Istri Pura-Pura Direktur Kejam

Istri Pura-Pura Direktur Kejam

Oleh:  Kharamiza  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
3 Peringkat
123Bab
6.1KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Kondisi ekonomi yang miris pasca meninggalnya sang bapak membuat Kirana kembali ke Jakarta, tempat ia menempuh pendidikan tinggi. Niatnya, akan bekerja agar bisa membantu meringankan beban ibu, juga untuk biaya pengobatan sang kakak. Namun, di kota itu, selain membawanya pada kubangan nestapa masa lalu, ia juga berada dalam persimpangan dilema saat ditawari menjadi istri pura-pura untuk Dzaka—direktur utama perusahaan tempatnya bekerja. Komisi yang dijanjikan dari sandiwara itu cukup besar! Kirana pun menerima pekerjaan yang dipikir mudah karena hanya sebatas pura-pura menjadi calon istri di hadapan orang tua Dzaka. Berawal dari hubungan pura-pura itu, siapa yang menduga bakal keterusan? Mungkinkah berakhir dengan menyadari bahwa mereka adalah cinta sejati yang tertawan dalam rasa?

Lihat lebih banyak
Istri Pura-Pura Direktur Kejam Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
ShÌntà Rusman
cowoknya pendek ya, hampir 170, baru baca Novel cowoknya tingginya ga nyampe 170cm
2023-09-27 16:29:21
0
default avatar
Hajzah Rudding
Good luck.
2023-07-06 11:07:26
1
default avatar
Aripuddin Ahmad
Semangat kakk.
2023-05-10 07:44:50
1
123 Bab
Bab 1 - Awal yang Buruk?
Gadis dengan setelan celana baggy pants berwarna abu-abu yang dipadukan dengan kemeja putih dan jilbab segi empat berwarna nude itu setengah berlari menuju sebuah gedung pencakar langit yang berdiri megah tak jauh di depan sana. Suara hentakan heel yang memburu membuktikan bahwa dirinya sedang berpacu dengan waktu. Dia Kirana. Setelah sepekan bekerja, baru kali ini ia hampir saja terlambat bangun akibat malamnya tidur terlalu larut. Kebiasaan overthingking-nya pada tengah malam tiba-tiba kumat. Terlebih, dia sedang libur salat, jadi ada kesempatan untuk bangun lebih pagi.Di tengah aktivitasnya yang mengejar waktu, sebuah mobil melaju sedikit kencang hingga nyaris menabraknya. Walaupun hanya hampir, tapi membuat Kirana panik dan tersungkur di jalan berpeping. Tak lama, ia bangkit dan ternyata kejadian nahas itu mengakibatkan telapak tangannya sedikit terluka dan mungkin saja lututnya juga terluka. Pergelangan kakinya pun sedikit sakit karena keseleo. Kirana merasakan ada perih di k
Baca selengkapnya
Bab 2 - Perkara Cinta dan Restu
Sebenarnya, aturan perusahaan yang menekankan kedisiplinan pada karyawan, Kirana sudah tahu. Tapi, soal peraturan dilarang menjalin hubungan justru Kirana baru tahu dari rekan-rekan sesama karyawan di lift tadi.Hanya saja, Kirana tak akan mempermasalahkan itu. Ia hanya berharap akan betah dengan karir yang digelutinya di sini. Gaji yang dia dapat dari perusahaan berkelas seperti PT Langit Karya Indonesia juga lumayan besar.Kirana sadar, bahwa sudah menjadi tugasnya membantu perekonomian keluarga yang berantakan semenjak kepergian ayahnya, tiga bulan yang lalu. Bahkan, karena tuntutan ekonomi yang hancur membuat Kirana harus memutar otak agar bagaimana ia bisa mendapatkan uang dalam jumlah yang cukup besar. Ia bahkan terpaksa meninggalkan ibunya di Makassar bersama adik dan kakaknya. Tentu, ia tak hanya mengandalkan gaji sebagai karyawan biasa di Jakarta. Ia juga bekerja paruh waktu sebagai seorang barista di sebuah kafe.********Sepulang dari kantor tadi, Kirana langsung menuju kaf
Baca selengkapnya
Bab 3 - Sebuah Penawaran
Kirana tersentak kaget dan langsung mendongak. Tatapan matanya terfokus pada tisu yang disodorkan untuknya. Ia meraih sedikit pelan, lalu menghapus bekas air matanya.“Kamu karyawan baru di LKI, kan?” Fikri mengingat-ingat wajah yang tak asing di hadapannya itu. Beberapa kali sempat berpapasan di kantor, meski tak bertegur sapa. Ia juga pernah secara tidak langsung menyelamatkan gadis itu dari perdebatan tak berkesudahan Dzaka beberapa satu pekan lalu.Kirana menganggukkan kepala sebagai jawaban.“Oh, kerja di kafe itu juga?” tanyanya sambil menunjuk sebuah kafe yang beroperasi dua puluh empat jam itu. “Apa nggak capek pulang dari kantor harus bekerja lagi di kafe?”Kirana tersenyum masam. “Capek, Pak. Tapi, mau bagaimana lagi? Saya harus melakukannya.”“Apa gajimu di kantor tidak cukup?” Fikri menautkan kedua alisnya.Lagi, Kirana tersenyum. “Jika hanya persoalan biaya hidup, sudah lebih dari cukup, Pak. Tapi, ada hal lain yang membuatnya jauh dari kata cukup.”Fikri mengangguk. Tak l
Baca selengkapnya
Bab 4 - Memulai Peran?
