Semua Bab Terpaksa Menikahi Istri Gendut: Bab 21 - Bab 30
62 Bab
Akankah Malam Ini?
Amira melongo saat Fadhil mengatakan secara lugas bahwa ia memintanya untuk membuka baju yang dipakainya saat ini."K-kok buka baju sih kak? Aku malu." Ia menunduk tak berani melihat Fadhil dengan kedua matanya. "Kamu kan istriku. Dan itu adalah perintah untukmu. Jadi cepat lakukan buatku!" Perintah Fadhil setengah memaksa. Padahal batinnya saat ini tengah memberontak untuk tidak melakukannya. "Apa dia akan meminta haknya malam ini? Oh, tidak! Bahkan aku saja belum siap untuk melakukannya. Aduh bagaimana ini?" Amira cemas. Ia memilin ujung piyama saat ini. "Ayolah Amira!" Ucap Fadhil tertahan setengah memohon.Amira gelagapan. Bahkan jemarinya sudah meremas kuat tempat kancing bagian paling atas. "Ck! Kenapa sih lama sekali bukanya? Ya sudah aku saja yang membukanya." Amira melotot sempurna saat Fadhil mengatakan itu. Jujur saja Amira belum sesiap itu untuk melayani Fadhil. Dengan keragu-raguan, Fadhil mulai menyentuh piyama Amira. Sebelum ia melakukannya, ia memejamkan matanya.
Baca selengkapnya
Fadhil Berubah
Kedua orang tua Fadhil sudah pulang kampung beberapa hari yang lalu. Kini tinggallah Fadhil dan Amira di wisma itu. Semenjak kejadian konyol yang dilakukan Fadhil, justru ia berusaha keras menahan keinginannya untuk tahu lebih banyak hal tentang Amira. Amira bahkan sampai kebingungan menghadapi sikap Fadhil yang lama kelamaan membuatnya seperti hidup sendirian di wisma ini. Waktunya lebih banyak ia habiskan di tempat Ummi Sarah karena disana ia memiliki teman mengobrol yang asyik, yaitu Maya. Di wisma, Fadhil lebih banyak diam dan sikapnya sangat dingin sehingga membuat Amira jadi enggan untuk bertanya sesuatu atau menawarkan sesuatu pada suaminya itu. Amira juga beberapa kali bertemu langsung dengan Rayyan, sang anak bungsu pemilik pesantren ketika berkunjung ke rumah abah dan ummi. Karena itulah mereka berdua semakin mengenal satu sama lain meski tetap menjaga batasan antara laki-laki dan perempuan. Fadhil banyak menghabiskan waktunya di luar. Ia tak peduli dengan Amira yang sela
Baca selengkapnya
Ide Gila Maya
"Maya! Saranmu kok begitu sih? Aku yang denger aja merinding tahu!" Ucapan Amira berhasil membuat Maya terbahak-bahak."Tapi patut dicoba kan Mbak Mir? Pria mana mbak yang nggak klepek-klepek kalau lihat pasangannya pakai yang begitu? Sudah pasti mereka bakal panas dingin mbak. Aku yakin itu." Maya mengangkat salah satu sudut bibirnya. Amira terdiam memikirkan saran dari Maya yang menurutnya sangat tidak masuk akal. Namun setelah ia pikir-pikir lagi mungkin bisa dicoba agar tahu Fadhil menyukainya atau tidak. Apalagi setelah kejadian konyol kala itu, Amira jadi mengerti Fadhil itu sudah mulai tertarik pada dirinya hanya karena melihat sesuatu yang sudah ia jaga bertahun-tahun lamanya. Namun karena kerasnya hati Fadhil, ia selalu membuat perasaannya tergantung. Padahal ia sudah merasakan sensasi yang luar biasa di dalam tubuhnya namun Fadhil selalu saja tak menuntaskannya sehingga menjadikan Amira begitu penasaran dengan kelanjutannya. "Terus selain pakai pakaian haram begitu, mbak h
Baca selengkapnya
Amira yang Sekarang
