All Chapters of Kisah Seorang Pendekar Kanuragan Pilihan: Chapter 21 - Chapter 30
53 Chapters
Bab 21 : Pertarungan Askara Dengan Siluman Kera
“Kurang ajar sekali dirimu ini manusia!” ucap siluman Kera dengan nada merendahkan. Pada saat yang sama, tekanan udara meningkat dengan tiba - tiba, menyebabkan mereka berdua tercekik dan sesak napas oleh aura membunuh yang begitu kuat terpancar dari siluman Kera tersebut. “Bedebah, dan aura pembunuhan yang terpancar darinya begitu kuat," gumam Ayu dalam hati, sambil berjuang untuk mengatur pernapasannya yang terganggu akibat pancaran aura membunuh dari siluman Kera itu. “Kuat juga dia” balas Askara, kemudian tanpa ragu, ia melepaskan pancaran aura pembunuhnya yang memancar dengan gemilang. Saat dua pancaran itu bertabrakan, gelombang kekuatan saling beradu, menghempaskan kedua pemilik aura itu hingga beberapa meter menjauh. "Tunggu sebentar, mohon beri tahukan kami, mengapa kami dibawa ke tempat ini? Apakah benar bahwa kalian semua berniat untuk menyerahkan kami sebagai tumbal bagi makhluk yang kalian tunggu kebangkitannya, seperti yang diungkapkan oleh Askara sebelumnya?" tanya
Read more
Bab 22 : Sepuluh Tarian Pedang Menangkap Roh Jahat
Pemuda itu, dengan kuat, menyatukan keningnya dengan kening siluman Kera itu, menciptakan suatu kontak yang menggetarkan. Serangannya tersebut membuat siluman itu terdorong mundur beberapa langkah, memberikan kesempatan kepada Askara untuk melancarkan serangan berikutnya. Dalam momen yang penuh keberanian, Askara mengarahkan tendangan ke arah perut siluman Kera itu. Meski siluman tersebut berhasil menahan serangan pemuda itu, namun dampaknya membuatnya terpaksa terhuyung mundur beberapa langkah. Dalam kekuatan yang menggugah hati, pertemuan antara Askara dan siluman Kera itu menciptakan suatu momen yang menegangkan. Serangan yang dilancarkan oleh pemuda itu, sekalipun dihadang, tidak dapat dipandang remeh. "Sudah terlalu lama kita beradu, dan aku tak bisa menolak untuk mengakui kehebatanmu, sebagaimana dirimu mengakui kehebatanku dalam pertempuran ini. Untuk menghormatimu, ijinkanlah aku memperkenalkan diriku dengan penuh rasa hormat. Namaku Wanara Madya Wengi, yang dikenal sebagai
Read more
Bab 23 : Tangan Yang Terpotong
Ucapan yang dilontarkan dengan penuh kharisma tersebut mengungkapkan kekuatan ajaib yang dimiliki oleh pemuda tersebut. Dalam keindahan yang memukau, cahaya putih yang bersinar terang muncul dari sekeliling tempat di mana Askara berada. “Ajian apa itu? Aku belum pernah melihat jenis Ajian seperti itu seumur hidupku” gumam Wengi, kemudian dia mempererat genggaman pada tongkat emasnya. Dengan gesitnya, pemuda itu seakan - akan melampaui ruang dan waktu, muncul di depan Wengi dalam sekejap mata. Dalam gerakan yang cepat dan tangkas, dia menyerang siluman Kera itu dengan kecepatan yang memukau. Dalam hanya dua serangannya, senjata pusaka berupa tongkat emas yang dipegang oleh Wengi retak tak terkendali, memaksa siluman itu menahan diri dengan susah payah, kebingungan melintas di matanya. Dalam kecepatan dan keahlian yang luar biasa, pemuda itu berhasil mencapai kemenangan yang menakjubkan. Melihat tongkat emas yang kini retak dan hampir hancur, Wengi terpaksa menelan ludahnya dengan k
Read more
Bab 24 : Kematian Maharaja Siluman Kera
