All Chapters of Dipinang Dosen Tampan: Chapter 11 - Chapter 20
123 Chapters
Dihina tidak Pantas jadi Istri Jonathan
Di malam yang dingin, dengan hujan deras mengguyur kota Bogor. Di dalam villa, dua insan yang tengah asyik memainkan statusnya sebagai pengantin baru. Peluh keringat membasahi tubuh keduanya. Sama-sama sudah polos, tidak ada satu helai benang pun menempel di tubuh keduanya. Jonathan kembali menggerayangi tubuh mungil istrinya itu. Di malam kedua, lebih nikmat daripada malam kemarin. ***Waktu sudah menunjuk angka delapan pagi. Mereka sudah berada di Jakarta satu jam setelah bercinta di malam itu. Kini, keduanya tengah sarapan yang dibuatkan oleh ART di rumahnya.“Laura?” panggilnya kemudian. “Heung?” Jonathan menghela napasnya dengan pelan. “Jangan ke kampus sendiri, ya. Sama aku, oke? Katanya udah mau go public. Berarti, ke kampus pun harus sama aku,” pinta Jonathan kepada istrinya itu. Laura menatap Jonathan kemudian menganggukkan kepalanya. “Baiklah. Nurut aja, maunya kayak gimana. Lagi pula, semua orang udah tahu kalau kamu udah nikah. Hanya belum tahu, istrinya yang mana. Te
Read more
Kuat-Kuatin aja Kuping Kamu
Lelaki itu membawa Laura masuk ke dalam ruangannya, meninggalkan semua orang yang masih menganga kala mendengar penuturan Jonathan, mengakui bahwa Laura adalah istrinya. “Minum dulu,” ucapnya sembari memberikan sebotol air mineral kepada Laura. Perempuan itu mengambilnya dan meminumnya. Matanya masih menatap lelaki itu yang tengah menatapnya. Ia kemudian menarik tangan perempuan itu. Ada sedikit luka baret di tangan perempuan itu. “Ckk!” Jonathan berdecak pelan. Ia kemudian mengambil P3K dan membersihkan luka di tangan perempuan itu. “Ssstth!” Laura meringis pelan. “Sakit, Jo,” lirihnya kemudian. Jonathan kemudian meniupnya. “Diapain aja, sama mereka? Kenapa berani banget dorong kamu sampai jatuh?” tanyanya lagi. Laura menggeleng. “Nggak tahu.” Jonathan menghela napas kasar. “Mau pulang? Izin lagi aja, nggak apa-apa. Nanti aku bilang.” Laura hanya menunduk kemudian sesenggukan dengan pelan. Air matanya sudah menetes karena sakit hati oleh hinaan yang dilontarkan kepadanya. J
Read more
Laura belum Yakin
Waktu sudah menunjuk angka tujuh malam. Setelah beberapa kali Jonathan membujuk Laura untuk makan, akhirnya luluh setelah mencium wangi bumbu masakan yang dibuatkan oleh Jonathan. “Mommy sama Papa udah di jalan. Jangan nangis lagi, yaa. Malu, sama status!” ucap Jonathan menasihati sang istri. “Iya, iyaa. Nggak usah tegasin juga, kalau aku udah nikah!” sengalnya kemudian. Jonathan hanya menghela napasnya kemudian geleng-geleng kepala. “Selain ganteng, kamu juga pintar masak. Aku nggak bisa masak, tapi kamu masih mencintai aku. Aku nggak bisa ngapa-ngapain, cengeng, manja. Tapi, kamu masih mencintai aku. Sebenarnya kamu ini siapa?” Laura bertanya karena penasaran. Betapa tidak, usia pernikahan mereka yang baru saja menginjak empat hari itu sudah banyak kejanggalan yang dirasakan oleh Laura. Jonathan memberikan bukti sendiri bahwa dirinya memang sangatlah mencintai Laura. Namun, hasil perjodohan tidak seperti yang dialami olehnya. Jarang sekali perempuan dimanja oleh lelaki yang bi
Read more
Boleh tidak?
