All Chapters of Suami Mempesona Ternyata Mencintaiku : Chapter 21 - Chapter 30
50 Chapters
21. Aku sudah melupakan masa lalu
Litha mencengkram kuat-kuat gelas mocktail tersebut. Sembari menarik napas dalam untuk memadamkan amarah agar tidak menyiram Indira dengan mocktail yang masih tersisa dalam gelasnya. Tangan Litha sudah nampak gemetar, lekas ia meletakkan gelas pada meja di sebelah kirinya.“Kamu sedang berhalusinasi rupanya. Semenjak kedatanganku ke dalam hidup Kalandra, sejak saat itu pula kamu sudah tersingkir,” balasnya dengan suara rendah karena ia tak ingin orang-orang di sekitar mendengar perselisihan mereka.“Kamu akan tahu sebentar lagi. Apakah aku berhalusinasi atau tidak. Kita buktikan saja.” Ekspresi Indira menampilkan cibiran. “Mau ke mana?” Litha spontan mencengkram lengan Indira kala wanita itu berniat untuk melangkah pergi.Kening Indira berkerut bersamaan dengan munculnya air muka jejap. “Mau cari Kalandra. Kita lihat apa dia berani beritahu rahasia itu sama kamu.”“Tidak perlu mencari suamiku karena aku udah tahu perbuatan murahan kamu.”
Read more
22. Indira
Ketika tiba di rumah, Indira lekas mencari Salma. Tempat bercerita ternyaman sepanjang hidupnya tentu saja adalah ibunya. Indira menyandarkan kepala di bahu Salma sambil berkata, “Aku tidak merasa membalas perbuatan mereka di masa lalu itu salah, Ma. Aku yang tertindas dan juga tersakiti. Apa aku salah membalas mereka?”Salma perlahan menarik dan mengembuskan napas panjang. Sudah dapat ditebak kalau pesta makan malam beberapa saat lalu menyebabkan Indira terguncang.“Kalau kamu balas mereka dengan cara sehat, itu tidak salah, Sayang. Kekacauan yang kamu buat beberapa waktu lalu sudah Mama bereskan. Dan Litha juga setuju untuk tidak memperpanjang masalah itu. Mama sangat berterima kasih padanya.”Indira mengangkat kepala, meluruskan punggungnya seraya menatap Salma. Baru kali ini dia dengar ibunya bertemu Litha. “Kapan kalian bertemu, Ma? Apa saja yang kalian bicarakan?” Tiba-tiba Indira geram sekaligus merasa dikhianati.“Mama hanya ingin
Read more
23. Aku suka menantu penurut.
Litha sempat tertegun saat melihat tiga orang distributor bunga yang pernah bekerja sama dengannya—berdiri di depan florist miliknya. Ketiga orang itu memang sempat menghubungi Litha, hanya saja Litha kurang percaya bahwa mereka benar-benar datang.“Selamat siang, Bu Litha.” Ketiga orang itu menyapa Litha bersamaan. Dua di antaranya merupakan wanita dan yang berdiri paling depan adalah seorang pria.“Bapak sama Ibu sudah lama menunggu saya?”“Tidak begitu lama, kok, Bu Litha. Kedatangan kami ke sini ya karena mau minta maaf.”“Ayo, masuk dulu. Kita mengobrol di dalam aja,” ajak Litha. Lekas ia merogoh kunci dari dalam tas, membuka lalu mendorong daun pintu tersebut. Karena mereka sudah tutup hampir sebulan, jadi Litha tidak memiliki minuman ataupun kudapan di sana. “Silakan duduk dulu. Saya mau pesan kopi dan kudapan untuk Bapak dan Ibu.”“Tidak usah repot-repot Bu Litha,” tolak Bu Mariani. Perempuan itu memiliki ekspresi serius lalu sege
Read more
24. Sengaja menggoda
