All Chapters of Istri Pura-Pura Direktur Kejam: Chapter 21 - Chapter 30
123 Chapters
Bab 21 - Keputusan Ibu dan Bunda
Sampai sambungan telepon itu terputus, Kirana rasanya masih berat untuk menerima kenyataan. Namun, bagaimanapun juga, dia hanya bekerja dan semua keputusan mutlak dimiliki oleh Raya, juga Rey.Sejatinya, dia menyadari terlalu banyak izin selama bekerja di kafe itu. Padahal, dia masih tergolong baru. Sampai ia kembali tak masuk bekerja karena ibunya terkena musibah, menjadi korban tabrak lari yang mengenaskan sehingga Kirana tak sampai hati untuk tidak bertolak pulang ke kota kelahiran ayahnya, Arman.Di situasi itulah, Kirana sempat berpikir untuk menerima lamaran Dzaka, tapi sisi lain dirinya justru menolak. Dia tidak mencintai pria itu. Mana mungkin ia menikah tanpa cinta hanya karena tujuan ingin mengurangi beban. Bagaimana kalau dirinya tak bahagia?Bukankah ia yang selalu bilang sendiri kalau pernikahan tak bisa dihargai dengan uang. Menikah tak hanya perkara menyatukan dua kepala. Tapi, harus dengan kesiapan mental, fisik, psikis, dan semuanya.
Read more
Bab 22 - Rumor Pernikahan?
Hari ini, Kirana sudah kembali masuk bekerja Tumpukan pekerjaan yang telah ia tinggal selama sepekan ini cukup membuatnya sangat sibuk. Dia bahkan tak ada waktu untuk sekadar bersantai.Bahkan, dia hanya meninggalkan kursi dan meja kerjanya untuk salat. Makan siang, ia memilih membawanya ke ruangan. Makan sambil bekerja, cukup mengefisienkan waktu, mungkin. “Ra, kamu dengar rumor enggak kalau Pak Dzaka udah nikah?” tanya Dina yang tiba-tiba datang menarik kursinya di samping Kirana.Kirana diam mendengarkan, tangannya masih lihai menari di atas keyboard. Pandangannya, fokus ke arah layar. “Kira-kira kenapa ya kok tiba-tiba? Nggak ngundang-ngundang lagi. Nggak seru banget jadi direktur.” Mulutnya yang penuh dengan makanan masih terus mengoceh.“Apa jangan-jangan ceweknya jebol duluan ya?” tanyanya sontak membuat Kirana menghentikan aktivitas mengetiknya.“Ah, tapi masa sih Pak Dzaka gitu?” Dina bergumam sendiri.“P
Read more
Bab 23 - Karena Berjodoh Kita Bertemu
Kirana masih membisu. Wajahnya pun sedikit demi sedikit memerah karena menahan air mata yang ingin membuncah. Meski sesekali, ia terlihat menghapus buliran bening yang berhasil lolos ke pipinya. “Mungkin kita memang ditakdirkan berjodoh, Na,” ucap Dzaka, ekspresinya datar.“Karena perjodohan orang tua di masa lalu?” Kirana menyunggingkan bibir dan tersenyum sinis. “Atau karena buah dari sandiwara kita?”Dzaka tak langsung menjawab. Wajahnya yang tegas terlihat menahan senyum.“Allah itu selalu punya alasan ketika menciptakan detail kejadian. Pertemuan kita, pertemuan bunda dan ibu lewat kita ... semua punya alasan. Dan boleh jadi, itu juga alasan kita dipertemukan, karena kita berjodoh. Ini bukan suatu yang kebetulan,” tutur Dzaka. “Bukan karena bertemu lalu berjodoh, tapi karena berjodoh kita bertemu," imbuhnya. Kirana kembali bungkam. Kini ia berpikir bahwa yang dikatakan Dzaka memang ada benarnya. Tidak ada kejadian pada se
Read more
Bab 24 - Bahagia dan Luka
Kirana kini sudah berdiri di depan lift tetapi ia meraih ponselnya sebelum pergi. Berniat untuk mengabari Dzaka kalau ia akan menunggu di jalan depan. Sejatinya, Kirana masih sangat takut ketahuan. Meski di sisi lain, posisinya tidak salah. Toh, ia sudah sah menjadi istri Dzaka Hakeem secara agama dan negara. Namun, jujur ... ia belum siap jika statusnya sebagai istri menjadi konsumsi publik. Ia merasa mentalnya masih sangat lemah untuk mendengar gunjingan yang mungkin akan memojokkan dirinya. Siapa dirinya ini? Dan siapa suaminya?Tidaklah mungkin matahari mengejar bulan, begitupun bulan mengejar matahari, tapi dengan kuasa Tuhan mereka bisa bertemu dengan adanya gerhana. Ya, mereka juga seperti itu, mungkin. Kirana menyadari, bahwa ucapan Dzaka sebelum mereka menikah itu benar, bukan karena bertemu lalu berjodoh, tapi karena berjodoh jadi bertemu. Ketika Tuhan menakdirkan dua hati untuk bersatu, maka Dia akan menggerakkan keduanya, bukan salah satunya.