Kirana terdiam sejenak. Ia terlihat berpikir.“Selebihnya, nanti kamu tanyakan pada Tuan Dzaka harusnya kamu bagaimana dan seperti apa. Termasuk nominal pembayaran, diskusikan sendiri dengannya, karena aku tidak punya hak lebih dari ini.”Kirana mengangguk paham dan memutuskan untuk berpikir terlebih dahulu. Dia akan menghubungi Fikri jika sudah menemukan jawabannya.***Jarum jam sudah menunjukkan pukul 01.05 dini hari, tetapi matanya masih enggan untuk terpejam. Rasa bersalah kepada orang tuanya kian mencekik batin. Pertemuannya kembali dengan sosok dari masa lalu membuat Kirana seakan tak bisa menepis rindu dan kenyataan untuk tak bersama. Rasa cinta itu utuh dalam kalbu. Kirana menyadari bahwa hal itulah yang menjadi ketakutan sang ibu beberapa waktu lalu saat dirinya pamit ke Jakarta.Dua tahun sudah berlalu, semenjak kejadian dirinya dimarahi habis-habisan karena ketahuan orang tua tengah menjalin hubungan dengan pria beda agama sewaktu Rey datang ke Makassar membawa niat unt
Baca selengkapnya
Bab 5 - Dinner
“Enya atuh, Dzaka. Sekarang Bunda teh bebaskan kamu. Kalau kamu tidak mau mengenal gadis yang Bunda ingin kenalkan. Please, Dzaka bawa gadis pilihannya ke hadapan Bunda. Mau saha aja, asal itu teh bukan Clarissa. Sebab, jika Clarissa, sampai iraha pun Bunda enggak akan rido.”(“Baiklah, Dzaka. Sekarang, Bunda bebaskan. Kalau kamu tidak mau mengenal gadis yang Bunda ingin kenalkan. Silakan, Dzaka bawa gadis pilihannya ke hadapan Bunda. Mau siapa saja, asal itu bukan Clarissa. Sebab, jika Clarissa, sampai kapan pun Bunda enggak akan rido.”)“Iya, Bunda. Segera akan Dzaka bawa gadis yang Dzaka mau.”“Kumaha maneh we. Bunda tunggu kabar baiknya.”(“Terserah kamu saja. Bunda tunggu kabar baiknya.”)Pria itu mengerang frustrasi di meja kerjanya. Ucapan sang bunda terus terngiang-ngiang menghantui pikirannya. Dia selalu saja didesak akan hal serumit itu. Bagaimana tidak? Dzaka sama sekali tidak bisa mengenalkan gadis manapun ke hadapan bundanya. Sejauh ini, ia hanya mengenal satu orang gadis
Baca selengkapnya
Bab 6 - Calon Istri
Jeans hitam dan kemeja putih digulung sesiku membalut tubuh kekar pria yang berdiri sembari melipat tangan di depan dada. Kini, dia sudah berada di area perjanjian dinner dengan bundanya malam ini. Fikri setia mengawalnya ke mana pun dan di mana pun. Sengaja, mereka berdiam di tempat yang tak terlalu banyak orang berlalu lalang, sembari menunggu sosok yang akan membantu menyelamatkan reputasinya dalam mencari cinta di hadapan sang bunda.Lelah sudah dia dikecam dengan ancaman perjodohan jika tak membawa calon istri. Meski disadari, apa yang dilakukan ini adalah sebuah kesalahan yang justru mengancam semakin memperburuk citranya jika ketahuan memanipulasi keadaan. Tapi, jalan pikirannya sudah buntu. Tak lagi bisa berpikir jernih walau sesaat.Sepuluh menit sudah mereka menunggu, tapi yang ditunggu belum kunjung menampakkan batang hidungnya. Sesekali, Dzaka mendengkus sebal dan melihat jam tangannya. Dia paling tidak suka menunggu. Apalagi, di tempat dijangkau sedikit cahaya, banyak n
Baca selengkapnya
Bab 7 - Pertemuan
Senyum manis terpancar di wajah Kirana saat kalimat itu diucapkan Dzaka, walaupun kini ia susah payah menelan ludahnya sendiri. Ia belum pernah diperlakukan seperti ini oleh seorang pria di hadapan orang tuanya. Tentu saja, karena cinta pertamanya tak mendapat restu sama sekali. Dia juga tidak pernah dibawa untuk bertemu orang tuanya Rey.“MasyaAllah, Very-very smart bujang Bunda cari calon istri geulis pisan ini teh.” Wanita berhijab pashmina yang dimodel sedemikian rupa itu berbicara dengan logat sunda dan kadang dibumbuhi dengan Bahasa Inggris, sudah menjadi ciri khasnya yang memang lahir di Bandung dan kerap ke luar negeri dalam waktu yang lama.Kirana hanya tersenyum kikuk, malu-malu dipuji sedemikian frontal-nya. “Bisa aja, Tante.”“Aduh, kumaha ini teh konsepnya? Jangan panggil Tante atuh, Neng. Panggil Bunda aja. Biar terbiasa, jadi harus dibiasakan dari sekarang mah nya,” ujarnya.Tak berselang begitu lama, seorang pelayan menghampiri mereka. Setidaknya, hal itu bisa memutu
