Semua Bab Dinodai Adiknya, Dinikahi Kakaknya.: Bab 21 - Bab 30
62 Bab
Bab 21. Marc adalah suamiku.
Tentu Amira bertanya, karena Marc menghentikan mobilnya di parkiran sebuah butik."Kita akan membeli pakaian untukmu," jawab Marc yang langsung membuka pintu mobilnya.Kali ini Marc menyetir sendiri, sebab Bagus sopir pribadinya sedang tidak enak badan. Di kediaman Louis ada beberapa sopir, tetapi Marc hanya mempercayai Bagus."Pakaian untuk apa Mas?" Amira kembali bertanya.Marc yang sudah melangkah terlebih dahulu seketika berhenti, tubuh kekarnya berputar untuk melihat Amira yang mengikutinya dari belakang."Untuk kamu pakai nanti malam," jawab Marc."Apa harus pakai baju baru?" Lagi-lagi Amira bertanya."Tidak," jawab singkat Marc.Ia meminta pelayan bukti untuk memilihkan beberapa gaun yang cocok untuk Amira."Terus, kenapa harus beli baju baru?" Marc memutar kepala, ditatapnya Amira dengan tatapan yang sulit untuk diartikan. Seketika membuat Amira terdiam, lalu mengikuti pelayan toko menuju ruang ganti. Dari 5 gaun yang dicoba oleh Amira, tak satupun yang menarik perhatian Mar
Baca selengkapnya
Bab 22. Apa yang kamu lakukan?
"Marc," sentak Caterina, "Jangan membuat Mamah kesal, kamu tidak perlu mendapat izin dari Amira," lanjutnya."Mah, aku tidak akan bisa menikah dengan Karra secara sah di negara, jika tanpa izin dari Amira. Karena aku dan Amira sudah terdaftar sebagai sepasang suami istri di pengadilan agama," jelas Marc dengan berbohong."Untuk sementara, kamu dan Karra akan menikah siri," ucap Caterina dengan tegas, "Bagaimana sayang?" lanjutnya bertanya kepada Karra."Iya Tante, aku tidak keberatan," sahut Karra dengan penuh semangat dan tersenyum bahagia."Bagaimana Tuan Wijaya?" Caterina bertanya kepada Wijaya."Semua terserah Karra, Nyonya. Jika Karra tidak keberatan! Aku sudah pasti mendukung," jawab Wijaya dengan santai."Tapi aku keberatan Om, aku tak mungkin mengizinkan suamiku untuk menikah dengan wanita lain. Apalagi kondisiku saat ini sedang mengandung, coba banyak jika Om berada di posisiku," protes Amira."Itu derita kamu!" sahut Caterina dengan wajah angkuhnya, "Sebelum Marc menikah
Baca selengkapnya
Bab 23. Mas lepaskan tanganku.
"Jangan, jangan mendekat," ucap Amira karena Marc melangkah menuju tempat tidur, dengan kondisi bertelanjang dada. "Kalau tidak, aku berteriak," lanjut Amira mengancam. Marc justru naik ke atas tempat tidur, tangan kekarnya mencengkram kedua pergelangan tangan Amira dengan kasar. "Aku akan menunjukkannya kepadamu," ucap Marc dengan lembut namun penuh penekanan. "Apa yang ingin kamu tunjukkan?" Suara Amira terdengar bergetar.Wajahnya tegang karena takut, posisi Marc di atas tubuhnya membuat Amira merasakan sesuatu yang mengganjal di bawah sana. "Bukankah kamu meragukan aku?" tanya Marc. Amira menyipitkan mata, ia bingung dengan pertanyaan Marc, "Maksud...." Marc melumat bibir Amira dengan kasar, yang membuat wanita cantik itu berhenti bicara. Pria tampan itu benar-benar tersinggung dengan ucapan Amira yang menanyakan tentang dirinya normal atau tidak. Selama ini ia tidak menyentuh Amira bukan karena tidak selera dengan wanita, tetapi karena ia menghargai Amira. "Um...." Amira
Baca selengkapnya
Bab 24. Aku lebih baik mati.
