All Chapters of Terjebak Gairah Si Bos Mesum: Chapter 11 - Chapter 20
248 Chapters
Menagih Janji
Starla tidak menyangka akan mendapatkan kehidupan yang seperti ini. Menjadi sekretaris Revanno sungguh suatu hal yang mampu merubah nasibnya. Revanno benar-benar memberikannya fasilitas yang sebelumnya tidak pernah ia bayangkan akan memilikinya. Sebuah apartemen mewah lengkap dengan isinya, gaji yang besar dan Revanno juga benar-benar membelikan sebuah mobil pribadi untuk Starla. Kini ada satu hal yang Starla yakini jika sosok Revanno Immanuel dengan segala kebrengsekan dan kemesumanya itu adalah orang yang selalu menepati janjinya. Walaupun sejauh ini ia belum berhasil mendapatkan 'seks’ bersama Starla. Namun, Revanno tetap memberikan apa yang sejak awal sudah ia janjikan kepada Starla. Mungkin banyak orang akan bertanya-tanya. Bagaimana bisa sorang sekretaris saja bisa hidup dengan begitu mewahnya? Dan Starla tak akan ambil pusing dengan pertanyaan tersebut. Karena inilah jalan yang ia ambil. Resiko yang harus ia jalani ketika ia memilih untuk menyetujui kontrak kerja dengan Revann
Read more
Sekarang Kamu Sudah Siap, Kan?
Sore ini Starla terlihat begitu terburu-buru ketika berjalan keluar dari salah satu Coffee Shop. Ini semua karena Bos gilanya. Revanno mengatakan kalau ia ingin minum Americano Coffee. Dan hal yang menjengkelkan adalah Revanno ingin Starla yang membelikannya langsung, ia tidak ingin orang lain yang membelikannya. Oke, peraturan pertama perintah Bos memang tidak bisa di ganggu gugat. Begitu Starla mendapatkan satu Cup Americano, ia segera berjalan sambil memperhatikan layar ponselnya yang terus berdering. Siapa lagi kalau bukan panggilan dari Bosnya? Starla terus berdecak dan mengumpat sepanjang perjalanan. Ia sengaja tidak ingin mengangkat panggilan itu dan memilih untuk memasukkan ponselnya kembali ke dalam tasnya. Namun, ketika Starla baru saja menggeser pintu Coffee Shop tersebut, tanpa sengaja ia menabrak seorang pria hingga membuat tasnya terjatuh. Dan tentu saja semua isi tasnya langsung berceceran. Starla semakin jengkel. Ayolah, ia sedang terburu-buru kenapa ada saja hambat
Read more
Yang Pertama Bagi Starla
Revanno melepas ciumannya dengan napas memburu, begitupun juga dengan Starla. Wanita tersebut langsung meraup udara sebanyak-banyaknya untuk mengisi paru-parunya yang seakan kehabisan oksigen.“Sekarang kamu sudah siap, kan?” Tanya Revanno tanpa memperdulikan Starla yang masih sibuk mengatur napasnya.Starla langsung bersemu, pipinya terasa memanas dan jantungnya berdetak lebih cepat. Bagaimanapun juga ia tidak akan siap untuk kehilangan sesuatu yang berharga dari dirinya. Tapi, janji tetaplah janji. Starla yakin sebanyak dan sejauh apa ia menghindar, Revanno akan tetap meminta hal itu.“Kalau benar ini yang pertama bagimu. Aku akan melakukannya dengan pelan-pelan, nggak akan sakit. Aku janji,” rayu Revanno sambil mengusap pipi Starla yang bersemu.Starla masih diam, ia terlalu bingung untuk menjawab seperti apa. Karena sungguh ini benar-benar pengalaman pertamanya. Ia memang sudah sering berhadapan dengan situasi seperti saat ini, tapi ti
Read more
Sakit Tapi Juga Nikmat