Baca selengkapnya
Bab 8 - Bunda
“Ada apa kiranya kamu menemuiku, Rey?” tanya Kirana berusaha keras untuk mengalihkan pandangannya dari pria itu.Ada rasa yang sulit untuk ditafsirkan tatkala melihatnya. Dia berusaha tetap tegar dan menahan luapan rasa yang menggebu dalam dadanya.“Aku mengkhawatirkanmu, Kiranaku. Kamu tidak datang ke kafe hari ini,” jawabnya.“Aku ada urusan, Rey. Bukankah aku sudah meminta izin ke Raya sebelum kamu datang ke kafe tadi?”“Tentu, aku tahu itu. Tapi, bolehkah aku tahu siapa sosok yang mengantarmu tadi?” tanyanya, mencari jawaban kejujuran di mata Kirana.Kirana tersenyum singkat. “Bukan siapa-siapa. Dan kurasa itu bukan urusanmu untuk mengetahuinya.”“Aku paham.” Rey menunduk, lalu kembali memandang Kirana, dalam-dalam. “Jujur … dan maaf karena sampai saat ini aku senantiasa masih merindukan dan menginginkan cintamu, Cahayaku.”Ucapan Rey itu membuat Kirana susah payah menelan ludahnya. Rindu? Sejatinya, ia tak bisa bohong bahwa juga merindukan sosok yang haram untuknya dirindu.“Aku
Baca selengkapnya
Bab 9. Menikah?
Pertanyaan itu membuat Kirana diam. Wulan memang sudah tahu perihal Kirana yang bertemu kembali dengan Rey. Bahkan, Kirana bekerja di tempatnya Rey. Sempat, Wulan meminta Kirana untuk berhenti bekerja di sana, tapi putrinya itu menolak dan ia akan bertahan sedikit saja. Seenggaknya, sekarang pun Kirana ingin sekali jujur bahwa Rey masih terus mengejarnya. Namun, ia takut jika kejujurannya nanti hanya menciptakan kecemasan dalam batin ibunya. Minimal, Kirana berjanji bisa meminimalisir perasaan dan mengatasi masalahnya dengan Rey sendiri.“Kita sering bertemu, Bu. Karena Nana kan setiap malam memang kerja di tempatnya Rey juga.”“Ibu paham. Ibu Cuma tidak mau kamu terjerumus lagi. Tetap jaga sikap dan ingat selalu pesan-pesan Almarhum Bapak.”Kirana mengangguk.“Tapi ingat, Nana pernah janji sama Ibu kalau Kak Jihan sudah sembuh, akan berhenti bekerja di sana. Ibu sebenarnya tidak rela melihat kamu dan Rey masih terikat satu sama lain, meskipun itu karena pekerjaan. Akan sulit untuk ka
Baca selengkapnya
Bab 10 - Pertemuan Lagi?
Gadis berhijab abu-abu muda itu mulai menginjakkan kaki di jalan berpeping halaman kantornya. Seperti biasa, dia lebih memilih turun di pinggir jalan tak jauh dari gedung daripada harus diantar oleh Abang Gojek hingga ke depan lobby.Bukan malu, tapi Kirana lebih suka saja jalan kaki dari luar. Seandainya pun kos-nya dekat, dia mungkin lebih memilih jalan kaki. Namun, sayangnya karena jarak tempuhnya lumayan nguras tenaga jika harus ditempuh dengan berjalan kaki.“Kirana … tunggu!” suara teriakan itu sontak membuat Kirana menghentikan langkah. Dia berbalik, melihat sumber suara cempreng yang sangat dikenal selama hampir sebulan bekerja.“Apa, Din?” tanya Kirana sembari mengangkat satu alisnya. “Suaranya sampe gedung sebelah tau.”“Hari Minggu nanti kamu free, nggak?” tanya Dina. Mereka sembari terus berjalan beriringan.Kirana berdehem pelan. “Aku kerja pagi di kafe. Kenapa?”Dina memanyunkan bibir tipisnya. “Yaaa … padahal mau m
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status