Terperangkap Dendam Bos Arogan의 모든 챕터: 챕터 11 - 챕터 20
132 챕터
Rahasia Ayah
"Pak, saya tidak akan memakai kosmetik, berpenampilan menarik atau menggoda Pak Galih. Saya tahu batas karena saya juga punya suami, punya anak. Tapi...""Alasan kamu menghindari menjadi bawahan Reza...apa tidak ada maksud lain?"Bah! Seharusnya ia bertanya pada dirinya sendiri, batin Galih.Aziya menunduk dalam, sebutir air matanya hampir keluar di sudut matanya."Masalah ini...""Ini terlalu beresiko. Kau berpenampilan cukup buruk seperti ini, apa tidak mengganggumu?"Dalam hati Galih tertawa lebar, selama ini ia menantikan saat melihat wanita ini terlihat sangat buruk.Aziya menggelengkan kepalanya, "Tidak, Pak.""Baik, terserah kalau begitu. Besok, berangkat lebih awal, menghafal password apartemen dan juga pergi ke binatu. Siang harinya, ikutlah denganku untuk menyiapkan perlengkapan rapat dengan kolega dari Turki. Tugasmu hanya membersihkan ruangan dan menyiapkan peralatan, mengerti?""Siap, Pak. Apakah saya harus memakai pakaian khusus untuk pertemuan itu, Pak?" tanya Aziya pol
더 보기
Pertengkaran
Sejenak setelah ia mengusap air matanya, Aziya mendongak ke arah orang yang baru saja datang memasuki rumah. Aziya mengedip tak percaya, apa maksud dengan kehadiran Davina diantara mereka? Sungguh perkembangan yang sangat cepat, batin Aziya."Ziya, menangis nggak akan menyelesaikan masalah bukan? Toh keadaan masih tidak berubah. Mas Reza membawaku bersama dengan kalian karena merasa perlu untuk mengenal kedua anaknya. Ini juga bukan kemauanku," kata gadis itu sambil melempar tas selempang miliknya, lalu menghempaskan dirinya di sofa. Seperti sudah di rumahnya sendiri saja."Emangnya kenapa? Aku juga tidak akan menyelesaikan masalah dengan mengemis pada seorang suami bejat, aku yakin kalian pasti akan mendapatkan karma dari perbuatan kalian," kata Aziya, kali ini Aziya membalas sambil menutup cuping putrinya dengan tangannya erat."Nggak usah sembunyi dari anak-anak, toh Humaira sudah besar. Dia akan mengerti kehidupan ayahnya yang telah berbeda."Lalu Davina berkata pada Humaira."Hum
더 보기
Apartemen
Sesampainya di apartemen, Aziya bertemu ibu Nuri yang sudah menunggunya."Bu, apakah ini kediaman...?""Ini adalah tempat perawatan khusus untuk adik lelakinya. Pria itu telah koma selama tiga tahun dan tidak terbangun samasekali. Dan perlu kamu ketahui, bahwa pak Galih memintaku untuk memberitahu kepadamu inilah pekerjaan yang harus kau lakukan selanjutnya."Tak ada jawaban, karena Aziya sepenuhnya tak mengerti dan cenderung menurut saja apapun jenis pekerjaannya."Setiap hari, inilah tempatmu bekerja.""Disini?" Bu Nuri hanya mengangguk.Aziya merenung, karena ia merasa apartemen ini sangat jauh dari pusat kota. Apa ia akan sanggup melakukannya?Bu Nuri membawa Aziya semakin ke dalam, hingga ia diberi tahu soal penghuni tempat tersebut, di mana seorang pria terbaring lemah di sana dan ada sebuah tempat tidur lain yang ada di sampingnya yang terbaring seorang wanita cantik dan pucat pasi."Siapa dia?" lalu Aziya bertanya karena penasaran."Sssttt, jangan pernah bertanya soal siapa wa
더 보기
Iri
