All Chapters of Wanita Hamil di Restoran Suamiku: Chapter 21 - Chapter 30
92 Chapters
Bab 21 - Pasca Kecelakaan
Pasca KecelakaanPoV AuthorSeorang anak perempuan tengah menangis di samping tempat tidur sang Ibu yang kini masih belum sadarkan diri."Mama, bangun, Ma. Al minta maaf, sudah buat Mama nabrak," lirih sang anak merasa bersalah. Pasalnya, sebelum kejadian kecelakaan itu, dirinya baru saja membuat sang Ibu lepas konsentrasinya."Tenang, Cantik. Mama kamu baik-baik saja. Mungkin sebentar lagi Mama sadar," rayu seorang pria seusia Kakek Allisya."Opa serius?" tanya Allisya, menatap pria tersebut tanpa menghapus jejak air mata di wajahnya."Iya. Tenang, ya. Opa juga gak akan ninggalin kamu, sampe Mama diperbolehkan pulang," terang pria tersebut, kembali menarik Allisya ke atas pangkuannya, sebab tadi anak itu sempat tak mau dipangku.Sementara itu, Nadia perlahan membuka matanya. Dilihat sekeliling ruangan tersebut dan ia segera ingat akan kejadian yang baru saja menimpanya."Pak Adnan? Al, Sayang?" panggilnya setengah bertanya, mengapa Pak Adnan ada di sana."Mama!" Allisya segera turun
Read more
Bab 22 - Ego Manusia-manusia Serakah
"Gampang. Gue cuma bilang, polisi saat ini sedang mencari wanita hamil yang katanya ingin merampas resto milik kakak madunya. Dan asal kamu tau, resto ini sekarang sudah dijual ke saya. Udah, gitu doang," jelas Tania seraya terkekeh jahil.Aku tertawa puas. Tidak salah aku memilih salah satu teman yang terkenal bawel dan galak itu, untuk mengurus restoran yang selalu jadi incaran Mas Irwan."Hebat, deh, Lo, pokoknya. Ya, udah. Pokoknya, jangan sampe lengah. Oke?""Siap, Bos.""Makasih ya, Tan.""Gue yang makasih, udah dikasih kerjaan meskipun mendadak banget. Gi_la, subuh-subuh udah ditelpon suruh megang resto. Antara girang sama kaget, sampe bikin gue setengah blo_on, tau, gak!" "Sorry, sorry!" Aku terkekeh lagi mendengar ucapan sahabat ketika kami kuliah dulu.Lupa waktu saking asik tertawa mendengar celoteh teman yang sampai saat ini masih belum menikah itu. Meski begitu, Tania lah orang yang paling bisa dipercaya sejak masih jaman kuliah dulu.**Aku yang tidak pernah melepas hij
Read more
Bab 23 - Cara Terbaik Mengusir Tikus Got
Cara Terbaik Mengusir Tikus GotPoV Nadia"Nadia, Mas mohon. Kita baikan, ya. Ijinkan Mas pulang ke sini. Mas yakin, tidak hanya Allisya yang membutuhkan sosok seorang Papa, tetapi kamu juga. Kamu butuh bahu untuk bersandar, Sayang. Kamu butuh sosok laki-laki sebagai suamimu," mohonnya, bersimpuh di kakiku.Benar-benar tak tahu diri. Pura-pura amnesia dengan segala dosa-dosanya. "Baikan kamu bilang? Oke, aku mau. Tapi__""Tapi apa, Sayang? Mas janji, akan turuti apa pun keinginanmu," sambarnya, menarik-narik tanganku seperti anak kecil yang mengajak ke tempat permainan.Kuhempas kasar tangan itu, bahkan menghentakkan kaki agar ia menjauh dari kakiku."Kembalikan kedua wanita itu ke tempat asalnya, tanpa ada jejak apa pun di masa depan. Bisa?" tanyaku, seraya menunjuk ke arah wanita tua tersebut.Mas Irwan menoleh ke arah mertuanya, seperti sedang memikirkan sesuatu. Ia lantas mendongak ke arahku, "Bisa. Mas bisa kembalikan mereka ke asalnya, tanpa jejak apa pun. Mas janji, akan cerai
Read more
Bab 24 - Bulldozer