Tepat pukul 9 lewat 30 menit, Amira sudah meninggalkan kediaman Louis. Wanita cantik yang tengah hamil 1 bulan 2 Minggu itu, menaiki taksi menuju kafe tempat ia bertemu dengan Karra.Setibanya di sana, Amira disambut seorang waiters yang menunggu di pintu utama. Wanita berseragam hitam itu menuntun Amira ke ruangan VIP. Dari pintu sudah terlihat Karra duduk di sofa dengan posisi bersandar sambil kedua tangan terlipat di dada."Selamat datang Amira," sapa Karra sambil tersenyum manis, ", Silahkan duduk," lanjutnya."Terima kasih." Amira mendaratkan bokongnya di atas sofa, tepat di hadapan Karra."Apa ada hal penting sehingga engkau memintaku datang kemari?" Amira membuka mulut terlebih dahulu."Hum," sahut Karra.Ia tersenyum seribu arti, tangannya meraih sebuah amplop yang terletak di atas meja, lalu menaruhnya di hadapan Amira."Aku sudah menambah jumlahnya, aku tahu jumlah waktu itu masih kurang," ucap Karra dengan percaya diri.Amira menatap amplopnya, setelah itu ia beralih menata
Baca selengkapnya
Bab 25. Kamu benar-benar licik Karra.
"Apa Amira masih memiliki teman selain kamu?" Marc kembali bertanya.Eribka menggeleng, "Memang kenapa Om?" Eribka balik bertanya."Amira belum pulang semenjak pergi tadi pagi, aku khawatir karena ponselnya tidak bisa dihubungi." Wajah Marc terlihat serius saat mengatakannya."Amira ke mana Om? Dia tidak punya teman selain aku." Eribka pun ikut khawatir.Marc menatap dingin Eribka, "Kalau aku tahu, aku tidak akan datang kemari untuk menemui kamu," ucapnya.Tentu Marc berkata demikian! Jika ia mengetahui di mana Amira, untuk apa dia menemui Eribka ke sana?"Tolong cari Amira Om, aku yakin pasti ada sesuatu yang terjadi kepadanya. Amira baru 3 bulan tinggal di kota ini, jadi dia belum tahu liku-liku Jakarta." Mata Eribka mulai berkaca-kaca.Eribka tahu seperti apa sahabatnya, Amira tidak suka ke luar rumah ataupun keluyuran. Selama ini wanita cantik itu hanya ke luar untuk bekerja dan berbelanja ke supermarket.Marc pun semakin khawatir karena melihat wajah Eribka yang begitu panik. Bah
Baca selengkapnya
Bab 26. Iya, aku pasti pergi setelah anak ini lahir.
Marc yang sedang fokus bekerja terkejut melihat kedatangan Karra ke kantornya. Wanita bertubuh tinggi itu membuka pintu tanpa mengetuknya terlebih dahulu.Tentu sikap ceroboh Karra membuat wajah tampan Marc berubah seketika! Apalagi Marc pria yang tegun dengan etika."Marc, Amira," ucap Karra yang melangkah menuju meja kerja Marc."Amira, di mana dia?" Marc bangkit dari kursi kerajaannya."Itu, aku menemukannya di jalan," jawab Karra dengan berbohong.Tentu ia berbohong! Karra tak mungkin mengatakan yang sebenarnya kepada Marc."Amira di mana?" Marc mengulang pertanyaannya."Diparkiran, do mobil."Mendengar jawaban Karra, Marc bergegas meninggalkan ruangannya dan diikuti oleh Karra. Keduanya masuk ke dalam lift menuju parkiran basement."Tunggu Marc," panggil Karra yang tak sanggup menyeimbangi langkah Marc.Karra berlari ringan mengejar Marc yang semakin jauh, pria tampan itu melangkah terburu-buru menuju mobil Karra yang terparkir di bagian sudut.Marc benar-benar terkejut melihat
Baca selengkapnya
Bab 27. Tapi Mas jangan marah ya?
"Hum," jawab Amira sambil memalingkan wajah.Tentu Amira memalingkan wajah, apa yang ia lakukan saat ini karena terpaksa. Hidupnya benar-benar seperti buah simalakama, menolak permintaan Karra taruhannya nyawa Jordan dan orang tuanya, menuruti kemauan Karra taruhannya menghancurkan keluarga Louis.Andai waktu bisa diputar kembali, Amira memilih tidak menerima tawaran dari Marc. Masalah kehamilannya saja belum terselesaikan, kini ia harus bermasalah dengan Karra.Caterina menghampiri Amira yang terbaring di atas tempat tidur, "Pintar," ucapnya.Setelah itu ia kembali menghampiri Karra, memeluk wanita licik itu dengan semangat. Tentu keduanya sangat bahagia, namun mereka tidak tahu! Dua telinga mendengar perbincangan mereka sejak tadi........................Waktu telah menunjukkan pukul 7 malam, Caterina dan Karra sudah meninggalkan rumah sakit. Kini hanya tinggal Bibi Hanum dan Amira, kedua wanita itu sedang berbincang-bincang. Amira menceritakan semua apa yang terjadi kepadanya, kar
Baca selengkapnya
Bab 28. Mati dan hidupmu ada di tangan Tuhan.