Seperti seorang penari yang mengikuti irama musik yang tersembunyi, Askara dengan keahliannya yang luar biasa melancarkan serangan - serangan cepat dan efisien kepada para siluman yang mendekatinya. Gerakannya yang lincah seakan - akan mengikuti aliran angin, dengan setiap tebasan pedangnya yang tajam memotong bagian - bagian tubuh para siluman yang berusaha menyerangnya. Keindahan dan ketangkasannya dalam pertempuran ini seperti tarian maut yang memukau, menciptakan komposisi harmoni antara kekuatan dan kegrasian yang memukau. Tubuh - tubuh yang hancur dan terpotong-potong menjadikan lantai tempat itu dipenuhi dengan percikan darah yang mengerikan. Dalam keadaan yang penuh dengan ketegangan, matanya bersinar dengan kecerdasan yang tajam, mendeteksi serangan dari berbagai arah yang mengancamnya. Dengan kecekatan dan kecepatan yang luar biasa, Askara telah mengantisipasi serangan itu sebelum mereka bahkan bisa mencapai dirinya. Dalam satu gerakan yang begitu elegan dan mematikan,
Read more
Bab 25 : Lima Panglima Siluman Kera
“Ya, kalau begitu ayo kita bergegas cepat untuk keluar dari kerajaan ini” ucap Askara dengan lembut, sambil memegang erat tangan Ayu. Dalam kehangatan genggaman tangan mereka, terpancar keinginan yang kuat untuk tidak kehilangan satu sama lain. “Tangan Askara ternyata lebar dan kuat ya, sekaligus hangat” ucap Ayu dengan penuh kekaguman di dalam batinnya. Dengan langkah yang cepat, mereka berdua melaju maju, namun terhenti oleh pemandangan yang mengejutkan. Di depan gerbang keluar Kerajaan, terhampar ratusan prajurit yang menghalangi jalan mereka. Dalam cahaya yang redup, mata mereka memancarkan warna merah menyala, taring-taring mereka terlihat mengancam, dan napas mereka mengeluarkan hembusan yang mengguncangkan jiwa. “Jadi, dimana Maharaja Siluman Kera Wanara Madya Wengi dan kenapa kalian para manusia berhasil keluar dari Istana Kerajaan?” tanya salah seorang siluman kera dengan suara yang menggema di seantero kerumunan. Tampak jelas bahwa dia adalah salah satu pemimpin atau peti
Read more
Bab 26 : Pertempuran Enam Kesatria Pilih Tanding
“Perkenalkan namaku Wanara Apyu Sang Pendekar Tombak Api” ucap Apyu dengan lantang. “Namaku Wanara Apah Sang Pendekar Trisula Air” ucap Apah. “Namaku Wanara Bantala Sang Pendekar Gada Bumi” ucap Bantala. “Namaku Wanara Anila Sang Pendekar Busur Angin” ucap Anila. “Namaku Wanara Graksa Sang Pendekar Pedang Petir” lanjut Graksa. “Lalu, siapakah dirimu wahai Pendekar Manusia?” tanya Graksa dengan mata yang menajam. “Aku adalah Askara Diwapati Vajra” jawabnya dengan singkat, namun penuh kekokohan. Kemudian, dengan gerakan yang elegan, pedangnya meluncur ke arah mereka, membelah udara dengan keberanian yang membara. Dalam sekejap, gelombang angin dahsyat meluncur dengan kecepatan tinggi, menghantam mereka seperti ombak ganas. Tubuh-tubuh mereka terhempas beberapa meter ke belakang. "Apakah ini sebuah ajian?" tanya Apah dengan kebingungan yang memenuhi dirinya. Bagaimana mungkin, tanpa kata - kata atau mantra yang diucapkan, hanya dengan gerakan, dia mampu memunculkan kekuatan yang
Read more
Bab 27 : Terjatuhnya Askara
Deg Dalam keheningan yang tegang, denyut jantung pemuda itu berdegup dengan kecepatan yang mengguncang. Ketika ia merasakan adanya ancaman yang mendekat dari arah depan dan langit, kekhawatiran yang dalam melanda hatinya. Dan benarlah firasatnya, ketika kepulan asap tiba - tiba mengaburkan pandangannya, menghancurkan kejernihan cakrawala. Di tengah kabut yang mencekam, terlihat jelas ujung tombak yang meluncur dengan kecepatan kilat, menuju Askara yang terhunjam dalam pertempuran. Dari langit, terlintas pemandangan yang menakutkan tebasan pedang yang mengancam untuk memenggal kepala Askara. Namun, dengan kecermatan dan ketajaman penglihatannya, pemuda itu mampu melihat dengan jelas serangan itu sebelum terjadi, seolah matanya telah menyulap waktu menjadi teman setia. Dalam keanggunan gerakan yang memukau, Askara dengan lincah menghindari serangan mematikan itu. Tubuhnya meliuk dengan keanggunan, melesat melalui bahaya yang memburu. Keberanian dan ketepatan gerakannya menunjukkan