“Kata Papi juga, apa. Jangan jadi dosen, Jonathan!” Setelah mendengar kabar dari besannya, Albert dan juga Tiara langsung pulang ke Indonesia dua hari setelah mendapat kabar Laura dirundung di kampus dan kini kedua orang tuanya tengah menghampiri Jonathan di rumahnya. Memarahi anaknya itu karena sudah mengambil keputusannya sendiri yang ingin menjadi dosen.“Berulang kali Papi katakan pada kamu, Jonathan. Bukan sekali dua kali. Kata Papi juga lebih baik jadi CEO di kantor yang sudah Papi sediakan untuk kamu. Kamu hampir mencelakai istri kamu sendiri, Jonathan!” Laura kemudian menghampiri kedua orang tua Jonathan. “Aku nggak apa-apa kok, Pi. Jangan marahi Jonathan lagi, yaa. Dia nggak salah apa-apa. Akunya aja yang cengeng emang. Sama mereka yang nggak terima kalau aku udah jadi istrinya Jonathan.” Laura tak ingin Albert terus menyalahkan Jonathan hanya karena sudah membuat Laura terluka walau hanya sedikit. “Tidak, Laura. Suami kamu yang sudah gegabah karena sudah membiarkan kamu
Read more
Sangat diinginkan
Senyum itu terlukis di bibir Jonathan kala mendengar pertanyaan Laura. Ia kemudian menarik tangan perempuan itu kemudian memiringkan kepalanya. Mencium bibir Laura dengan lembut sebagai jawaban atas pertanyaan yang ditanyakan oleh Laura. “Kamu bisa mencintaiku, aku akan memberimu cinta yang lebih dari ini. Kamu bisa mencintaiku saja sudah buat aku bahagia. Laura, jangan bertanya hal yang sudah pasti aku akan menjawabnya dengan mengangguk.” Jonathan berbicara tepat di depan wajah perempuan itu. Embusan napas yang dia keluarkan pun sangat terasa oleh perempuan itu. Mata itu saling menatap kemudian Jonathan kembali mencium bibir itu karena menurutnya ciumannya tadi kurang lama. “I love you,” bisik Jonathan seraya mengadukan keningnya dengan kening perempuan itu. Laura mengulas senyum dengan mata menatap Jonathan. Sungguh lembut tutur kata Jonathan hingga membuatnya nyaman berada di samping lelaki itu. “Dari awal kamu jadi suami aku, kamu selalu memperlihatkan segala kelembutan yang
Read more
Kamu nggak Percaya
Jonathan menatap Laura denga lekat. “Kamu.” Laura mengerutkan keningnya. “Aku? Aku kenapa? Ada apa denganku?” tanyanya ingin tahu. Jonathan menghela napasnya dengan pelan seraya menatap Laura dengan lekat. “Aku sering memperhatikan kamu sejak dulu.” Laura terdiam. Ia kemudian tertawa mendengarnya. Menepuk-nepuk paha lelaki itu seraya mentertawakan kejujuran suaminya itu. “Serius? Kamu ... merhatiin aku? Asli? Kamu, suka sama cewek tengil kayak aku? Jo! Sumpah aku nggak mau berhenti ketawa gimana ini.” Laura kembali tertawa  hingga membuat Jonathan menggaruk rambutnya. “Satu lagi, Lau. Virza bercinta sama perempuan itu karena dia lagi mabuk. Itu akal-akalan papa kamu supaya kamu berhenti mencintai Virza.” Seketika Laura berhenti tertawa kemudian menatap datar wajah Jonathan. “Asli?” tanyanya kemudian. Jonathan menganggukk
Read more
Jangan sok Jagoan!