Read more
Bab 25 - Cinta yang Tak Sampai
Kirana masih mematung, pandangannya menelisik sosok pria yang sudah berdiri di hadapannya.Kirana dapat melihat pancaran kerinduan dari tatapan sayu pria itu, bersamaan dengan setetes buliran bening yang membasahi pipinya tetapi buru-buru dihapus agar tak ketahuan menangis. “Kau di sini, Kiranaku?” tanyanya lembut sembari menelisik sekeliling. Mungkin mencari tahu dengan siapa gadis pujaannya itu di sini?Pedulinya, kekhawatirannya masih sama seperti dulu. Tidak ada yang berubah. Kirana cukup bisa merasakannya. Kilau cinta dari matanya tidak bisa berbohong. Cinta itu masih ada. Benar-benar masih utuh. Rey, dia tidak main-main dengan cintanya, tapi sayangnya karena mereka berbeda, sehingga semesta pun tak membiarkan mereka bersama. Karena itu, di antara mereka berdua harus mengakui kekalahan. Kalah oleh keadaan. Tidak ada cinta yang akan menyatu pada dinding kalbu di antara keduanya. Melainkan cinta itu sendiri harus kembali pada pusaranya, meski
Read more
Bab 26 - Identitas Terbongkar?
“Selamat ya. Selamat karena telah memenangkan hati perempuan luar biasa seperti Kirana,” ucapnya sembari melepaskan uluran tangannya. Tatapannya yang sendu benar-benar menyiratkan bahwa ia telah kehilangan. Ya. Dia memang telah kehilangan. Kehilangan cintanya.“Cintai dan sayangi Kirana. Kau harus jadi pelindung juga sandaran untuknya. Kau harus bisa menjadi tempat berbagi suka dan luka dan menjadi tempat untuknya mencari solusi tatkala pikirannya tak sejalan dengan hatinya. Dia memilihmu, jadi jangan rusak kepercayaannya padamu,” tutur Rey. Terlihat dia menelan ludahnya begitu susah bersamaan dengan seutas senyum masam yang tercipta di ceruk pipinya. “Jangan sekali-kali membentaknya, karena setahuku dia paling tidak bisa dibentak,” katanya seraya melihat ke arah Kirana. “Jangan kau sakiti hatinya. Melukainya, sama saja kau akan melukai ibumu. Kalian seiman dan kurasa agama kalian juga punya cara untuk memuliakan perempuan.” Rey menam
Read more
Bab 27 - Jangan panggil Pak!
