All Chapters of Dinodai Adiknya, Dinikahi Kakaknya.: Chapter 51 - Chapter 60
62 Chapters
Bab 51. Milikmu terlalu sempit Amira.
Warning: Di bab ini sedikit panas dan basah, jadi bijaklah dalam membaca karena cerita ini khusus dewasa. Terima kasih."Hum...aku ingin lebih dari ini Mas." Tanpa malu Amira meminta Marc untuk menyetubuhinya."Apa kamu yakin?" tanya Marc dengan lembut."Hum, karena kamu adalah suamiku," sahut Amira seiring dengan anggukan kepala."Aku akan melakukannya, tapi ambil dulu kursi roda untukku," pinta Marc dengan nada berbisik.Tanpa menjawab, Amira bergegas mengambil kursi roda, lalu membantu Marc untuk duduk di sana. Tanpa di sangka, pria tampan itu membuka seluruh pakaian Amira tanpa menyisakan sehelai benang pun, lalu memintanya untuk berbaring.Dengan lembut Marc menekuk kedua kaki wanita cantik itu di sisi ranjang lalu melebarkannya. Kini goa yang berwarna pink muda itu terekspos bebas di hadapan Marc. Hanya dalam hitungan detik, bibir pria tampan itu sudah menempel sempurna di sana.Lidahnya dengan liar menerobos lobang kecil yang begitu seperti, memainkannya di dalam sana, menghis
Read more
Bab 52. Apa kamu juga menyukainya?
Amira berusaha tenang saat membersihkan darah dari punggung tangan Marcell, ia tidak mau terlihat gugup yang membuat Marc curiga. Dengan terburu-buru ia melilit perban ke tangan Marcell, yang membuat pria tampan berusia 30 tahun itu merintih."Aw, sakit Amira," keluh Marcell dengan nada merintih."Maaf, maaf, aku tidak sengaja," sesal Amira."Hanya sentuhan seperti itu kamu merasa sakit? Bukankah kamu seorang jagoan yang dalam sekejap mata bisa menghancurkan seisi rumah?" sahut Marc dengan nada mencibir."Sayang, jangan bicara seperti itu," tegur Caterina.Ia sengaja membuka mulut sebelum Marcell menjawabnya, Caterina tak mau kedua putranya berdebat. Karena sejak dulu Marc dan Marcell selalu berdebat dan tak pernah akur, meskipun mereka tidak pernah bertengkar.Sementara Marcell tak sedikitpun menanggapi cibiran kakaknya, ia fokus menatap wajah cantik Amira yang sedang fokus melilitkan perban di tangannya."Luka di tanganku tidak begitu sakit Amira, tapi hatiku lah yang sakit saat mel
Read more
Bab 53. Aku akan membunuhmu.
Satu Minggu telah berlalu, kondisi Marc sudah kembali pulih. Ia sudah berjalan sendiri tanpa bantuan Amira, namun wanita cantik itu masih saja memberi perhatian lebih. Ia tidak mengijinkan Marc untuk menaiki tangga ketika ke kamar atau ke ruang kerja, Amira selalu meminta Marc untuk menggunakan lift."Amira," panggil Marc yang sedang memasang jam tangan."Iya Mas, apa Mas butuh sesuatu?" sahut Amira yang juga sedang bersiap-siap ke kantor."Pagi ini aku kedatangan tamu dari Singapura, jadi aku tidak bisa ikut denganmu untuk menemui klien," jelas Marc dengan lembut."Tapi aku sudah meminta Jordan untuk menemanimu," lanjut Marc.Seketika Amira menghentikan gerakan tangannya yang sedang memasukkan ponsel ke dalam tas. Mendengar nama Jordan membuat jantungnya berdegup tak menentu."Kenapa harus Jordan Mas?" tanya Amira."Dia mengenal klien kita dengan baik, jadi lebih mudah jika Jordan yang ikut denganmu." Marc tak sedikitpun merasa curiga dengan pertanyaan Amira."Oh..." Hanya jawaban si
Read more
Bab 54. Kamu kenapa terkejut?