Tok tok tok! “Masuk!” Jonathan kemudian masuk ke dalam ruang kerja Gerald di kampus untuk memberikan surat pengunduran diri sebagai dosen di sana. “Jadi, beneran mau resign?” tanya Gerald kemudian. Jonathan menganggukkan kepalanya. “Iya. Aku mau fokus kerja di perusahaan Papi saja. Sepertinya di sana jauh lebih aman ketimbang di sini.” Gerald terkekeh pelan. “Ya sudah. Nanti aku bantu untuk mengumpulkan semua dosen dan guru besar untuk memberi tahu kalau kamu mengundurkan diri. Kena marah siapa? Papa, atau papi kamu?” “Papi. Kalau Papa lebih ke Laura aja sih. Kamu tahu sendiri, Laura kayak gimana.” Gerald menganggukkan kepalanya. “Dia emang berisik, sok berani padahal penakut. Bikin repot orang aja emang itu anak satu. Maaf ya, udah bikin kamu jatuh cinta sama dia.” “No problem. Laura orangnya asyik, unik. Aku cinta dia
Read more
Berani Bersumpah
Kiara kemudian melepaskan tangannya dari rambut perempuan itu. “Kalau tahu elo ada di sini, udah gue bawa buktinya. Nanti aja deh, sekalian aja minggu depan. Biar buktinya makin banyak.” Kiara kemudian menerbitkan senyum menyeringai kepada Laura. Setelahnya, pergi begitu saja sembari mengenakan kacamata hitamnya lagi. “Ah, satu lagi. Bilang sama Jonathan, temui gue kalau rahasia yang dia sembunyikan nggak mau terbongkar dan tersebar ke mertua dan orang tuanya. See you!” Kiara melambaikan tangannya kemudian kembali melangkahkan kakinya. Laura menghela napasnya dengan pelan kemudian duduk dengan lemas di kursi panjang. Tapi, tidak dengan Misya. Dia menghampiri Salsabila yang terlihat senang melihat Laura lemah tak berdaya seperti itu. “Eh, Salsa. Elo kenal, sama si ulet bulu itu?” tanya Misya dengan nada kesalnya. “Enak aja lo, sebut dia ulet bulu. Tuh! Temen elo yang ulet bulu. Sampe segi
Read more
Pesan Masuk dari Kiara
Jonathan memijat keningnya kemudian menatap Laura yang tengah menatap kosong sembari mengunyah snack yang ada di dalam toples."Kamu ... nggak mau mandi dulu? Udah jam empat," kata Jonathan mencari cara supaya paket yang dikirim oleh Kiara, tidak diterima oleh Laura.Ia sebenarnya tidak tahu, apa yang dikirim oleh Kiara kepadanya. Hanya saja, Laura yang mudah emosi itu khawatir tidak percaya padanya bila sesuatu yang tidak bisa dimaafkan adalah paket yang dikirim oleh Kiara."Nanti aja, belum pengen. Aku mau tidur dulu deh. Jam enam nanti bangunin, yaa."Jonathan menghela napas lega mendengarnya. "Ya sudah kalau begitu. Aku ke depan dulu, yaa. Jam enam nanti aku bangunin."Laura mengangguk. Ia benar-benar tidak peduli atau bertanya kepada Jonathan, apa yang dibicarakan Kiara kepadanya. Ia hanya tahu, bila Jonathan akan menemui perempuan itu agar berhenti mengganggunya."Permisi, Pak. Ada paket untuk Non Laura." Security rumah tersebut member
Read more
Mantan Pacar Jonathan Hamil?
Jonathan menghapus pesan tersebut kemudian menyimpan ponselnya dengan kasar ke atas meja.“Kenapa, Jo?” tanya Laura kemudian.Jonathan menatap Laura dengan tatapan sayunya. “Aku bingung, Laura. Harus dimulai dari mana. Sementara aku tidak merasa kalau aku sudah menghancurkan Kiara.”Laura mengerutkan keningnya. “Tidur, dengan dia? Kamu ... udah tidur dengan dia?”Jonathan menggelengkan kepalanya. “Nggak, Laura. Kalau iya, aku udah jujur sama kamu.”“Terus ... kalau nggak merasa, kenapa harus takut? Aku nggak bakalan percaya juga, kalau emang nggak ada bukti. Kalaupun iya, bodo amat. Itu masa lalu kamu. Yang penting jangan diulangi lagi.”Jonathan menelan saliva dengan pelan. “Laura. Aku mohon sama kamu, beleive me. Jangan terkecoh oleh jebakan yang dilakukan Kiara.”“Kiara itu jahat. Dia pasti akan melakukan apa saja untuk mendapatkan apa yang dia mau. Dan d
Read more
PREV
123456
...
13
DMCA.com Protection Status