Hujan menggila di atas kepala mereka. Petir menyambar di kejauhan, menerangi wajah sosok yang baru saja keluar dari balik pepohonan.Clarissa menahan napas. Seluruh tubuhnya menegang. Wajah itu—tidak mungkin ia salah lihat. Sama. Setiap garisnya, setiap tatapan matanya, bahkan cara ia berdiri di bawah deras hujan, semuanya sama seperti Raihan.Ardan mundur setapak, tangannya meraih senter di pinggang. “Ini... gila,” bisiknya serak. “Kamu lihat juga, ‘kan?”Raihan berdiri terpaku. Nafasnya berat, nyaris terseret oleh suara hujan. Tatapannya tak lepas dari sosok di depan mereka.“Itu bukan aku,” katanya pelan, hampir tidak terdengar.Clarissa menggenggam lengannya, tapi ia bisa merasakan betapa keras otot Raihan menegang di bawah genggamannya.Sosok itu melangkah maju perlahan. Setiap langkah menimbulkan cipratan air yang terasa seperti dentuman di telinga mereka.Saat petir menyambar lagi, wajahnya terlihat jelas — mata tajam, rahang tegas, dan senyum samar yang membuat darah Clarissa
Last Updated : 2025-10-29 Read more