"Lepaskan tanganku," protes Amira sembari berusaha melepaskan tangannya."Kamu benar-benar wanita tidak tahu diri Amira." Kata-kata itu terlontar dari mulut Jordan dengan lembut, yang membuat Amira seketika mematung.Ditatapnya Jordan dalam-dalam, kedua mata indah pria tampan itu menunjukkan rasa kecewa yang begitu dalam."Aku sedang berjuang untuk hidup, sedangkan kamu sedang bersenang-senang menikmati hidup bermasa Marc. Aku tahu Amira, setiap wanita menginginkan suami yang tampan dan bergelimang harta. Tapi setidaknya, selesaikan dulu hubungan kita," lanjut Jordan.Amira menarik napas, "Aku minta maaf, tapi apa yang terjadi saat ini tidak seperti yang kamu bayangkan Jordan.""Jadi maksudmu, kamu terpaksa melakukannya?" tanya Jordan."Hum..." Seiring anggukan kepala, "Aku melakukannya demi...."Seketika pintu terbuka yang membuat Amira berhenti bicara, keduanya refleks memutar kepala secara bersamaan."Apa meeting-nya sudah selesai?" tanya Marcell yang muncul dari balik pintu.Amir
Read more
Bab 55. Aku merindukanmu Marc.
Satu bulan telah berlalu, saat ini usia kandungan Amira sudah memasuki 4 bulan. Perut wanita cantik itupun sudah terlihat menonjol."Mas, hari ini aku terlambat ke kantor," ucap Amira yang baru ke luar dari ruang ganti."Apa kamu ada urusan?" tanya Marc tanpa melihat lawan bicaranya.Pria tampan itu sedang berdiri di depan meja rias sambil merapikan dasi dan memasang benda bulat di pergelangan tangannya."Tidak, hari ini aku harus ke rumah sakit untuk periksa kandungan Mas," jawab jujur Amira.Marc menghentikan gerakan tangannya yang sedang menyisir rambut, ditatapnya Amira melalui pantulan kaca. Seketika ia berpikir untuk menemani Amira ke rumah sakit."Apa perlu aku temani?" Akhirnya Marc membuka mulut."Gak usah Mas, aku bisa sendiri. Lagipula pagi kan Mas ada meeting dengan klien!" Sebenarnya Amira ingin sekali ditemani oleh Marc, hal ini sudah lama ia harapkan. Tetapi Marc pagi ini ada jadwal meeting, Amira terpaksa menolaknya."Iya kamu benar, aku hampir saja lupa," timpal Marc,
Read more
Bab 56. Apa kamu dan Amira pulang bersama?
"Benarkah? Kamu tidak berbohong?" tanya Marc dengan rasa tak percaya."Iya Mas," sahut Amira sambil tersenyum paksa.Ruangan itupun seketika hening, Marc duduk bersandar sambil menatap Amira tanpa berkedip dengan posisi kedua tangan terlipat di dada. Cara bicara Amira membuatnya sedikit curiga, bahkan kecurigaan itu sampai membuatnya lupa akan tujuannya menemui Amira."Sore ini aku ada pertemuan dengan klien, apa kamu ingin ikut denganku?" Marc kembali membuka mulut setelah hening beberapa menit.Amira tersenyum paksa, "Maaf mas, aku gak bisa ikut. Malam ini aku harus lembur untuk menyelesaikan gaun pengantinnya, karena besok klien akan datang menjemputnya."Amira sengaja membuat alasan untuk menolak Marc, hal itu ia lakukan untuk menjaga jarak dari Marc. Amira tidak mau kedekatan itu akan membuat bunga-bunga cinta tumbuh dan mekar dalam hatinya."Baiklah kalau begitu." Marc bangkit dari kursi dan bergegas meninggalkan ruangan Amira.........................Tanpa terasa waktu telah m
Read more
Bab 57. Apa yang akan Tante lakukan?