Read more
Bab 28 : Kebangkitan Kembali
“Uhuk, bedebah! Kanuragan dan inti pusara kekuatanku kian melemah sepanjang aku mengeluarkan beberapa ajian tingkat tinggi, kini aku tidak tahu lagi harus bagaimana” ucap Askara, kemudian dia mengelap darah yang mengalir dari kening pemuda itu, akibat terjatuh dari ketinggian. “Memang benar kekuatan mereka sangatlah hebat, jika aku dalam kondisi prima mungkin aku bisa mengalahkan mereka semua” gumam Askara, matanya menatap tajam keatas. Dengan mata penuh keberanian, dia menatap tajam ke arah keempat panglima kerajaan siluman kera yang menatapnya dengan pandangan penuh keangkuhan yang merendahkan. ….. ….. ….. Raut wajah Ayu meringis kesakitan akibat patahnya tulang pergelangan tangan, sementara matanya tetap terfokus menatap tajam ke arah keempat panglima yang mengarahkan pandangan mereka ke retakan yang terbentang di bawah. “Tak dapat di pungkiri, mungkin kita akan mati di tempat seperti ini. Kekuatan dan kanuraganku sudah habis, aku tidak bisa membantu Askara sekarang ini” gumam
Read more
Bab 29 : Pancasona
“Ada apa ini? Bukankah manusia itu sudah kita bunuh, itu adalah serangan terkuat kita. Harusnya dia mati, apa lagi aura kehidupan sudah tidak ada beberapa saat lalu dan sekarang aura kehidupan didalam timbunan itu muncul kembali, sebenarnya siapa dia?” tanya Apah, mengemukakan pertanyaan dengan kebingungan yang mendalam, meragukan nasib Askara, apakah pemuda itu telah meninggal atau masih bernyawa. Deg Mata mereka terbelalak ketika Askara tiba - tiba muncul dari dalam perut bumi, menampakkan tubuh yang dipahat indah dengan otot - otot six - pack yang memikat. Mereka terperanjat bukan kepalang, karena bagaimana mungkin manusia yang tubuhnya hancur berkeping - keping kini bangkit kembali tanpa cela, seolah - olah serangan dahsyat sebelumnya tidak pernah terjadi, dan kehancuran tubuh tadi hanyalah ilusi semata. “Mengerikan, bagaimana mungkin manusia bahkan makhluk lain sekalipun jika tubuhnya bercerai berai dan musnah tidak akan pernah bersatu kembali dan sudah di pastikan bahwa dia
Read more
Bab 30 : Terputusnya Lengan Bantala
Dengan matanya yang penuh kesaktian, Askara mendeteksi gerakan yang datang dari sisi kanannya, sebuah senyum mengembang di bibirnya. Dengan kecepatan yang memukau, ia berhasil menghindari serangan itu, lalu tanpa ragu ia menangkis serangan Apyuh dengan pedang yang tergenggam erat di tangannya. “Ajian : Mahawu Rahayu Saka Sida Jangka (Hempasan api yang mengemuka dari dunia bawah)” ucap Apyuh, bilah pedangnya mengeluarkan api yang membara dari ketiadaan. Pedang pusaka itu terhunus dengan ganas ke arah Askara, dan setiap kali senjata itu menyentuh sesuatu, baik itu makhluk hidup ataupun benda mati, maka bilah pedang itu akan mengeluarkan ledakan - ledakan beruntun menggelegar. Nyaris saja Askara menghadapi kematian kedua kalinya, jika bukan karena kemampuan luar biasa yang terkandung dalam matanya yang sakti. Dia menghindari ledakan dengan sangat cepat, kemudian dia merapal mantra hanya dengan hitungan detik. “Wrahaspati Sakti Prabawa (Kekuatan yang memancar seperti Wrahaspati)” ucap
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status