Sikap Galih sedikit aneh. Pria itu berkomentar soal kaos tipis yang ia kenakan. Ia mulai meneliti penampilannya yang berantakan, lalu lekukan dadanya yang sedikit kentara."Apa dia mesum?" lirih Aziya panik.Setelah Galih benar-benar pergi, Aziya mendekati pria bernama Guntur di tempat tidurnya. Sudah jelas pria itu berusia jauh lebih muda dari Galih. Dia tampan, dan sangat mirip dengan Galih. Pantas saja Galih terlihat sangat menyayangi Guntur.Aziya menatap pada wajah yang tertidur pulas itu. Tak ada yang perlu dikhawatirkan dari kehidupan ini, ia tak melihat bagaimana manusia yang hidup sebenarnya terlihat lebih menyedihkan daripada seorang pria yang hanya bisa memejamkan matanya, batin Aziya."Ada apa denganmu sebenarnya? Kamu terlihat tenang di pembaringan ini. Kamu memiliki kakak yang sangat memperhatikanmu...," bisik Aziya sembari merapikan sisi pembaringan Guntur, lalu mulai mengelap wajahnya dengan kompres hangat."Kau tau...itu bukti kau sangat beruntung, meskipun kau tak be
더 보기
Dendam
Sikap dingin Galih membuatnya bertanya-tanya.Selama ini ia tak mengenal siapa pemilik perusahaan besar ini. Tidak pernah tahu kehidupan pribadinya ataupun hubungannya dengan orang lain.Akan tetapi apa haknya tahu lebih banyak urusan orang lain? Hanya menambah beban pikirannya saja. Ia segera mengambil penyedot debu dan membersihkan karpet di ruangan tersebut. Sesekali ia bisa menangkap siluet Galih yang menatap serius pada layar laptop di hadapannya. Hingga dering telepon mengusiknya, lalu ia mengangkat dengan hati-hati.["Bu, ini Humaira. Kapan ibu pulang? Humaira dan Farhan ada di rumah sendirian, tidak ada nenek dan Bibi Davina yang menjaga kami Bu," kata suara kecil di seberang sana, mengeluh karena berada di rumah sendirian saja bersama sang adik.]["Sayang, ibu sedang bekerja. Bagaimana kalau Humaira tunggu sebentar? Ibu mau telepon Tante Widi buat temani kalian, hmm?"]["Cepat ya, Bu. Humaira takut," kata gadis itu.]["Sayang
더 보기
Dipecat
Di sebuah rumah sakit dimana kedua bocah itu dirawat, Reza berjalan cepat menyusuri lorong untuk mencari keberadaan Humaira dan juga Farhan.Saat melihat Aziya sudah berada di tempat tersebut di salah satu lorong rumah sakit, pria itu berjalan cepat dan mengatur napasnya yang terengah-engah mendekati wanita itu.Lalu Reza melihat dimana Ia harus menghampiri Humaira dengan melirik sebentar ke arah Aziya. Pria itu mungkinkah merasa bersalah karena teledor kepada kedua anaknya? batin Aziya."Syukurlah kalian tak apa-apa. Bagaimana bisa bocah ini tidak mengerti cara mematikan kompor?" cicit nya menyalahkan Humaira. Gadis itu hanya bisa menunduk sedih, ia merasa ayahnya sedang menyudutkannya saat ini atas kejadian kebakaran yang menimpa mereka."Mas Reza, kamu bicara apa? Mana oleh-oleh buat Humaira dan Farhan? Apa begini caramu bergaul dengan anakmu sendiri? Ah, aku lupa kalau kamu memang anak yang salah asuhan dari kedua orang tua mu sehingga tidak peka terhadap perasaan seorang anak," o
더 보기
Rincian
Pagi hari itu Galih mendatangi ruangan Reza di lantai dua. Menurutnya, permainan ini semakin mengasyikkan saja. Terutama saat ia memindahkan Davina menggantikan posisi Aziya dahulu.' Bagaimana denganmu, Aziya.Aku berharap aroma penderitaan di matamu semakin indah,' batinnya.Sejak awal sejak Galih melihatnya ada di perusahaan miliknya, ia menjadi sangat bersemangat. Bagi Galih dan ia tidak perlu bersusah payah untuk mencari keberadaan wanita itu.Kali ini ia akan memastikan bahwa Davina berada di posisi yang seharusnya.Di sudut sana, Reza sedang bersiap untuk seorang pegawai baru yang dinyatakan lolos seleksi sebagai pengganti Aziya di bagian administrasi. Ia bersyukur Davina bisa diterima di perusahaan berada dalam satu divisi dengannya. Meskipun untuk saat ini ia hanya perlu merahasiakan hubungan mereka diantara teman sejawatnya. Akan tetapi setelah perceraian antara dirinya dengan Aziya selesai, maka ia akan secara terbuka mengakui hubun
더 보기
Konsekuensi.