Tanpa terasa waktu telah berlalu, saat ini benda bulat itu telah menunjukkan pukul 6 pagi. Amira segera bangkit dari tempat tidur, bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya."Apa kamu ada meeting pagi ini?" Pertanyaan itu menyambut Amira saat ke luar dari kamar mandi."Mas sudah bangun?" Amira balik bertanya, ia menatap Marc yang duduk di sisi ranjang yang juga menatapnya."Bukan meeting Mas, tapi aku harus menyelesaikan gaun pengantinnya," lanjut Amira sambil melangkah menuju ruang ganti."Oh, apa kamu butuh bantuan?" Marc kembali bertanya.Amira menghentikan langkahnya, "Tidak Mas, hanya tinggal sedikit lagi, aku bisa sendiri.""Baiklah kalau begitu." Marc bangkit dari sisi ranjang melangkah menuju kamar mandi, begitu juga dengan Amira melanjutkan langkahnya masuk ke ruang ganti.Setelah selesai sarapan, Marc meninggalkan kediaman Louis. Sedangkan Amira bergegas ke ruang kerjanya yang terletak di lantai tiga. Ia harus menyelesaikan gaunnya sebelum jam 12 siang."Apa yang
Read more
Bab 58. Aku mencintainya
"Bagaimana keadaan istriku Dok?" tanya Marc dengan nada khawatir.Sebelum membuka mulut, Dokter terlebih dahulu menghela napas. Bagaimana tidak? Bayi dalam kandungan Amira tidak bisa diselamatkan, wanita cantik itu harus segera dioperasi walaupun keadaannya saat ini belum sadarkan diri.Kepala Marc refleks tertunduk setelah mendengar ucapan dokter, ia mengeratkan gigi dan mengepalkan kelima jari panjangnya. Walupun bayi dalam kandungan Amira bukanlah anaknya! Tapi Marc merasa sedih dan kecewa.Begitu juga dengan Marcell, pria tampan itu mendaratkan bokongnya di atas kursi dengan kasar. Kesempatannya untuk memiliki keturunan kini musnah, Marcell benar-benar menyesal atas tindakannya. Jika dia tidak menarik tangan Amira, semua ini tidak akan terjadi.Berbeda dengan Karra dan Caterina, keduanya bersorak ria di dalam hati masing-masing. Sebelum mereka bertindak bayi malang itu sudah tiada, kini hanya menunggu giliran ibunya yaitu Amira."Ya sabar ya Marc." Karra mengelus lengan Marc, ia s
Read more
Bab 59. Percayalah, sekali ini saja.
Satu Minggu telah berlalu, kondisi Amira sudah semakin membaik hanya saja ia belum bisa banyak bergerak dan melakukan aktivitas. Semenjak kembali ke kediaman Louis, Amira tidak banyak bicara, sifatnya berubah 50 persen. Suara ketukan pintu menyadarkan wanita cantik itu dari khayalan, "Masuk.""Permisi Nyonya." Hanum menjulurkan kepala dari balik pintu, sambil membawa sebuah nampan di tangannya.Wanita paruh baya itu melangkah menghampiri Amira yang duduk di atas tempat tidur, ia menaruh nampan di atas meja kecil yang terletak di samping ranjang, lalu mendaratkan bokongnya di sisi tempat tidur."Nyonya makan dulu ya?" ucap Hanum dengan lembut, seraya membujuk."Aku belum lapar Bi," tolak Amira dengan ekspresi datar.Tentu dia tidak lapar, pikirannya sampai saat ini masih kacau balau. Apa yang ia perjuangkan satu persatu pergi meninggalkannya, ia rela menjual kehormatannya demi mendapatkan uang untuk biaya pengobatan Jordan, tapi Jordan justru meninggalkannya. Ia juga rela menikah diat
Read more
Bab 60. Yang penting itu kamu Mas.
"Aku dan Amira sudah saling mengenal, tapi kami tidak memiliki hubungan apapun. Hanya saja...." Marcell terdiam, ia tidak melanjutkan kata-katanya.Marc menyipitkan mata, "Hanya saja, apa?" desaknya."Hanya saja Amira langsung mengandung," jawab Marcell dengan nada bergetar.Marc refleks mengepalkan kelima jari tangannya, melayangkan satu pukulan di wajah tampan Marcell."Amira jelas-jelas hamil, tapi kamu masih mengatakan tidak ada hubungan diantara kalian," sentak Marc, bahkan seluruh tubuhnya gemetar karena emosi."Kakak harus dengar penjelasanku dulu," ucap Marcell dengan lembut.Walaupun sudut bibirnya sudah mengeluarkan cairan merah! Tapi Marcell tidak sedikitpun marah atau kesal kepada Marc."Semuanya sudah cukup jelas Marcell, tidak ada lagi yang perlu kamu jelaskan. Kamu laki-laki yang tidak bertanggungjawab, kamu seperti orang asing, jauh berbeda denganku dan almarhum papah." Marc benar-benar marah.Ia tak menyangka, pria bajingan yang sudah menghamili Amira adalah adiknya s
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status