NAMA PEREMPUAN YANG KAU SEBUT DALAM DOA

NAMA PEREMPUAN YANG KAU SEBUT DALAM DOA

By:  Nisa Noor  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
2 ratings
42Chapters
12.5Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Tanpa sengaja Naura mendengar suaminya menyebut nama perempuan lain saat berdoa. Dari sanalah semua terungkap, Naura mulai curiga hingga akhirnya terbongkar semua kisah masa lalu sang suami. Naura kira nama perempuan itu adalah perempuan di masa lalunya ternyata nama itu adalah nama anak sang suami dari istri keduanya. Bagaimana kehidupan rumah tangga Naura? Apa yang dilakukannya?

View More
NAMA PEREMPUAN YANG KAU SEBUT DALAM DOA Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Yemima Zi Ez
tamat sudah ke ni atau belum
2023-08-29 14:41:43
0
user avatar
Ima Umayah
the best...
2023-08-06 23:32:14
0
42 Chapters
Chapter 1
"Jaga dia dimanapun berada Ya Allah, titip dan temani Zahra selalu."Antara sadar dan tidak aku terhenyak seketika mendengar doa yang dipanjatkan suamiku di atas sejadah, kulirik jam di atas nakas menunjukan pukul tiga dini hari. Hal yang biasa dilakukan suamiku yaitu shalat tengah malam. Tapi kali ini ada yang membuatku terkejut hingga mata ini mendadak awas. Khawatir salah mendengar, aku mencoba tetap tenang bersembunyi di balik selimut memastikan suamiku akan menyebut kembali nama perempuan lain, bukan namaku atau nama ibunya sekalipun. Zahra? Nama siapa yang disebutnya?Lama menunggu tapi Mas Raihan tak menyebut nama itu lagi. Kuhempas jauh pikiran negatif yang mendadak hadir, mungkin aku salah mendengar. Perlahan aku bangkit tentu saja membuat Mas Raihan menoleh. "Sudah bangun?" tanyanya dengan senyum yang selalu membuatku selalu jatuh cinta. "Sudah Mas, kenapa gak bangunkan aku. Kita bisa sholat sama-sama."Mas Raihan tersenyum, lalu bangkit dan berjalan menuju ke arahku. Ter
Read more
Chapter 2
"Mbak."Aku segera memasukan ponsel Hanifa saat dia datang dan memanggil namaku."Mbak abis ngapain, kenapa pegang ponselku sih."Hanifa terlihat sangat kesal, bahkan dia merebut dengan kasar tasnya hingga beberapa barang di dalam tas itu keluar. "Maaf dek, tadi ponselmu berdering terus. Mbak, khawatir itu panggilan penting.""Ya jangan gitu dong, Mbak. Tetep aja gak sopan."Aneh, sikapnya mendadak berbeda. Dia terlihat ketakutan saat melihatku memegang ponselnya. Tapi aku berusaha tetap tenang, wajah Hanifa masih ditekuk sambil membalas pesan-pesan yang masuk ke ponselnya, lalu tak lama dia pamit dan aku menyaksikan dia pergi hingga tak terlihat lagi. Menghela napas panjang lalu menghembuskannya, sejak pukul tiga dini hari tadi pikiranku dibuat heran dengan tingkah Mas Raihan yang menyebut nama perempuan yang tak ku kenal, lalu tiba-tiba Mas Raihan pamit berangkat sangat pagi keluar dari biasanya dan baru saja aku melihat Hanifa menerima telepon dari kontak yang namanya sama dengan
Read more
Chapter 3
