All Chapters of Suami Mempesona Ternyata Mencintaiku : Chapter 31 - Chapter 40

50 Chapters

31. Pembangkang

“Apa Kakek nanti tidak marah kalau Om Jeremy nganter kita pulang?” Pertanyaan Gemini membuat Jeremy tersenyum kecut. Pria itu tengah melajukan mobil, menuju ke rumah Litha dan Gemini. Jelas sang ayah akan marah, meski begitu Jeremy tak takut. Dia sudah menuruti semua perkataan ayahnya, bahkan ketika dijodohkan dengan Adsila, Jeremy juga tidak menolak.“Kakek orangnya baik, kok. Jadi tidak akan marah. Hm… kenapa Gemini bisa bertanya begitu?”“Karena sampai sekarang kakek tidak pernah mencari kami.” Jawaban Gemini terdengar pahit sampai-sampai Jeremy tak dapat menguraikan perasaanya. Bagaimana dia harus menanggapi ucapan si kecil ini? Dada Jeremy terasa sesak.Andai saja sang ayah melihat Gemini, mungkin hatinya akan melunak meski sedikit.“Kamu mau ketemu Kakek dan Nenek?”“Hm…,” Gemini menepuk-nepuk dagunya sembari memandang lalu lintas dari balik jendela mobil. “Gimana, ya. Gemini takut nanti mereka marah-marah.”“Haha.” Jeremy tertawa canggung. Memang mungkin saja mereka akan mar
Read more

32. Keluar kota

Ketika Litha melangkah keluar dari kamar mandi, ia mendapati Kalandra tengah memasukkan pakaian ke dalam koper. “Kamu mau ke mana?”“Maaf, Sayang, aku belum sempat bilang sama kamu. Ada beberapa adegan yang mesti diambil di luar kota, kurang lebih selama tiga hari aku bakal di sana.”Tadinya setelah Litha pulang dari hotel, Kalandra ingin memberitahunya, tetapi sayang ada tamu tak terduga mampir ke rumah.Litha segera menghamburkan diri ke dalam dekapan Kalandra. Ia harus melalui tiga hari ke depan tanpa Kalandra. Sekarang saja ia sudah merasa merindukan lelaki itu.“Apa harus selama itu? Tiga hari itu lama, Sayang.” Litha mendongak untuk menatap wajah bersih Kalandra.Tatapan teduh lelaki itu jatuh pada wajah Litha. “Kamu mau ikut?”“Gemini harus sekolah.”“Aku bakal sering video call,” ujar Kalandra, memeluk istrinya semakin erat diselingi dengan mengecup daun telinga Litha.“Sayang, bereskan dulu koper kamu. Kamar jadi berantakan tahu!”Kalandra tersenyum tak berdaya dan terpaksa h
Read more

33. Rasa sakit akibat cinta

Beberapa waktu ini Litha jadi lebih sering berkunjung ke kediaman utama. Walaupun atmosfer yang menyapa tetap terasa dingin. Ketika ia sampai, Rosella memerintahkan untuk menemaninya ke salon. Suatu ajakan yang luar biasa dan jarang terjadi pada Litha.Mertua yang biasanya terang-terangan mencibir di depan banyak orang, kini dengan suara teduh mengajak Litha pergi ke salon favorit. Biasanya wanita paruh baya itu selalu ditemani oleh menantu pertama. Namun, kali ini Rosella berhasil membuat dagu kedua menantunya jatuh.Litha masih menelan saliva dalam-dalam. Bahkan, saat sampai di salon. Hari ini Rosella ingin mengganti gaya rambutnya, bahkan menyarankan Litha untuk membenahi gaya rambutnya juga. Litha pun setuju seraya menunggu hal apa yang mungkin akan dikatakan Rosella nanti.Jelas Litha tahu Rosella mengajaknya ke salon bukan semata-mata untuk menemani.“Perusahaan sedang membutuhkan dana untuk pengembangan proyek baru. Papa Mertua kamu berharap bisa bekerja sama dengan Mahardika
Read more

