Pagi hari itu Galih mendatangi ruangan Reza di lantai dua. Menurutnya, permainan ini semakin mengasyikkan saja. Terutama saat ia memindahkan Davina menggantikan posisi Aziya dahulu.' Bagaimana denganmu, Aziya.Aku berharap aroma penderitaan di matamu semakin indah,' batinnya.Sejak awal sejak Galih melihatnya ada di perusahaan miliknya, ia menjadi sangat bersemangat. Bagi Galih dan ia tidak perlu bersusah payah untuk mencari keberadaan wanita itu.Kali ini ia akan memastikan bahwa Davina berada di posisi yang seharusnya.Di sudut sana, Reza sedang bersiap untuk seorang pegawai baru yang dinyatakan lolos seleksi sebagai pengganti Aziya di bagian administrasi. Ia bersyukur Davina bisa diterima di perusahaan berada dalam satu divisi dengannya. Meskipun untuk saat ini ia hanya perlu merahasiakan hubungan mereka diantara teman sejawatnya. Akan tetapi setelah perceraian antara dirinya dengan Aziya selesai, maka ia akan secara terbuka mengakui hubun
Aziya dibuat melongo dengan catatan yang begitu banyak.Membayangkan bagaimana nanti ia akan dibuat sibuk dengan berbagai macam barang, tentu saja ia jadi pengen menggerutu."Ya Tuhan, ini ... kenapa seperti orang pindahan? Apa dia shopaholic?" desisnya saat melihat banyaknya perabot yang harus dibeli.Akan tetapi demi keamanan ia tidak harus protes dan mengkritik keinginan atasannya itu.Ia mulai menyalakan mesin dan melaju di jalanan padat pagi itu.Sebenarnya ia mulai sedikit pusing karena tadi belum sempat sarapan. Dalam hati ia berencana membeli roti di supermarket untuk sarapan. Beberapa kali matanya menangkap berbagai macam makanan yang dijual di pinggir jalan yang membuatnya menelan ludah."Berhenti!" tiba-tiba Galih memintanya berhenti di sebuah toko Roti dengan brand terkenal. Aziya segera berhenti dan melihat pria itu memang turun dan berjalan masuk toko roti tersebut."Huft, syukurlah...bos pengertian banget nih,
Meskipun sangat kesal dengan sikap Galih, toh Aziya menurut saja dan pasrah dengan pekerjaannya.Mereka tiba di perusahaan dan Aziya harus juga mengangkat barang sendirian melalui list khusus.Lagi-lagi ia tidak menyangka akan bertemu Reza di dekat lift sehingga pria itu malah mendekatinya."Aziya, aku tahu kamu mau melakukan apapun termasuk menjadi pesuruh atasanmu. Seharusnya kau tidak perlu bersusah payah seperti itu jika kamu menurut. Sekarang Davina akan bekerja bersamaku, maaf jika kamu sedikit terganggu."Aziya tak mau melihat keberadaan Reza, tapi lelaki itu selalu saja berbicara omong kosong. Mustahil untuk melupakan begitu saja hubungan mereka beberapa hitungan hari kemarin,.tapi mengapa Reza sungguh tidak perduli betapa sakit perasaannya?"Lalu, memangnya apa yang akan berubah? Apakah maksud dari permintaan maaf kamu? Bukankah meskipun kamu meminta maaf, kamu tidak akan berubah jadi manusia suci? Kalian tetaplah kotoran, dan itu tidak berubah!"Lift terbuka, dan Aziya meneru
Fahita merasakan Aziya pada titik terendah dalam hidupnya. Sahabatnya itu seakan merasa letih dan menyerah, akan tetapi ia yakin kalau Aziya tidak selemah itu."Kamu tidak selemah itu, Aziya. Kamu yang terbaik diantara kami, jadi cepatlah bangkit dari mimpimu. Semua akan berlalu, semua akan mudah pada akhirnya, ayo!" kata Fahita menyemangati Aziya.Pada saat itulah Galih melihat wanita itu berjalan menuju kantin dalam keadaan Fahita merangkul Aziya, membantunya berjalan karena lemah."Apa yang dia lakukan? Apa terjadi sesuatu dengannya?" lirih Galih, namun pria itu berlalu begitu saja untuk kembali ke kantornya.Sedangkan Aziya kemudian termenung karena tersentuh dengan ucapan Fahita.Benar, mereka adalah kedua anaknya, bocah yang tak mengerti masalah pelik kedua orang tuanya. Mereka tidak tau arti perselingkuhan ataupun pengkhianatan yang ia alami.Jiwa murni mereka pasti berharap selalu mendapatkan kasih sayang, mana mungkin Aziya sanggup men