“Urgh! Capek banget.” Devita menghamburkan diri ke sofa. Paras cantiknya nampak lesu usai bekerja seharian. “Bi, tolong bawain air putih,” pinta Devita dengan suara lemah.Mendengar permintaan Devita, pelayan kediaman bergegas ke dapur. Litha saat ini sudah menyelesaikan urusan dengan Rosella, mendapati adik iparnya terkapar di sofa. Segera ia menghampiri gadis itu.“Dev,” panggil Litha.Devita yang masih lelah memicingkan mata untuk melihat ke asal suara. “Kak Litha.” Gadis itu berusaha menegakkan punggung sambil meminta Litha untuk duduk di sebelahnya. “Tumben Kak Litha mampir ke sini.”“Ini airnya, Non. Juga ada kue dari Nyonya Litha.”“Makasih, Bi.”Pelayan tersebut mengangguk dan tak lagi mengganggu mereka.Setelah hanya mereka berdua yang berada di ruang tamu, Litha menjawab pertanyaan Devita. “Ada sedikit urusan sama Mama.”Mata Devita langsung membeliak. Air yang baru sampai kerongkongan mendadak ingin k
Read more
25. Sunset
Gemini memutar badannya di depan cermin. Sesekali menyentuh rambut yang diikat dengan gaya sanggul. Menambah keimutan gadis itu. Apalagi saat dia menampilkan senyum cerah, matanya yang cantik pun ikut tersenyum. Rok berwarna dusty pink membalut tubuh kecil Gemini. Ia sangat menyukai penampilannya saat ini. Belum lagi karena dia dan orang tuanya akan jalan-jalan sebentar lagi, yang menambah rasa gembira.Sementara Litha melihat putrinya yang begitu bahagia, jadi langsung mencubit lembut pipi tembam Gemini. Dentuman kebahagiaan dalam dirinya tak bisa ia sampaikan melalui kata-kata.“Ayo, Sayang. Papa udah nunggu kita di depan.”Gemini mengangguk dan tak lupa mengambil tas seukuran ponsel. Litha membantu Gemini memakaikan tas selempang sebelum mereka turun ke lantai pertama.Kalandra tengah menunggu di depan pintu. Lelaki itu mengenakan kaos putih dan luaran jaket berwarna grey. Nampak santai dengan senyum cerahnya. Litha suka melihat Kalan
Read more
26. Kenangan
Devita menemani Gemini kembali lebih dulu ke vila lantaran sudah malam dan Gemini pun agak mengantuk. Litha tak perlu mencemaskan Gemini karena Devita dapat diandalkan.Kedua sosok itu masih berada di pesisir pantai sambil menikmati secangkir coklat panas. Mereka duduk menghadap pantai dan sesekali saling melempar senyum. Begitulah ketika mereka sudah berbaikan.“Saat Gemini lahir, cuma ada satu orang yang menemani aku. Dia ngasih aku semangat untuk bertahan. Dia mengajari aku untuk menjadi ibu sekaligus ayah untuk Gemini.” Litha menceritakan saat-saat ia melahirkan Gemini. Kenangan lima tahun lalu memenuhi pikirannya. Di sisi lain ia begitu bahagia setelah melahirkan, tetapi Litha sempat merasa tertekan karena harus mengurus Gemini—sepanjang hari.Kalandra menatapnya penuh perhatian. “Andaikan kamu datang padaku.”“Datang padamu lalu keluargamu akan mengambil Gemini dan aku ditinggalkan sendirian? Apa itu yang kamu mau?”Kalandra tentu s
Read more
27. Kamu mengusirnya dari rumah
Pagi-pagi sekali Kalandra sudah menyiapkan sarapan untuk keluarga kecilnya. Devita paling lahap menyantap sarapan, sedangkan Litha hanya menyuap sepotong tomat dan sudah merasa kenyang.Litha berusaha ingin menghabiskan sarapan buatan Kalandra, tetapi rasa khawatir sejak tadi malam menyebabkan pencernaannya jadi terganggu.Kalandra menggenggam tangan ramping milik istrinya, lalu menyapu wajah Litha dengan tatapan lembut yang disisipi isyarat bertanya. Litha hanya menggeleng seraya tersenyum kecil. Sampai detik ini pun tak ada satu cerita yang Litha sampaikan tentang keluarganya pada Kalandra. Semua tersimpan dalam memori yang sudah terbuka kembali. Ibunya tega sekali meminta saham Litha. Padahal Litha menyimpannya untuk masa depan Gemini.“Kak Litha kenapa pagi-pagi begini kelihatan kurang semangat?” celetuk Devita lalu kembali menyuap telur mata sapi.“Masa sih? Aku merasa baik-baik aja. Apa mungkin karena keban