34. Panggil Nyonya

“Buat apa kamu datang ke sini?” Mata Indira sedikit membeliak kala melihat Hedy berada di lokasi syuting. Dengan cepat dia menyembunyikan seulas senyum di wajahnya barusan.Saat ini mereka tengah berada di sebuah perbukitan—tempat pengambilan adegan.Sebelum menjawab, Hedy menjulurkan tangan yang memegang paper bag. “Aku sudah sampai dari kemarin. Aku mau lihat pengambilan adegan hari ini dan sekaligus memberikan ini buat kamu.” Hedy dengan gemas memberikan benda di tangannya pada Indira.“Aroma masakan. Buatan kamu? Kamu mau aku mencicipi kembali masakanmu, ya.”Hedy mengangguk kecil. “Ya, begitulah.”“Apa dia menyukai masakanmu?“Siapa?”“Perempuan yang sedang kamu pikirkan.”Hedy memilih tak menjawab, perlahan duduk di seberang Indira seraya memperhatikan wanita itu membuka kotak makan kayu berwarna hitam. Indira mencomot sedikit menggunakan sumpit lalu melirik pada Hedy.“Hm, kamu semakin mahir. Bumbu dan kematangan lauknya sangat pas. Rasanya lebih baik dari masakan asisten rumah
Read more

36. Wanita itu tidak ada sejak awal

Syuting hari kedua telah rampung malam ini. Semua orang berharap dapat merampungkan adegan yang tersisa untuk besok. Para kru dan artis yang kelelahan mendapatkan waktu istirahat mereka—yang sangat berharga.Kalandra sempat mengobrol dengan Hedy sebelum kembali ke hotel. Sementara itu Hedy masih di lokasi syuting, sedang menunggu Indira. Begitu sosok Indira memasuki penglihatan, Hedy menarik wanita itu ke dalam mobilnya. Kening wanita itu berkerut dalam dibarengi tatapan tak senang.“Ada apa, sih?”“Kita ke sauna.” Hedy menjawab datar. “Di resort tempatku menginap,” tambahnya.Kebetulan Indira merasa lelah dan stres. Setelah bekerja cukup lama, Indira mulai berpikir aneh-aneh; seperti dirinya mungkin akan mengacaukan produksi karena perbuatannya pada Litha. Haruskah dia mengundurkan diri di tengah-tengah syuting? Rasa cemas yang melanda pikirannya sungguh mengganggu.“Kamu sedang memikirkan apa? Muka kamu kucem banget.” Hedy sesekali melirik Indira yang bersandar di sebelahnya.“Aku m
Read more

36. Guntur

Litha berkali-kali merapikan busananya setelah turun dari mobil. Ia barusan datang bersama Rama dan Genta, tetapi mengendarai mobil yang berbeda. Degup jantung Litha semakin kencang kala melangkah mendekati ruangan VIP—tempat mereka makan malam.AC di hotel tersebut jelas menyala, tetapi hanya Litha yang merasa suhu dalam hotel membara. Ia merasa gerah sampai-sampai bulir keringat hampir merusak polesan wajahnya. Ia sudah bersusah payah berdandan rapi supaya tak mengecewakan ayah mertua—yang menaruh harapan padanya.Rama sadar bahwa Litha berjalan lebih lambat dari mereka. “Apa sepatu hak tinggi itu menyulitkanmu berjalan?” Rama menghentikan langkah kala pertanyaan itu sampai ke telinga Litha dan Genta.“Bukan, Pa,” balas Litha yang merasa jantungnya meletup-letup seakan ia dilahap oleh rasa gugup.“Kamu gugup?” Betul sekali tebakan Rama. Lelaki itu mengurai senyum kecil lalu menghampiri Litha. “Maaf sudah menyusahkanmu.” Rama lantas berdiri di sebelah Litha, mengisyaratkan agar Litha
Read more

38. Berhenti menyalahkan Mama kamu

Litha, Genta dan Rama mengantar Guntur sampai ke mobil. Senyum ayah mertuanya senantiasa merekah kala membicarakan bisnis dengan Guntur. Sesekali Rama akan menyelipkan tentang investasi dari perusahaan Guntur. Namun, Guntur mengatakan mereka belum memiliki keputusan pasti—di mana mereka akan menaruh investasi. Jadi, setelah ini Rama akan memastikan bahwa proposal proyek yang mereka kembangkan lebih menguntungkan dari perusahaan lain.Setelah mobil Guntur melaju, Litha kemudian mengantar ayah mertuanya dan Genta ke mobil karena kedua orang itu menaiki mobil yang sama.“Selamat malam, Pa, Kak Genta,” ujar Litha, masih berdiri di luar badan mobil.“Kamu juga harus segera pulang.” Rama berpesan dengan nada hangat.“Litha mengerti, Pa. Titip salam buat Mama.”Setelah Rama mengangguk kecil, kaca mobil dinaikan dan mobil hitam metalik itu pun melaju. Litha membalik badan sebab tahu seseorang masih menunggunya di dalam sana. Bukan Jeremy, melainkan Hani. Wanita itu lebih muda 2 tahun dari L
Read more

