Semua Bab Menjadi Ibu Untuk Anakku: Bab 21 - Bab 30

109 Bab

21. Kemunculan Mikail

Megan duduk di kursi yang ditarik kan oleh Nicholas dan membalas pria itu dengan sebuah senyuman lembut. Kemudian Nicholas berjalan ke seberang meja dan menarik kursi untuk dirinya sendiri. "Kau ingin memesan menu makananmu sendiri atau biarkan aku melakukannya untukmu?" tanya Nicholas mulai membuka buku menu yang sudah disiapkan di hadapannya juga Megan. "Aku akan melakukannya sendiri. Terima kasih." Megan membuka buku menu miliknya. Sedangkan Nicholas mengangkat tangan ke arah pelayan yang menunggu dengan sikap siaga di samping pintu. Dan keduanya sibuk menentukan menu makanan masing-masing. Setelah pelayan menulis menu masing-masing, pelayan tersebut berpamit dan meninggalkan keduanya dalam sekejap. "Kau memesan udang mentega?" Salah satu alis Megan terangkat, penuh kecurigaan yang menyelimuti tatapan wanita itu. Di acara makan malam mereka yang terakhir, Nicholas memerankan menu makanan sehat yang setiap hari di sajikan oleh Jelita untuknya dan selalu ia pesan di mana pun ia h
Baca selengkapnya

22. Batasan Mikail

Kaki Mikail terselip di antara celah pintu sebelum Megan berhasil menutup pintu apartemen. Dengan kekuatan prianya, Megan jelas kalah untuk mendorong mundur pria itu.Hanya butuh sedikit kekuatan yang dikerahkan oleh Mikail untuk membuka pintu dan menerobos masuk ke dalam apartemen. "Kuyakinkan padamu, Megan. Berteriak hanya akan membuat situasi kita berdua semakin sulit," peringat Mikail saat bibir Megan sudah bergerak akan berteriak meminta pertolongan.Mulut Megan kembali terbungkam, tetapi ia tak kehilangan akal. Tangannya yang memegang ujung tas, bergerak menyelinap. Tetapi sebelum berhasil menyentuh ponselnya, dalam satu gerakan gesitnya. Tas tersebut sudah berada dalam kuasa Mikail."Apa yang kau lakukan, Mikail?" Megan menggunakan kedua tangannya menggapai tasnya yang dirampas oleh Mikail. "Berikan padaku!"Mikail mendengus keras. "Agar kau bisa meminta pertolongan pada Nicholas?"Megan berjinjit. Dengan tubuhnya yang tinggi tetap saja tinggi tubuh Mikail masih jauh lebih ting
Baca selengkapnya

23. Batasan Sangat Keras

Pesta ulang tahun Kiano berjalan dengan sangat lancar. Kebahagiaan yang terpancar dari wajah bocah kecil itu menular memenuhi seluruh tamu undangan yang datang. Mulai dari kerabat dekat dan teman sekolah Kiano. Potongan kue pertama diberikan Kiano pada Mikail, dan potongan kedua … anak mungil sempat meragu saat memberikannya pada Alicia. Karena Nicholas satu-satunya tamu yang tidak datang.Mikail sendiri meyakinkan pada putranya bahwa Nicholas sedang memiliki urusan yang mendadak. Sehingga tidak sempat mengabari akan ketidak hadirannya. Tetapu akan tetap mengirim hadiah untuk anak itu.Setelah acara utama selesai, Mikail mendapat satu isyarat singkat bahwa pengawalnya teah berhasil mengamankan Nicholas. Mikail pun memastikan putranya sibuk dengan teman-temannya sebelum ia pergi meninggalkan keramaian pesta menuju ruang kerjanya. Tempat Nicholas dan anak buahnya menunggu.“Jadi semua ini rencanamu?!” sembur sepupunya begitu Mikail muncul dari pintu yang dibuka. Hendak menghambur ke
Baca selengkapnya