Marc yang sedang berdiri di depan kaca rias sambil menyisir rambut, refleks memutar tubuh mendengar kata-kata yang ke luar dari mulut Amira. "Sejak kapan kau mengenal Karra? Apa dia sahabatmu, saudaramu? Sehingga kau menyebutnya wanita baik-baik," ucap Marc."Tidak, dia bukan sahabat atau saudaraku bahkan aku baru mengenalnya. Tapi Mas, dialah yang sudah menolongku, jika Karra tidak membantuku mungkin aku sudah tiada," bantah Amira.Marc melangkah menghampiri Amira ke sofa, tubuh kekarnya menunduk untuk mensejajarkan wajahnya dengan wajah Amira. Tentu wanita cantik itu sedikit bergetar, ia berpikir Marc akan melakukan sesuatu."Mati dan hidupmu! Ada di tangan Tuhan. Kamu masih bernyawa saat ini bukan karena Karra, tetapi karena belum waktunya malaikat maut menjemputmu," ucap Marc.Pria tampan itu bicara dengan tegas, kedua manik matanya menatap kedua mata indah Amira, bahkan menembus uluh hati yang membuat jantung wanita cantik itu berdegup tak beraturan.Setelah mengatakan itu Marc
Baca selengkapnya
Bab 29. Tidak masalah tidur satu ranjang.
Waktu telah menunjukkan pukul 7 malam, saat ini keluarga Louis baru selesai makan bersama. Amira meninggalkan tempatnya terlebih dahulu setelah menghabiskan makanannya."Marc, Mamah ingin bicara denganmu," ucap Caterina saat Marc bangkit dari kursi."Hum, aku tunggu Mamah di ruang tamu," sahut Marc sambil melangkah meninggalkan ruang makan, menuju ruang tamu.Di sana ibu dan anak itu berbincang-bincang, tetapi tidak hanya berdua! Melainkan ada Marcell."Marc, apa Amira sudah bicara kepadamu?" Caterina membuka mulut terlebih dahulu."Bicara apa Mah?" Marc bertanya hanya berpura-pura tidak tahu."Tentang Karra," jawab Caterina."Memang Karra kenapa Mah?" Marc terus saja berpura-pura, seolah-olah ia tidak mengerti apa maksud ucapan ibunya."Karra baik-baik saja," ucap Caterina dengan lembut."Terus?" desak Marc."Kapan kamu menikah dengannya?" Caterina akhirnya bicara pada intinya.Marc menghela napas, "Tunggu Amira sampai melahirkan," ucapnya."Kenapa harus menunggu Amira sampai melahir
Baca selengkapnya
Bab 30. Iya, aku sangat mencintainya.
Keduanya berbaring dengan posisi saling memunggungi. Amira di sisi ranjang sedangkan Marc di bagian tengah, suasana ini benar-benar membuat jantung Amira berdegup kencang. Bahkan matanya tak mau tidur padahal waktu sudah menunjukkan pukul 2 malam."Kamu ke mana?" Marc tiba-tiba membuka mulut saat Amira menurunkan kedua kakinya dari atas tempat tidur."Ha...." Amira sedikit terkejut, ia berpikir pria tampan itu sudah tidur sejak tadi."Kamu mau ke mana?" Marc mengulang pertanyaannya sambil memutar tubuh."A...a...aku mau ke kamar mandi Mas," jawab gugup Amira yang langsung melangkah menuju kamar mandi.Di sana Amira membasuh wajahnya dengan air, tidur di samping Marc membuatnya tidak bisa tenang. Walupun mereka sudah resmi suami istri tapi Amira belum siap untuk disentuh, sebab ia sedang mengandung anak pria lain.Setelah 5 menit di dalam kamar mandi, Amira ke luar dan kembali ke tempat tidur. Ia membaringkan tubuh mungilnya, memejamkan mata untuk menjemput mimpi indah.Saat terbangun
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status