Pagi itu Starla terbangun dengan rasa linu di sekujur tubuhnya. Ia masih mengumpulkan kesadarannya ketika ia mendengar suara gemericik air dari dalam kamar mandinya. Matanya menatap ke sekitar kamarnya, tiba-tiba Starla tersentak saat merasakan tubuhnya tertidur hanya berlapis selimut saja alias telanjang. Ia segera mengangkat tubuhnya, lalu beranjak dari posisi berbaring. “Aww ...” Starla meringis merasakan nyeri di sekitar bagian bawah. Starla menepuk jidatnya beberapa kali lalu menutup wajah dengan kedua tangannya. Ia masih tidak menyangka kalau semalam ia benar-benar melakukannya dengan Revanno. Seks? Dengan Revanno? Tapi Starla juga tidak mampu membohongi perasaannya semalam, ketika ia juga benar-benar menikmati permainan Revanno. Walaupun awalnya memang sangat menyakitkan tapi sakit itu terus berganti dengan kenikmatan yang belum pernah Starla rasakan. “Kamu benar-benar bodoh, Starla.” Wanita itu lagi-lagi menep
Read more
Rencana Perjodohan
Revanno hanya mendengus ketika mendengar ucapan dari Kakeknya. Revanno sudah tidak akan merasa kaget lagi. Sejak dulu William memang selalu seperti itu. Suka sekali menyudutkan Revanno dan juga Ayahnya. Dan hal itu ternyata belum juga berubah, bahkan sampai detik ini.“Apakah seperti ini caramu mendidik seorang anak? Mungkin dia nanti juga akan bernasib sama sepertimu jika kamu saja tidak becus mendidiknya.” William kembali bersuara. Dan kali ini perkataan itu William tujukan untuk Marcus.“Jangan ungkit masa laluku lagi, Yah,” sahut Marcus.Marcus masih ingat betul kejadian bertahun-tahun yang lalu, ketika istrinya pergi meninggalkannya dan memilih untuk hidup bersama pria lain. Hal itulah yang membuat William membenci putranya sendiri—Marcus dan juga menantunya yang di anggapnya tidak tahu diri itu.“Aku kira kamu akan belajar menjadi orang tua yang lebih baik setelah mendapat pengalaman buruk itu. Tapi ternyata aku salah mengira,” ujar
Read more
Bertemu Kembali
Starla terus berjalan menyusuri rak-rak perlengkapan mandi di salah satu swalayan. Kalau bukan karena shamponya habis, mungkin ia tidak akan mau pergi keluar hari ini. Bayangkan saja, tubuhnya masih terasa remuk akibat permainannya dengan Revanno semalam. Apalagi daerah pangkal pahanya juga masih terasa sakit jika di gunakan untuk berjalan. Belum lagi tanda kissmark yang Revanno berikan hampir di seluruh lehernya, membuat Starla terpaksa harus memakai baju yang bisa menutupi lehernya. Padahal cuaca hari ini sangatlah panas. Aarrrgghh! Revanno sialaaan! Revanno brengsek! Starla melempar kasar botol shampo ke dalam keranjang belanjaannya. Setelah itu ia pergi membayarnya ke kasir. Dalam perjalanannya, lagi-lagi Starla melihat seorang pria yang dulu pernah menjadi korban penipuannya. Kenapa hidupnya harus seperti ini? Starla mulai panik karena sepertinya pria tersebut tengah berjalan ke arahnya. Terlebih setelah mereka saling beradu pandang untuk beberapa saat. “Gawat! Dia lihatku,”
Read more
Gairah Yang Tidak Bisa Revanno Tahan
“Kenapa?” “Ya?” Starla mengerjap. Ia langsung mendongak dan menatap Saga yang bertanya pelan padanya. Sial. Gara-gara memikirkan Revanno Starla sampai melupakan kalau saat ini sedang ada Saga di hadapannya. “Ah, nggak kok. Nggak apa-apa.”“Aku pikir, kamu masih kepikiran soal mantanmu tadi,” ujar Saga meledek.Starla langsung memelotot. “Enak saja. Jangan sembarangan,” balasnya tidak terima.Saga terkekeh. “Aku hanya bercanda. Maaf,” ujarnya pelan. “Mulai sekarang jangan sungkan lagi kalau kita bertemu di jalan ya. Kamu bisa menyapaku kapanpun kamu mau, termasuk meminta bantuanku. Anggap saja kita berteman mulai hari ini,” imbuh Saga sambil tersenyum.Starla berdecih. “Mana bisa kita berteman hanya karena sudah bertemu sebanyak dua kali.”“Berarti kamu maunya kita bertemu terus supaya bisa di katakan sebagai teman?” Saga menaikkan sebelah alisnya.Starla langsung menggeleng. “Bukan begitu maksudku.”“Lalu apa?” Saga kembali terkekeh. “Sudahlah, Starla. Kamu jujur saja. Aku justru l