Kirana dan Dzaka terkesiap mendengar ucapan Fikri. Sekilas, mereka saling berpandangan. Ada ribuan kecemasan yang tercipta di benak Kirana. Terlihat, dari raut wajahnya yang berubah panik seketika. “Kok bisa?” tanya Dzaka. “Ada yang kenal Kirana?”“Soal itu, aku tidak bisa memastikan ada atau tidaknya, Tuan. Karena anak-anak di kantor sepertinya ada yang sempat melihat Tuan dan Nona Kirana masuk dan keluar lift bareng,” ungkap Fikri semakin membuat Kirana panik. “Ya sudah. Cepat atau lambat, mereka akan tau juga. Amankan situasinya dulu, jangan sampai ada wartawan yang sampai ke rumah atau ke kantor.”“Baik, Tuan.” Fikri mengangguk, kemudian berlalu pergi.Namun, baru beberapa saat, dia kembali lagi. “Lain kali kalau Tuan mau apa-apain Nona Kirana pintunya dikunci, biar aku nggak langsung main sosor masuk. Enggak lucu kalau kalian menodai mataku yang suci.”Dzaka mendengkus kesal. “Kamu juga kenapa nggak telepon dulu kalau mau
Read more
Bab 28 - Kirana dan Kekesalannya
Raut wajah Dzaka berubah seketika tatkala mendengar pernyataan asistennya. Senyumnya mendadak hilang dari wajahnya yang tegas.“Ada perlu apa dia ke sini?” tanyanya cuek. Reaksi tubuhnya menunjukkan seolah ia tak suka dengan keberadaan pria itu. “Beliau tidak mengatakan apa pun, Tuan. Hanya ingin bertemu dengan Anda,” tutur Fikri. Dzaka diam dengan helaan napas panjang. Lalu, pergi menemui pria itu diikuti Kirana dan Fikri. “Mau apa kau ke sini?!” bentaknya setelah sampai di hadapan Danial. Kilat amarah dan kebencian terlihat jelas dari kedua bola mata Dzaka. Di sisi lain, Kirana sempat tersentak mendengar suara suaminya yang jelas-jelas tak menggambarkan sikap seorang anak pada ayahnya.“Bisakah kau tidak membentakku ketika bertemu? Aku ini Papamu, Dzaka!” Pria berbadan gempal itu berdiri. Berusaha meraih bahu putranya untuk menenangkan, mungkin. Tapi buru-buru ditepis Dzaka. “Aku tidak bisa bersikap lembut pada or
Read more
Bab 29 - Ada Apa?
Tak hanya Kirana, semua pasang mata yang berada di sana langsung tertuju ke arah mereka tatkala mendengar suara orang yang sangat dikenali. Terlebih rasa penasaran yang memang menggebu atas rumor pernikahan yang belum terjawab kebenarannya. Namun, melihat fakta di depan mata, membuat mereka berasumsi hingga menyimpulkan sendiri bahwa rumor itu benar adanya. Tak terkecuali Dina yang berada tepat di hadapan mereka melongo keheranan, tak bisa berkata-kata lagi melihat kenyataan di depannya. “Mas, banyak orang,” bisik Kirana.Dzaka tak hirau ucapan istrinya, justru ia langsung duduk di dekat Kirana, lalu tersenyum tanpa rasa bersalah. “Jadi gosip itu benar ... kalian?” tanya Dina sembari menatap dua orang di hadapannya secara bergantian. “Menurutmu?” ketus Dzaka menaikkan alis kanannya. Kali ini, Dina tak bertanya lagi. Ia sudah tahu jawabannya. Dia masih benar-benar tak menyangka akan hal itu. Dina merasa ini terlalu
Read more
Bab 30 - Kiriman di Hari Resepsi
Hari resepsi pun akhirnya tiba. Kirana tampak cantik dan anggun dengan balutan baju pengantin adat Sunda sesuai dengan daerah asal keluarga suaminya itu. Acara berlangsung meriah berhasil menggugah jiwa Kirana. Ia sendiri sempat tak habis pikir jika konsep pernikahannya demikian menghabiskan dana hingga ratusan juta. Ia tak tahu menahu, sebab yang mengatur keberlangsungan resepsi adalah Bunda Andari. Dia dan Dzaka hanya diajak diskusi perihal undangan. Itu pun sebatas memberikan nama-nama yang akan mereka undang.Kirana sampai tak menyangka jika pernikahannya nyaris seperti pernikahan konglomerat. Disorot sana sini. Tamu undangan dari jajaran perusahaan-perusahaan besar di Indonesia juga tak sedikit. Ia bahkan sampai lelah duduk lalu berdiri untuk menyambut para tamu.Walau demikian, ia harus tetap menebarkan senyuman manis pada tamunya meski kakinya sudah terasa pegal karena sedari tadi pagi berada di atas heel. “Kenapa?” tanya Dzaka
Read more
PREV
123456
...
13
DMCA.com Protection Status