Kata-Kata Fadhil berhasil membuat hati Amira sakit. Kalimat yang harusnya tak pantas diucapkan akhirnya keluar dari mulut suaminya sendiri. Air matapun menetes setelah ia berusaha menahannya agar tidak jatuh. Ia kemudian meletakkan kembali tali lingeri itu pada tempatnya. Ia masuk ke dalam kamarnya dan menangis sejadi-jadinya. Namun masih ia tahan dengan membekap mulutnya agar tidak terdengar Fadhil. "Apa aku terlihat seperti seorang jalang di hadapan Kak Fadhil? Kenapa dia terus menerus menolakku? Padahal aku sudah mati-matian untuk membuatnya jatuh hati." Kesal Amira yang saat ini hanya bisa menangis meratapi nasibnya yang tragis. "Aku harus melakukan apalagi agar kamu bisa mencintaiku?" Monolog Amira dengan tangisan yang lirih. Setelah cukup ia menangis untuk menumpahkan kekesalannya, ia teringat dengan ucapan Maya saat itu. "Mbak, kamu jangan nyerah gitu aja ya. Kalau hanya sekali gagal, kamu harus mencobanya terus sampai dia benar-benar goyah dan akhirnya mau menyentuhmu. I
Baca selengkapnya
Amira Mulai Berani
Amira tidur membelakangi Fadhil agar suaminya itu tidak tahu ekspresi wajahnya yang sebenarnya. Amira menahan malu setelah melakukan hal berani seperti itu. Ia pura-pura memejamkan mata. Kedua tangannya meremas kuat selimut yang ia pakai. Fadhil menatap punggung Amira tak percaya. Bahkan ia masih saja terhipnotis tanpa bisa berkata apa-apa. Namun Fadhil segera tersadar dari rasa tak percayanya. "Ck! Ngapain sih di kamarku? Udah sana balik ke kamarmu!" Fadhil berusaha mengusir Amira. Namun tak lama kemudian Amira pura-pura mendengkur halus. Hal itu cukup mengelabui Fadhil yang menganggap Amira benar-benar sudah tertidur pulas. "Duh, malah udah tidur lagi." Keluh Fadhil. "Ngomong-ngomong kenapa rasanya manis sekali ya saat dikecup Amira tadi." Fadhil menyentuh bibirnya sendiri setelah dikecup singkat oleh Amira. Ucapan Fadhil itu berhasil membuat Amira tersenyum dalam diamnya. Ia merasa sangat bahagia sekali meskipun tidak dipuji secara langsung. Namun ia berusaha untuk tidak bert
Baca selengkapnya
Tragedi Gubug Tua
Hari demi hari berlalu, Fadhil tetap pada mode diam dan dingin. Namun Amira justru menjadi pribadi yang sangat berani kepada Fadhil. Ia sudah terbiasa akan hal itu. Walaupun Fadhil selalu tak menganggapnya ada, tapi ia tetap menjalankan misinya untuk meluluhkan hati suaminya itu. Setiap hari Amira melakukan hal yang membuat Fadhil merasa seperti raja. Bahkan Fadhil sama sekali tak dibebankan pekerjaan rumah yang melelahkan. Semua Amira yang membereskan. Fadhil terbiasa untuk terima jadi. Tugasnya hanya mencari nafkah saja. Ketika Fadhil berada di rumah, Amira juga memakai pakaian yang bagus. Terkadang ia dengan sengaja memakai lingeri yang membuat Fadhil sebenarnya panas dingin namun dia mencoba kuat dan bertahan untuk tidak menyentuh istrinya itu. Padahal Amira juga sudah menggodanya dengan hal-hal yang membuat nafsu Fadhil tergugah, namun Fadhil justru malah memilih untuk tidak menanggapi Amira sedikitpun. Padahal Amira tahu kalau Fadhil itu tengah menahan mati-matian nafsu birah
Baca selengkapnya
Firasat Amira
Tar!Gelas yang diletakkan Amira di meja terjatuh ke lantai. Amira terlonjak kaget. Jantungnya berdebar tak karuan. Hatinya mulai gusar. "Kenapa gelasnya jatuh tiba-tiba ya? Bukannya tadi aku letakkan agak ke tengah ya?""Terus kenapa perasaanku tiba-tiba jadi nggak enak gini sih?" "Lagian Mas Fadhil kenapa sih nggak pulang-pulang? Aku itu khawatir sama keadaannya. Mana hujannya nggak berhenti-henti." Amira bermonolog. Amira segera membersihkan pecahan gelas itu dengan hati-hati. Hujan yang masih deras membuat perasaannya semakin tidak enak. Apalagi sudah melewati tengah malam namun suaminya belum juga pulang. "Sebenarnya Mas Fadhil kemana sih? Kok sampai melewati tengah malam gini dia belum juga pulang. Aku kan khawatir. Takut kenapa-kenapa di jalan." Hingga akhirnya Amira menunggu Fadhil dalam keadaan tidur di kursi seperti biasanya saat Fadhil pergi di malam hari dan pulang saat dini hari. Adzan subuh berkumandang membuat kedua insan yang masih polos tak mengenakan apapun itu