24. Mama Kiano

“Apa itu benar, Om Nicky?”Raut wajah Mikail membeku, menekan dalam-dalam ketegangan yang meremas dadanya.“Ya, jagoan. Kau harus mendengar apa yang dikatakan oleh papamu.”Bibir Mikail menipis tajam akan jawaban Nicholas yang berada di tengah-tengah. Tak memberinya keamanan sekaligus tak memperburuk keadaan. Tersirat dengan jelas rencana yang licik di kedua mata pria itu. Mikail bisa melihat dengan jelas.Akan tetapi, setidaknya jawaban Nicholas mampu menghentikan rasa penasaran yang menghiasi wajah sang putra. Mikail berhasil membujuk Kiano kembali ke pesta setelah Nicholas memberikan hadiah dari pria itu untuk Kiaono yang diletakkan di meja.Dan setikdaknya Kiano tak mempertanyakan fakta itu lebih banyak lagi. Ataupun menyinggung tentang ibu kandung. Seperti biasanya. Acara malam itu berlangsung dengan lancar, senyum dan kebahagiaan di wajah Kiano kembali seperti semula. Sepanjang acara.Mikail berharap Kiano tak pernah lagi mempertanyakan hal ini sampai kapan pun. Dan harap
Baca selengkapnya

25a. Lebih Baik Mati

Mikail membeku. Jelas itu adalah sebuah pertanyaan yang besar.“Apa mama tidak menyayangi Kiano?” Keantusiasan memenuhi kedua mata bulat Kiano. “Apa mama tahu siapa Kiano?”Lagi, bibir Mikail dibuat membeku. Tak mengatakan apa pun adalah cara teraman untuk menghadapi situasinya saat ini.Jika ia menjawab yang sesungguhnya, pun semua kesalahan berada di pihak Megan. Tetap saja jawaban itu akan membuat Kiano tersakiti.“Apakah itu sebabnya mama meninggalkan Kiano saat itu? Karena tidak tahu siapa Kiano yang sebenarnya?”Rasa panas menjalar di kedua ujung matanya, belum pernah Mikail merasa seterpojok ini. Nicholas benar, Kepercayaan dirinya belum pernah diruntuhkan sehancur ini oleh siapa pun. Tak ada yang berani melakukan hal segila itu padanya, bahkan memikirkannya pun tidak.Melihat kerinduan yang begitu besar menyelimuti kedua mata biru itu, Mikail tahu segala hal yang telah ia berikan dan limpahkan pada putranya tidak melengkapi kekosongan hati Kiano. Bahkan mungkin tak perna
Baca selengkapnya

25b. Lebih Baik Mati

“Apa sekarang kau puas, Megan?” desis Mikail dengan gurat amarah yang menggaris tajam di wajah pria itu. Berjalan semakin dekat hingga membuat Megan terhuyung ketika mencoba melompat menghindar. Tetapi pinggangnya ditangkap oleh Mikail dan mendorong kedua tubuh mereka hingga merapat ke dinding. “Kau sudah merencanakan semua ini, kan? Ck, aku kehilangan kata-kata untuk kelicikanmu.”Megan memiringkan wajahnya ke samping. Napas panas Mikail yang bercampur alkohol benar-benar membuatnya perutnya bergejolak. “L-lepaskan, Mikail. Aku tak tahu apa yang kau katakan.”“Kau harus bertanggung jawab.” Mikail mencengkeram rahang Megan, membawa kedua mata wanita itu menatap lurus ke arahnya. “Aku akan membuatmu membayar mahal, Megan. Kau pikir bisa mempermainkan kami sesuka hatimu. Datang dan pergi di kehidupan kami kapan pun kau inginkan, hah?”Megan meringis merasakan tekanan yang kuat di wajahnya. Nyaris meremukkan tulang rahangnya. Membuatnya kesultan mengerang tanpa rasa sakit. Dan meski e
Baca selengkapnya

26. Demi Kiano

Rasa pusing menusuk kepala Megan, matanya mengerjap beberapa kali ketika menyesuaikan cahaya di sekitarnya. Hingga pemandangan di sekitarnya menjadi jelas. Pemandangan wajah familiar dengan ekspresi datar dan gelombang amarah yang masih memekati kedua bola biru di sampingnya. “M-mikail?” Megan mengerjap lagi, mencoba menggali ingatan terakhirnya. Tetapi segera teralihkan oleh rasa berat di kepalanya. Tangannya bergerak, hendak menyentuh kepalanya. Tetapi tertahan oleh sesuatu yang menempel di tangannya.Megan menunduk, melihat pergelangan tangannya dibebat perban dan cairan infus tersambung di selang yang menempel di punggung tangan kirinya.“Ya, memangnya siapa lagi yang kau harapkan akan ada di sini, hah?” dengusan tajam menyelimuti nada suara Mikail yang tajam. Menyembunyikan gemuruh amarah yang menerjang layaknya badai di dalam dadanya.Megan tak terlalu fokus akan kemarahan dalam tatapan pria itu, pandangannya berkeliling. Mencari tahu di mana keberadaannya saat ini. Semaki
Baca selengkapnya