BulldozerAku datang tepat waktu. Allisya berlari dari belakang ke arah dalam rumah dengan wajah memerah. Ia menghambur ke pelukanku saat aku menyambutnya."Kenapa, Sayang?""Allisya mau lihat, siapa tamunya. Kalau memang teman kerja Mama, Al gak akan ganggu. Tapi, Kak Ima menahan Al, Ma. Al marah sama Kak Ima," omel anakku, masih dengan raut garangnya."Oh, begitu. Tamunya sudah pulang, Cantik. Kalau itu Papa, pasti Mama sudah panggil Allisya, 'kan? Sudah, yuk, balik ke belakang. Kita nikmati hari ini, mumpung Mama libur."Kugenggam tangan kecil itu menuju halaman belakang. Kuminta Mbak Nani membuatkan segelas es lemon tea untukku. Mungkin, kesegarannya mampu menghalau bara api di dalam dadaku.**Hari ini, aku harus segera menyelesaikan renovasi kerusakan pasca kebakaran di Tangerang. Mau tak mau, aku akan meninggalkan rumah seharian. Kuminta dengan sangat pada Ima, agar selalu berjaga-jaga terhadap siapa pun. Saat ini, hanya Allisya satu-satunya harta yang paling berharga. Jangan
Read more
Bab 25 - Sebuah Rasa
PoV Author"Silakan, Pak. Ini pengajuan laporan saya atas beberapa kasus yang Ibu ini perbuat pada saya. Jadi, bukan baru kali ini dia berbuat ulah," ujar Nadia, memberikan beberapa bukti kelakuan Ibu Rita terhadapnya, baik itu di restoran maupun di rumah."Heh, apa-apaan kamu?" sentak Ibu Rita tak terima."Kenapa, Bu? Anda takut, sisa hidup anda yang berangan menjadi pemilik resto, justeru akan anda habiskan di penjara? Kasian ..." ejek Nadia, enggan berbelas kasihan pada wanita tua yang seharusnya dihormati itu."Apa alasan anda berbuat seperti itu?" tanya seorang polisi pada Ibu Rita."Saya kesal, Pak! Dia ini serakah. Gak mau berbagi. Padahal, restoran suaminya ada 6 dan anak saya hanya mendapatkan 1 bagian di pusat. Wanita serakah ini, terus saja menahan hak anak saya!" jelas Ibu Rita dengan nada bergetar, bersamaan deraian air mata yang terus mengucur dari sudut matanya."Betul begitu, Ibu Nadia?" Polisi tersebut beralih pada Nadia."Saya hanya mempertahankan milik saya, Pak. Kar
Read more
Bab 26 - Allisya Anak Hebat
Allisya Anak HebatPoV AllisyaNamaku Allisya. Pertama masuk sekolah, Mama menitipkan Al pada Pak sopir jemputan sekolah karena Mama harus mengurus restoran punya Mama.Awalnya gak ada yang nakal sama Al, semua baik-baik saja. Tapi setelah ada anak baru di kelas 3, naik bus jemputan sekolah di gang belakang komplek rumah Al, semua berubah jadi aneh.Namanya Khiara, lebih tinggi beberapa senti saja dari tubuhku. Awalnya dia sangat masam, tak suka menyapa dan selalu membuang wajah setiap kali Al bertanya. Tapi, Al selalu ingin bicara, meskipun dia tidak mau menjawab.Lama-lama, Khiara mau juga bicara sama Allisya. Meskipun terkadang, dia tidak mau mengalah pada Al yang lebih kecil darinya. Khiara memang judes, menurut Al. Tapi, Al selalu kasihan setiap Khiara bercerita tentang keluarganya."Kamu pindahan dari mana?" tanyaku pada awalnya."Bogor.""Oh. Papamu pindah kerja, atau gimana?""Aku ganti Papa.""Hah, emang bisa?""Dulu, Papa sama Mamaku selalu bertengkar. Dan sekarang, belum lam
Read more
Bab 27 - Hari Penangkapan Irwan
Hari Penangkapan IrwanPoV Nadia"Ma, apa benar Mamanya Khiara sudah mengambil Papa Al?" tanya putriku, seraya membersihkan wajahnya dari sisa air mata.Aku tak menyangka jika selama ini Allisya sudah mencurgai hal ini. Gadis kecilku bahkan sudah membaca keretakan dalam rumah tangga kami. Apa yang harus kukatakan padanya. Sungguh, aku tak ingin luka dari buah pikirnya akan semakin menganga setelah mendengar penjelasanku.Tanpa terasa, bahu ini berguncang hebat bersamaan dengan derai tangis penuh kehancuran. Aku tidak takut kehilangan suami seperti Mas Irwan. Tetapi, aku takut sekali melihat duka di wajah Allisya yang selalu ceria."Kenapa Mama nangis? Mama sedih? Peluk Allisya saja, supaya Mama bisa tenang," ujar gadis kecilku dengan nada memanjakan.Allah ... haruskah aku kalah dewasa dari anak kelas 1 SD ini? Haruskah aku yang berlindung di bawah ketiaknya, dibanding menenangkan hatinya yang juga sedang gundah gulana.Allah ... sedewasa ini anakku. Tanpa ragu lagi, kudekap tubuhnya