38. Rindu

Devita mengatupkan mulut ketika pertengkaran Kalandra dan Rosella terjadi. Merasa gentar dan tak mampu menghadapi situasi itu. Kegelisahan pun membuat Devita tak dapat memejam tenang. Jadi, hanya satpam yang tahu bahwa dia keluar mengendarai mobil sampai saat ini belum kembali.Meski tahu berkendara tanpa tujuan, Devita terus menginjak pedal gas dan berkeliling di kota. Dia pun menyadari sudah berkendara lumayan jauh dari kediaman dan dari posisinya sekarang, tak jauh di depan sana merupakan kantor Kalandra. Devita ingat ada sebuah kafe di seberang kantor Kalandra dan memutuskan menepi lalu memarkirkan mobil di depan kafe tersebut. Lampu kantor Kalandra masih menyala dan beberapa orang keluar dari sana. Kemungkinan besar mereka sedang lembur.Netra gadis itu juga melihat sosok lelaki yang baru dikenalnya kemarin. Namun, sayang pria itu sama sekali tak menoleh ke arah kafe. “Selamat datang, silakan dilihat menunya,” ujar pramusaji setelah Devita duduk di sebuah meja dekat dinding kac
Read more

39. Kediaman Keluarga Litha

Sejak hari itu Kalandra sudah merencanakan kunjungan ke keluarga Guntur. Kalandra menunggu sampai keluarga Guntur menerima kunjungan. Orang kediaman menelepon Kalandra tengah malam untuk memberi kabar, bahwa Guntur menyuruh mereka datang.Dia dan Litha juga sudah menyiapkan beberapa hadiah sejak dua hari lalu. Kala menyadari Litha kembali gugup, Kalandra mengusap lembut punggung Litha.Kalandra mengulurkan tangan pada Gemini. Gadis kecil itu terlihat mengedarkan pandangan pada halaman rumah kakeknya yang lebih luas dari kediaman Rama.“Jadi dulu Mama tinggal di sini,” ucap gadis kecil itu, “rumahnya bagus, ya.”Litha menunduk seraya meletakkan tangan di atas bahu Gemini. “Kita akan sering datang ke sini bersama Papa.” Biarpun belum pasti mereka akan diberi kesempatan untuk datang lagi, tetapi Litha merasa yakin.Kalandra menekan bel pintu, dan beberapa saat kemudian pintu berdaun ganda tersebut perlahan terbuka. Seorang asisten rumah menyapa mereka dengan senyum ramah. “Selamat datan
Read more

40. Betul-betul mirip Papamu

Lantas Kalandra mengikuti Guntur dan Gemini ke lantai atas. Sementara itu, di ruang tamu masih tersisa tiga orang. Jeremy menarik napas lega menahan suasana tadi yang sedikit menegangkan, menurutnya. Pria itu lebih khawatir ketika ayahnya tergelak daripada marah-marah, karena sang ayah akan lebih tak bisa ditebak.“Kak, jangan cemas. Kayaknya Papa suka sama Gemini. Jelas dong, kan Gemini cucunya Papa.” Jeremy berusaha menenangkan Litha yang nampak mematung.“Bukan itu yang aku pikirin,” sahut Litha seraya melirik pada Elvira. Sejak tadi wanita itu berpura-pura sibuk, padahal tak melakukan apa pun. Litha menduga sejak bertemu terakhir kali di pantai, Elvira jadi semakin kesal padanya. “Gimana kabar Mama sekarang?”Elvira menoleh sejenak pada Litha. “Masih sama seperti sebelumnya.” Dia mengisyaratkan kalau kegundahannya belum teratasi juga. Lain hal dengan Jeremy yang mengartikan ibunya berkata baik-baik saja.“Mama itu rajin olahraga, Kak dan rutin cek kesehatan,” timpal Jeremy.“Jer,
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status