"Belum tidur."Rasanya ingin menolak kecupan itu, tapi aku tak mau membuat Mas Raihan curiga. Aku harus bisa bersikap biasa saja. Melihatnya tadi berjalan dengan perempuan meski biasa saja tetap saja hatiku rasanya gusar. "Mas bersih-bersih dulu ya, kamu masak kan?"Aku hanya mengangguk, Mas Raihan mulai curiga dengan sikapku yang berbeda. Tapi dia adalah tipe lelaki yang mendiamkan aku sejenak lalu nanti dia akan berbicara setelah semua tenang. Selepas semua selesai, aku menemaninya makan malam. Masih beruntung aku berselera menyediakan makanan untuknya, andai aku ini tak ingat pesan ibu semarah apapun tetaplah layani suami dan itulah yang aku lakukan. "Kamu sudah makan?" tanya Mas Raihan. "Sudah," ucapku singkat. Mas Raihan terlihat menghela napas berat, lalu segera menyelesaikan makannya dan setelah itu menatapku dalam dan cukup lama. Aku yang mencoba menghindar dari tatapannya, rasanya tak kuat menatap dua bola mata yang dengan begitu hebat mampu menyembunyikan kebohongan beg
Read more
Chapter 4
"Zahra."Perempuan itu menghentikan langkahnya, aku yakin dia adalah perempuan yang sama dengan perempuan yang dulu sempat aku perjuangkan namun akhirnya pasrah pada takdir yang harus memisahkan kami. Tanpa sengaja aku melihatnya di resto ini, saat aku tengah menikmati makan siang bersama rekan bisnis. "Mas Raihan."Aku tersenyum bahagia, dia masih mengingat namaku meski puluhan purnama terlewati, meski luka yang aku torehkan untuknya. Aku beranikan diri melangkah mendekatinya, rasanya begitu rindu dan terharu bisa bertemu dengannya. Aku belum sempat meminta maaf padanya dulu. "Senang bisa bertemu lagi dengan kamu, setelah lima tahun tanpa kabar darimu. Apa kabar?" tanyaku mengulurkan tangan. Zahra menatap tanganku, lalu ia tersenyum dan menangkupkan kedua tangannya di depan dada. "Alhamdulillah, sayangnya aku tidak senang bertemu dengan Mas. Permisi.""Zahra, tunggu."Aku menahan kepergiannya, rasanya sayang terlewatkan begitu saja. Aku harus bisa menggunakan kesempatan ini deng
Read more
Chapter 5
"Aku mohon buka pintunya, kita bisa bicarakan baik-baik sayang. Semua tak seperti apa yang kamu pikirkan, buka sayang."Aku menutup telinga mendengar ucapan itu, tak ingin sama sekali mendengar lagi kalimat yang keluar dari mulut lelaki pembohong. Tak kusangka lelaki yang selama ini aku coba cintai sepenuh hati hingga akhirnya berhasil menempatkannya di tempat yang seharusnya justru berbohong bahkan diam-diam mengkhianati pernikahan ini. "Sayang, aku mohon. Jangan kamu libatkan emosi dalam hal ini, semua kita lewati dengan kepala dingin, aku mohon."Mas Raihan terus berkoar dari luar, aku kian rapat menutup telinga. Setiap ucapannya bak air garam yang membuat luka kian terasa perih. Sudah tak ada lagi air mata yang mengalir, sudah kuhabiskan tadi siang saat mengetahui semua kisah perjalanan perempuan itu. Menjadi orang yang tak pernah peduli akan berita-berita viral itu mungkin bagus tapi ternyata semua itu bisa jadi hal baik untuk kita, andai dulu aku tahu ada kisah seorang gadis y
Read more
Chapter 6
Mas Raihan terlihat sangat gelisah, aku yakin dia tengah menunggu kedatangan orang tua kita seperti yang tadi aku bilang, rasanya ingin tertawa melihat tingkahnya, berani berbohong, berani berdusta tapi tak berani bertanggungjawab. "Kamu gak ke kantor, Mas?" tanyaku. "Bukankah orang tua kita akan datang," ucapnya. "Ternyata kamu takut juga kan? Makanya jangan coba-coba bermain apa kalau kamu gak mau terbakar, Mas.""Sayang, aku tidak sedang bermain api. Aku hanya….""Sudah Mas, aku sudah bilang apapun yang keluar dari mulut kamu sudah tak bisa aku percaya. Pergilah, mereka tak jadi datang. Lagi pula aku masih bisa berpikir bijak, harusnya kamu yang datang meminta maaf pada orang tua kita telah berkhianat. Nanti siang aku izin keluar, untuk berkonsultasi soal masalah kita ini."Mas Raihan terlihat lebih terkejut dengan ucapanku ini, dia menghampiriku. "Sayang, aku rasa tak perlu seperti itu. Aku minta maaf dan kamu maafkan aku, maka semua selesai. Aku janji tak akan mendoakan dia l