Read more
Bab 28 - Bayi Prematur
PoV Author"Ya Allah!" Nadia segera membantu Dini untuk bangun. Lalu memanggil Mbak Nani agar segera membantunya membangunkan Dini."Mbak Nan, sini cepetan!""Ada apa, Bu?" tanya Mbak Nani yang seketika melesat menghampiri majikannya."Bantu saya, Mbak."Sementara Diniarti terus merintih kesakitanan, seraya memegangi perut bawahnya yang merasakan kontraksi."Sakit," lirih wanita hamil itu.Allisya yang tadinya sedang tidur pun sampai terjaga, sebab keributan di depan rumahnya sangat mengganggu."Ma, Bu Nani? Ada apa ini?""Ya Allah, kenapa Allisya bangun." Nadia kian khawatir. Pasalnya, bebannya akan semakin besar jika Allisya tahu soal ini."Mamanya Khiara, kenapa?" tanya Allisya lagi, melihat Mama dan pembantunya sedang membangunkan Diniarti."Iya, Sayang. Mamanya Khiara jatuh, barusan.""Ini semua gara-gara Mama kamu. Mama kamu yang sudah dorong Tante sampai jatuh, Al!" tegas Diniarti di sela rasa sakitnya."Ma?" tanya Allisya, ketika Mamanya membawa Diniarti ke dalam mobil."Engga
Read more
Bab 29 - Pertengkaran di Restoran
Pertengkaran di RestoranPoV Author"Khia, ada apa?" tanya Nadia lagi, ketika menyadari gadis kecil itu menatapnya penuh kebencian. Tangan Nadia terulur hendak mengelus rambut Khiara, namun segera ditepis oleh bocah cantik berkuliat sedikit gelap itu."Jangan sentuh! Khia benci sama Tante! Gara-gara Tante, Nenek hilang dan Papa baru Khia dipenjara. Dan sampai sekarang, Mama Khia belum pulang." Suara serak berbias pekikan itu terdengar sangat mengejutkan di telinga Nadia."Ya Allah, Nak. Siapa bilang Nenekmu hilang? Papa barumu dipenjara, karena kesalahannya sendiri. Dan Mamamu, sejak kemarin dirawat di rumah sakit." Nadia tetap mengulurkan tangan, ingin membelai penuh kasih, gadis kecil yang kesepian itu."Mama di rumah sakit? Tante apakan Mamaku?" tanyanya dengan suara memekik.Hati Nadia amat teriris, bukan karena ia sakit hati dengan teriakan anak itu. Hanya saja, luka batin anak itu yang ia bayangkan betapa menyiksanya."Mamamu baru saja melahirkan. Bayinya laki-laki, ganteng sepe
Read more
Bab 30 - Pencarian di Rumah Papa Nadia
Pencarian di Rumah Papa NadiaPoV NadiaDi tengah berbagai macam kemelut yang menggelung kepala ini, aku dituntut harus tetap kokoh berdiri dengan kakiku sendiri. Seperti hari ini, aku dipanggil oleh pihak kepolisian untuk menjadi saksi sekaligus menyerahkan bukti-bukti yang kupunya.Tapi masalahnya, polisi meminta bukti atas perbuatan Mas Irwan terhadap Papa. Katanya, bukti rekaman itu kurang kuat.Lalu, dari mana aku bisa mendapatkan bukti-bukti yang lebih kuat. Selama ini, rumah tinggal Papa tidak pernah dipasang CCTV. Padahal, saat itu Papa sudah tinggal sendirian dengan kondisi yang tidak sehat.Ah, bo_dohnya aku! umpatku di dalam hati.Selesai menyerahkan semua bukti keja_hatan Bu Rita dan Mas Irwan, aku pun ijin pamit pada Pak Adnan. Kuminta beliau agar membantuku lebih dalam lagi, sampai proses persidangan memenangkanku dalam kasus-kasus ini."Pak, saya percayakan semuanya pada Bapak. Tolong saya, Pak. Ini semua, demi mendiang Papa yang ternyata pergi dengan cara yang tidak wa
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status