Read more
28. Menghamburkan diri ke pelukan Kalandra
Dana kompensasi yang masuk ke rekening Litha membuat matanya tak mengejap. Belum lagi nama si pemilik rekening yang mengirim uang tersebut adalah Indira. Sekarang apakah sudah jelas bahwa wanita itu menyesal akan tindakannya?Entahlah. Litha belum dapat memastikan.Dikarenakan ia bingung untuk menerima uang tersebut atau dikembalikan, ia putuskan mencari Kalandra. Kabarnya sekarang Kalandra tengah berada di lokasi syuting, dan untungnya lokasi tersebut tak begitu jauh.Kalandra lebih dulu menemukan Litha yang celingukan mencari dirinya lalu menghampiri dengan segera.“Cie, Pak Produser dicari sama istrinya.”“Kira-kira mau ngapain ya sampai datang ke lokasi syuting?”“Dengar-dengar beliau ditawari casting sama Pak Sutradara.”“Hah? Yang benar? Emangnya masih butuh pemain tambahan?”“Hush! Kerja! Jangan banyak ngegosip. Apalagi menggosipkan istri Produser kita. Kalian mau diusir?”Meski mereka sudah berh
Read more
29. Seorang pewaris kerajaan bisnis
Gaun pesta dan hadiah ulang tahun sudah Litha siapkan. Kini saatnya ia pergi ke kamar Gemini untuk mendandani gadis itu. Ia mendapati Gemini sudah menunggu di depan cermin—tengah mengamati wajah dan mata bulatnya.“Aku juga mau pakai bando, Ma,” katanya setelah selesai memakai gaun dan menata rambut. Litha membiarkan rambut bergelombang Gemini tergerai sampai punggung.“Kamu mau pilih yang mana?”“Yang warnanya senada sama gaunku.”“Oke. Mama yang pilih, ya.”Litha menyematkan bando berwarna biru muda senada dengan gaun pesta yang dikenakan Gemini. Senyum gadis kecil itu mengembang sempurna di wajahnya. Sekarang mereka sudah siap berangkat ke pesta ulang tahun Anggita—yang sudah ditunggu-tunggu oleh Gemini. Pasalnya di sekolah Anggita selalu membicarakan rencana pesta ulang tahun dan gaunnya yang sudah gadis itu siapkan.Pesta tersebut akan diadakan di sebuah hotel pada pukul empat sore. Mereka masih memiliki waktu sekitar empat puluh menit sebelum pesta dimulai. Litha membantu Gemin
Read more
30. Keluarga Litha
“Kakak tidak marah, Jer. Kakak cuma… panik.” Raut panik Litha tergantikan oleh ekspresi haru sekaligus bahagia melihat adiknya berada di depan mata. Bagaimana dia harus menjelaskan bahwa dia sangat bahagia bertemu kembali dengan Jeremy, yang dulu selalu menempel padanya.“Kenapa Kakak harus panik? Aku sempat dengar mereka membicarakan Kakak tadi. Aku mau membungkam mulut mereka sekarang!” Kepala Jeremy terasa panas setelah ingat ucapan orang-orang di dalam sana. Jeremy pun berpikir bahwa kakaknya selalu mendapatkan cibiran setelah keluar dari rumah.“Jer. Kamu ke sini emang mau ribut sama ibu-ibu itu?”Mendengar pertanyaan Litha, Jeremy menggeleng. “Tentu saja tidak. Hanya saja aku kesal karena mereka menyakiti perasaan Kakak.” Jeremy menjawab lalu menambahkan, “aku ke sini sama pacarku, Kak. Pacarku Tantenya Anggita. Kakak sendiri kenapa bisa di sini?”Setelah membenahi perasaan haru, Litha mengukir senyum. Mungkin apa yang akan dia katakan pada Jeremy merupakan sebuah kejutan. “Kepo
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status