'Benar, itu terlalu singkat untuk membuat Aziya menderita. Seharusnya ia bisa berlama-lama membuat wanita ini dalam kesulitan. Dengan begitu ia merasa lebih puas lagi. Bagaimana bisa ia melepaskan mangsa yang telah lama ia incar? Ah, bodoh sekali kau Galih!' bisik Galih dalam hati. 'Kali ini seharusnya Aziya sudah terpuruk, dan ia akan membuat Aziya sedikit berharap lagi. Sungguh permainan yang mengasyikkan bukan?'"Uhmm, begini. Aku akan mengijinkan kamu untuk cuti hari ini saja. Akan tetapi aku tidak mau kamu banyak mengeluh lagi setelah hari ini."Aziya yang saat itu hampir mencapai pintu kembali mendekati Galih."Maksud Bapak?""Jaga Guntur dan Isabella sampai malam, maka aku akan memberikan kompensasi kepadamu."Memikirkan pekerjaan menjaga dua orang yang koma di sebuah apartemen besar, bagi Aziya bukanlah sesuatu yang ringan terlebih lagi jika harus menginap di sana.Aziya masih terdiam membeku sementara Galih menunggu
Aziya tidak tahu siapa yang dihubungi Galih. Iapun melanjutkan pekerjaannya tanpa perduli lagi dengan urusan Galih.Akan tetapi tentu saja Aziya bisa mendengar apa yang Galih katakan dengan sangat jelas.("Pergi ke lantai dua puluh, dan bawa laporan yang kamu kerjakan. Oh ya, ambil parfum yang baru aku pesan di ruang lobi, aku membutuhkannya sekarang juga.") kata Galih kemudian.("Baik, Pak.") jawab sebuah suara.Galih kembali ke meja kerjanya yang hampir selesai dirapikan Aziya. Pria itu duduk dengan aura dingin dan diam.Aziya mengambil sikap tak perduli juga, karena toh bukan urusannya untuk berbasa-basi dengan atasan.Tak lama kemudian seseorang masuk dengan penampilan menawan, berjalan menuju hadapan Galih dan sedikit melewatinya.Aziya sangat terkejut karena ternyata wanita itu adalah Davina sepupunya yang telah menyebabkan keretakan dalam rumah tangganya bahkan sekarang diambang perceraian.Sama terkejutnya dengan Davina yan
"Tapi Pak..." Aziya mau mengatakan bahwa biasanya ia harus menyiapkan pada jam begini, tapi tiba-tiba berubah?"Kau mau mengatur hidupku? Cobalah tahu diri sedikit saja. Kamu kan cuma pesuruhku, sebaiknya mengerjakan sesuatu sesuai yang kuperintahkan. Hmm?""Baik, Pak. Lalu... bagaimana dengan sereal yang saya buat ini, Pak?""Buang saja, buat yang baru."Aziya menelan ludah, bagaimana mungkin sereal yang baru dibuat harus dibuang? Andai saja perutnya tidak terasa penuh, ia akan menghabiskan makanan ini. "Pak...ini akan mubadzir," kata Aziya berusaha memberikan peringatan."Kalau aku mengatakan buang saja, ya buang saja! Buat apa mengaturku? Menjengkelkan!" Galih segera berdiri saking kesalnya karena Aziya berusaha melawan perintahnya.Akan tetapi seseorang tiba-tiba masuk menengahi mereka."Biar aku yang akan menghabiskan makanan itu, dan buat satu lagi untukmu, kau Aziya bukan?" kata seorang pria paruh baya y
Akan tetapi penolakan Aziya bukanlah sesuatu yang dikehendaki Gala Purnama. Pria itu mengkhawatirkan Aziya lebih dari segalanya. Untuk itu Pak Gala Purnama merencanakan perjodohan dengan putri tuan Feng tersebut menjadi lebih cepat dan mendesak Galih, supaya Galih bisa teralihkan dari dendamnya yang telah lama membara. Barangkali saja Galih menyukai gadis itu dan bersedia menikahinya, meskipun pak Gala sendiri tak yakin.Sementara itu dengan malas Galih menuju ruang tamu untuk menemui Celine Angela Feng, putri konglomerat yang konon memiliki paras sangat cantik dan memiliki kemiripan dengan Isabella.Galih sempat terpana dengan keberadaan Celine yang begitu mirip dengan Isabella di sudut ruangan. Gadis itu berdiri di samping rak buku sambil membaca. Mendengar langkah yang mendekat, Celine menoleh ke arah Galih dan tersenyum ramah."Maaf, aku menyentuh buku milikmu tanpa ijin.""Hmm, kau pasti bosan menunggu. Duduklah," ujar Galih mempersilahk