Nina Humaira) ****"Kenapa betah sekali di rumah sakit? Benar-benar meresahkan." Bukannya simpati malah mulai ajak perang dah ini orang. "Ingat! kamu sebatang kara disini, bukannya kamu jago silat, kenapa kalah dengan Rania, ha?" Aku hanya diam, rasa rindu yang membuncah sedari tadi hilang begitu saja. Lagi-lagi dia memasang wajah sok cool tanpa rasa peduli sedikit pun. Miss Dora hanya diam melihat tingkah kami. Namun, Reza terlihat mengedipkan mata ke miss Dora. Mungkin dia berfikir miss Dora masih  menyembunyikan status kami dihadapanku. Miss Dora ingin pergi, tapi kutahan. "Tetap diam disini, Miss." "Tapi ...," ucap Miss Dora terhenti. 
Read more
Part 17
***Setelah melewati beberapa pemeriksaan dan hasilnya semua normal dan baik. Akhirnya aku hari ini dibolehkan pulang. Setidaknya semuanya masih baik-baik saja. Reza bagaimana? Semenjak kejadian itu dia tidak pernah mengunjungiku lagi. Mungkin sudah takdir kami yang menjadi pasangan sebatas di atas kertas. "Ayo, Nona. Semua sudah siap hari ini kita pulang." Luar biasa Miss Dora yang selalu setia menemaniku."Iya, miss. Terima kasih atas semuanya, Miss." Jujur aku kangen ibu yang ada di desa. Melihat miss Dora benar-benar kerinduan ini tidak terbendung. Bagaimana kabar ayah dan ibu saat ini.Selama di mobil. Aku lebih diam, jujur aku kangen dengan ibu. Mengalami benturan yang kedua kalinya seperti ini benar-benar membuatku merindukan sosok ibu yang selalu setia menemaniku jika sedang sakit.Tak terasa sampai juga di rumah tuan besar Reza Adytama. Iya rumah suami yang harusnya menjadi rumah cinta, rumah yang selalu dirindu
Read more
Part 18
Ibu dan ayah dijamu oleh Reza layaknya seorang tamu. Semua ART terlihat sangat sibuk. Tak kulihat Rania lagi di rumah ini bahkan beberapa pelayan juga diganti di rumah ini. Pengamanan juga aku lihat lebih diperketat. Begitu mudah bagi seorang Reza melakukan itu.   "Perkenalkan saya Fatia, Nona. Yang akan menjadi asisten khusus Nona." Asisten bernama Fatia menemuiku meski aku cukup terkejut karena suasana di rumah ini sedikit berbeda. Aku merasa disambut seperti nyonya di rumah ini. Apa mereka sudah tahu hubunganku dengan Reza. Ah, sudahlah aku tidak mau berfikir dulu.    Ayah dan ibu tidak bisa bermalam disini. Karena tetangga samping rumah akan mengadakan acara akad nikah anaknya yang dilangsungkan  besok. Seperti biasa jika di desa jiwa gotong royongnya masih sangat kental. Semua berkumpul saling membantu apalagi ini tetangga paling dekat.   "Nin, maafkan ibu yang tidak
Read more
Part 19
Kulepas wortel yang kupegang sambil tarik nafas. Dia sudah berbalik menuju kamar."Sini ... aku pasangin," sahutku. Dia langsung berbalik. Bahkan dia begitu manis jika tersenyum.Aku mulai memasangkan dasi suasana yang begitu kaku meski jarak kami begitu sangat dekat. Deg-degan jangan ditanya. Entah mengapa yang biasa di dapur tidak ada yang datang untuk membuat sarapan. Entah kemana mereka yang biasa sudah ramai disini."Pagi ini aku ada meeting di puncak, doakan aku berhasil," ucapnya. Jarak kami begitu dekat membuat debaran yang tidak biasa."Jangan terlalu capek ...." Dia benar-benar garing ini orang. Dingin dan sangat kaku.Dasi sudah terpasang dan aku kembali untuk memotong wortel dan beberapa sayur. Beberapa ART sudah mulai lalu lalang. Tanpa berbasa basi kubiarkan dia masuk ke kamarnya. Aku tak ingin menghilangkan moodku yang sudah baik pagi ini dengan menyapanya."Mbak kenapa dapur ini tidak ada p
Read more
Part 20
 Aku masuk ke kamar ibu mertua. Tidak kulihat perawat yang menjaga. Ada jarum yang dipegang membuatku terkejut. Kulihat dia seperti ingin menusuk diri. Astagfirullah ...   "Ibu ...." kutaruh nampan sarapan di meja kamarnya. Aku khawatir dia ingin menusuk diri. Namun, aku salah ternyata ibu mertua sedang berusaha untuk memasukkan benang kedalam jarum.   "Nina ...."   "Ibu sedang apa?" tanyaku.   "Mami sedang memasukkan benang ke jarum, Nin." Syukurlah.   "Panggil ibu, mami Nin." Aku mngangguk.   "Mami mau buat apa, biar Nina bantuin."   "Tidak perlu ...." kulihat tangannya mulai gemetar, aku
Read more
PREV
123456
...
34
DMCA.com Protection Status