Read more
Akibat Dari Perbuatan Revanno
“Terima kasih atas kerja samanya Pak Reihan. Saya akan selalu memberitahukan perkembangan proyeknya nanti,” ujar Revanno sambil menjabat tangan pria paruh baya yang bernama Reihan tersebut.“Saya juga berterima kasih sekaligus senang karena bisa bekerja sama dengan CEO muda dan berbakat seperti Anda,” balas Pak Reihan yang tersenyum.“Ah, Anda ini bisa saja. Sudah banyak yang bilang seperti itu,” kelakar Revanno dan berhasil membuat kedua pria itu tertawa sembari berjalan keluar dari ruang rapat.“Saya bersungguh-sungguh, Pak Revanno. Saya jarang sekali menemui seorang CEO yang masih muda dan tampan seperti Pak Revanno.”“Sudah, Pak. Tidak perlu memuji seperti itu. Saya jadi semakin enak nih.” Lagi-lagi Revanno menanggapinya dengan bercanda. Dan Pak Reihan hanya tertawa.Begitu Pak Reihan pamit dan masuk ke dalam lift, Revanno langsung menghadap Starla dan menatap wanita itu dengan alis terangkat. Revanno merasa sejak tiba di ka
Read more
Berusaha Meminta Maaf
Starla dan Revanno masih sama-sama terdiam di posisinya masing-masing. Starla berdiri di depan pintu dan Revanno berdiri sambil menatap heran ke arah wanita yang kini sedang berdiri di hadapannya. Kalau boleh jujur, rasanya Starla sudah sangat kesal dan ingin sekali memukul dan memaki Revanno pada saat ini juga. Starla rasa, Revanno benar-benar sama sekali tidak sadar dengan kesalahan yang sudah pria itu lakukan.“Nggak usah menatapku seperti itu!” Bentak Starla dengan nada kesal.Revanno hanya mengernyit. “Kenapa memangnya? Nggak ada yang melarangnya juga,” sahut Revanno santai.Starla ingin menjerit dalam hati. Berbicara dengan Revanno rasanya sudah seperti berbicara dengan orang gila yang sering lewat di pinggir jalan.“Aku yang melarang! Apa perlu aku tulis di keningku sekalian supaya kamu bisa sadar?!” Ketus Starla.“Terserah sih. Tapi kalau kamu maunya seperti itu ya silahkan.” Revanno mengangkat bahunya acuh.Starla melongo. “Kamu masih belum sadar juga ya? Kalau aku itu masih
Read more
Lanjut Atau Berhenti?
Starla berhasil menghabiskan beberapa potongan slice Pizza yang di belikan oleh Revanno. Bahkan ia tidak peduli dengan tatapan yang sejak tadi Revanno berikan padanya ketika ia menyantap makanannya. Karena sungguh ia benar-benar sangat lapar dan ingin segera menghabiskan makanan tersebut tanpa sisa. Mengingat kalau sudah sejak sore tadi perutnya belum terisi makanan sedikitpun. “Akhirnya.” Starla mendesah lalu menyandarkan punggungnya ke sofa panjang yang ada di depan TV. “Ambilkan minuman dong.” Revanno memelotot. Tidak puas hanya dengan menyuruhnya membelikan makanan. Sekarang Starla masih menyuruhnya untuk mengambilkan minuman. Oh, ia benar-benar merasa di kerjai. Starla tertawa dalam hati ketika Revanno langsung beranjak ke dapur dan kembali dengan membawa segelas minuman untuknya. Ia yakin pasti Revanno sangat kesal sekarang. Tapi setidaknya Starla sudah cukup merasa lega karena sudah berhasil menyuruh-nyuruh Revanno malam ini. Gelas yang sudah kosong itu Starla berikan lagi
Read more
PREV
123456
...
25
DMCA.com Protection Status