27. Pengorbanan

“P-pernikahan?” Bibir Megan yang pucat bergerak dengan kaku. Sekarang Megan tak yakin apakah berada di ambang kematian lebih buruk dari sebuah pernikahan. Bibir Mikail menipis dengan tajam menangkap reaksi yang ditampilkan oleh Megan. Seolah pernikahan yang telah mereka jalani di masa lalu adalah hal terburuk yang ada di hidup Megan. Dan sekarang ia menyodorkan hal terburuk itu di hadapan Megan. Yang tak diberi pilihan selain menelan semua keburukan itu mentah-mentah. Hati Mikail benar-benar tergores dengan keras. Amarah bergemuruh di dadanya. Menerjang-nerjang dinding dadanya dengan keras. Dan satu-satunya orang yang lebih berhak menerima semua luapan emosinya hanyalah Megan. Satu-satunya dan hanya Megan seorang. Akan tetapi, ia menekan dalam-dalam kemarahan di dadanya. Menekannya kuat-kuat. Demi kewarasannya. “Kenapa? Kau tak suka?” Mikail melemparkan pertanyaan itu dengan sengit. “Kiano adalah segalanya bagiku, Megan. Aku tak akan mempertaruhkan keberuntunganku dengan membia
Baca selengkapnya

28. Berubah Pikiran

Menjelang pagi, Megan masih tak bisa memejamkan matanya. Pikiran dan hatinya masih dipenuhi tentang Mikail dan pernikahan yang pria itu inginkan. Ia masih berbaring di tempat tidur hingga hari berubah siang. Cairan infusnya sudah habis dan dokter datang satu jam yang lalu untuk menggantinya. Menanyakan beberapa hal yang tak sungguh-sungguh Megan dengan dan jawab dengan benar. Tetapi dokter itu mengatakan bahwa kondisinya masih belum pulih benar dan harus meminum makan dan minum obat, yang tidak juga ia laksanakan. Tidak ada Jelita yang memaksanya melakukan semua itu seperti biasanya ketika ia sedang sakit. Jelita masih juga tak bisa dihubungi dan Megan tak ingin menghubungi Mikail untuk menanyakan managernya itu pada Mikail. Megan percaya Jelita baik-baik saja seperti yang dikatakan Mikail. Dan itu lebih dari yang diinginkannya untuk Jelita. Suara sering ponsel membuat Megan tersentak dengan keras. Melihat nama Nicholas sebagai pemanggil nya. Megan mengangkat benda pipih itu dan me
Baca selengkapnya

29. Pengorbanan Nicholas

Rahang Nicholas semakin terkatup rapat. Sesuatu yang tidak menyenangkan akan datang. Dari raut dan nada suara Megan, sudah menjelaskan lebih dari cukup. Kemajuan hubungannya dan Megan, mengalami kemunduran yang buruk. “Kiano sudah tahu tentang siapa aku?” Keterkejutan yang besar tercipta di wajah Nicholas. Dua hari yang lalu, Kiano nyaris mengetahui rahasia besar ini setelah memergoki pembicaraannya dan Mikail. “B-bagaimana?” Megan menggeleng dengan gugup, tampak kelas kebingungan dan bibirnya kesulitan mencari kata-kata. Nicholas mengulurkan tangan, menangkap tangan wanita itu. Saat itulah, tanpa sengaja tangan Mikail menyentuh sesuatu yang mengganjal di pergelangan tangan Megan. Megan yang tak menyadari hal tersebut pun dibuat terkejut ketika Nicholas tiba-tiba menyingkap lengan blazernyya yang panjang dan membelalak menatap perban yang melilit pergelangan tangannya. “Apa ini, Megan?” Kedua mata Nicholas membelalak, menatap Megan dengan tajam. “Apa yang dilakukan Mikail padamu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
11
DMCA.com Protection Status