Aziya dibuat melongo dengan catatan yang begitu banyak.Membayangkan bagaimana nanti ia akan dibuat sibuk dengan berbagai macam barang, tentu saja ia jadi pengen menggerutu."Ya Tuhan, ini ... kenapa seperti orang pindahan? Apa dia shopaholic?" desisnya saat melihat banyaknya perabot yang harus dibeli.Akan tetapi demi keamanan ia tidak harus protes dan mengkritik keinginan atasannya itu.Ia mulai menyalakan mesin dan melaju di jalanan padat pagi itu.Sebenarnya ia mulai sedikit pusing karena tadi belum sempat sarapan. Dalam hati ia berencana membeli roti di supermarket untuk sarapan. Beberapa kali matanya menangkap berbagai macam makanan yang dijual di pinggir jalan yang membuatnya menelan ludah."Berhenti!" tiba-tiba Galih memintanya berhenti di sebuah toko Roti dengan brand terkenal. Aziya segera berhenti dan melihat pria itu memang turun dan berjalan masuk toko roti tersebut."Huft, syukurlah...bos pengertian banget nih,
더 보기
Lelah
Meskipun sangat kesal dengan sikap Galih, toh Aziya menurut saja dan pasrah dengan pekerjaannya.Mereka tiba di perusahaan dan Aziya harus juga mengangkat barang sendirian melalui list khusus.Lagi-lagi ia tidak menyangka akan bertemu Reza di dekat lift sehingga pria itu malah mendekatinya."Aziya, aku tahu kamu mau melakukan apapun termasuk menjadi pesuruh atasanmu. Seharusnya kau tidak perlu bersusah payah seperti itu jika kamu menurut. Sekarang Davina akan bekerja bersamaku, maaf jika kamu sedikit terganggu."Aziya tak mau melihat keberadaan Reza, tapi lelaki itu selalu saja berbicara omong kosong. Mustahil untuk melupakan begitu saja hubungan mereka beberapa hitungan hari kemarin,.tapi mengapa Reza sungguh tidak perduli betapa sakit perasaannya?"Lalu, memangnya apa yang akan berubah? Apakah maksud dari permintaan maaf kamu? Bukankah meskipun kamu meminta maaf, kamu tidak akan berubah jadi manusia suci? Kalian tetaplah kotoran, dan itu tidak berubah!"Lift terbuka, dan Aziya meneru
더 보기
Memohon
Fahita merasakan Aziya pada titik terendah dalam hidupnya. Sahabatnya itu seakan merasa letih dan menyerah, akan tetapi ia yakin kalau Aziya tidak selemah itu."Kamu tidak selemah itu, Aziya. Kamu yang terbaik diantara kami, jadi cepatlah bangkit dari mimpimu. Semua akan berlalu, semua akan mudah pada akhirnya, ayo!" kata Fahita menyemangati Aziya.Pada saat itulah Galih melihat wanita itu berjalan menuju kantin dalam keadaan Fahita merangkul Aziya, membantunya berjalan karena lemah."Apa yang dia lakukan? Apa terjadi sesuatu dengannya?" lirih Galih, namun pria itu berlalu begitu saja untuk kembali ke kantornya.Sedangkan Aziya kemudian termenung karena tersentuh dengan ucapan Fahita.Benar, mereka adalah kedua anaknya, bocah yang tak mengerti masalah pelik kedua orang tuanya. Mereka tidak tau arti perselingkuhan ataupun pengkhianatan yang ia alami.Jiwa murni mereka pasti berharap selalu mendapatkan kasih sayang, mana mungkin Aziya sanggup men
더 보기
이전
123456
...
14
DMCA.com Protection Status