Baca selengkapnya
Sakit Hatinya Amira
Tidak seperti wanita pada umumnya yang akan marah dan menyerang suaminya membabi buta tatkala melihat suaminya telah mengkhianati pernikahannya. Justru Amira memilih untuk diam. Hatinya memang sakit. Tapi otaknya masih bekerja. Ia pikir akan percuma bersikap bar-bar seperti itu, justru hanya akan menguras tenaga dan emosinya saja. Raya belum pergi dari wisma itu. Bahkan orang-orang di pesantren pun belum ada yang tahu keberadaan Raya di rumah yang ditempati oleh Amira dan Fadhil. Raya ingin meminta maaf pada Amira. Meskipun maaf itu tidak bisa mengembalikan semuanya. Namun setidaknya Raya ada i'tikad baik untuk meminta maaf atas kejadian tak terduga malam itu. Amira masih terdiam tak mengajak bicara kedua orang di rumah itu. Hatinya masih kacau. Ia masih kalut. Sedangkan Fadhil dan Raya sungkan untuk mengajak bicara Amira. Bahkan Amira menyiapkan sarapan untuk mereka. "Kalian makan dulu saja." Amira mengajak tanpa mau melihat keduanya. Fadhil dan Raya mengikuti langkah Amira. Tang
Baca selengkapnya
Garis Dua
Amira datang ke rumah abah dan ummi. Ia meminta izin pada sang tuan rumah untuk mengajak Maya bicara empat mata. Rayyan mengetahui hal itu. Entah kenapa setiap Amira datang ke rumah ini dia selalu merasakan debaran tidak biasa. Padahal Rayyan sudah bertemu dengan banyak wanita yang pastinya secara fisik itu lebih baik daripada Amira yang bertubuh jumbo. Namun entah kenapa aura yang Amira miliki itu telah membuat hati Rayyan berbunga-bunga setiap bertemu dengannya. Ada satu hal yang cukup menarik hatinya saat Amira datang kesini dengan keadaan mata yang sembap. Hal itu cukup membuat Rayyan ingin tahu ada apa dengan Amira. Karena Amira seperti terlihat baru saja menangis. Matanya masih merah. Namun entah kenapa umminya tidak menyadari akan hal itu. Rayyan juga tidak berani untuk menanyakan perihal itu."Ada apa mbak?" Maya keluar setelah Rayyan panggil. "Aku mau curhat aja May. Boleh minta waktunya sebentar?" Maya tahu kalau Amira sedang tidak baik-baik saja. Mereka berdua berjalan b
Baca selengkapnya
Fadhil Berbohong
Tiba-tiba saja Fadhil merasa takut. Apalagi anak yang sedang dalam kandungan Raya itu adalah hasil dari perbuatan zina. Ia tahu sendiri bahwa perbuatan itu dilarang oleh agama yang ia anut. Fadhil berusaha tersenyum di hadapan dokter itu. Kemudian ia menatap Raya yang sedari tadi menundukkan kepalanya. Ada rasa cemas dan takut juga yang terpancar di wajah ayu yang selama ini membuat Fadhil tergila-gila. Mereka berdua keluar dari ruangan dokter itu dengan pikiran masing-masing. Baru setelah mereka berada di tempat cukup sepi, akhirnya mereka buka suara satu sama lain. "Bagaimana ini kak? Aku beneran hamil. Aku takut kak. Aku nggak bisa menanggung beban ini sendirian." Raya menatap Fadhil penuh harap. Bahkan air matanya sudah ia tahan sejak tadi akhirnya jatuh juga membasahi wajahnya. "Tenang aja Raya. Aku akan bertanggung jawab atas bayi itu. Kejadian yang lalu juga aku ikut andil. Aku akan menikahimu Raya." Fadhil mengucapkan dengan penuh keyakinan. "Terus kapan kakak akan menikah
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status