Read more
Chapter 7
Mataku nanar menatap lelaki yang baru saja memanggilku, lelaki yang membuatku kuat melawan apapun yang terjadi dalam hidup ini, lelaki yang membuatku tak punya waktu untuk memikirkan kehidupan lain selain mimpi-mimpi indahku untuk menjadi seorang desainer profesional. Mas Raihan, kenapa Allah harus mempertemukan kami kembali? Aku kembali ke negeri ini karena merasa inilah rumahku, tempat aku harus memiliki manfaat setelah berjuang bertahun-tahun di luar negeri. Berusaha tetap bersikap tenang dan tegas menghadapi lelaki itu, hingga aku berhasil pergi menjauh darinya. Baru sebulan menginjakan kaki di sini sudah bertemu dengan dia lagi, mungkin memang seharusnya aku tak memilih kota ini untuk membangun bisnis ini tapi hanya disini tempat yang paling menantang untuk mengaplikasikan apa yang sudah aku dapatkan. Pertemuan singkat tapi mampu membangkitkan kembali ingatanku ke masa lalu yang begitu menguras emosi jiwa dan raga, peristiwa yang membuatku tak bisa melupakannya begitu saja. Ra
Read more
Chapter 8
"Halo, Mas.""Assalamualaikum, sayang.""Waalaikumsalam, Mas. Ada apa?" "Kamu dimana?" tanya Mas Raihan di ujung sana.Seketika aku baru sadar kalau aku belum memutuskan jadi pergi atau tidak."Aku di jalan, Mas. Kenapa?" tanyaku. "Aku sudah di rumah, mau aku jemput?" tanyanya. Aku terdiam, sebetulnya jarak ke rumah tinggal sebentar lagi ingin rasanya melihat mereka bertemu. Ya, melihat Mas Raihan dan Zahra bertemu, aku penasaran dengan reaksi mereka apalagi reaksi Mas Raihan. "Boleh, Mas. Aku nanti kirim lokasinya." Mas Raihan pun menutup panggilan setelah mengucapkan kalimat pamit ciri khasnya, bagaimana mungkin Mas Raihan masih bisa setenang itu setelah semalaman kita berdebar soal perempuan itu. Aku meminta supir taksi online itu kembali ke mall, mengatur sedemikian rupa rencana pertemuan mereka. Sepanjang jalan aku terbayang kembali obrolan aku dengan Zahra, di ruang kerjanya tadi. "Apakah anda masih bisa mencintai lelaki yang telah menancapkan luka hebat di hati anda?" ta
Read more
Chapter 9
"Hey, ada apa sih?"Sikutan Shofa membuatku terkejut dan segera mencoba menenangkan diri, sejak tadi pikiranku memang melayang entah kemana, rasanya begitu rumit tapi sebetulnya akan sangat gampang jika aku berani mengambil sikap. "Lagi ada masalah?" tanya lagi.Aku menunduk, enggan berbagi tapi aku perlu teman untuk bisa mendapat solusi dari masalah ini. Lima tahun berumah tangga, ini adalah masalah terberat dan penuh misteri untukku. Jika selama ini Shofa melihat rumah tanggaku baik-baik saja, mungkin sekarang saatnya dia tahu bahwa semua tak seperti yang dilihatnya selama ini. "Hey, ayolah. Kita sudah duduk di meja ini hampir satu jam bahkan aku sudah menghabiskan semua pesananku sedangkan kamu masih ngelamunin mie semangkok di depan kamu. Come on, ladies, talk about your problem to me."Aku tersenyum tipis, rasanya geli mendengar dia pakai bahasa asing yang katanya baru dia pelajari karena lagi dekat sama lelaki asal Brunei. Ah, dasar Shofa aneh. "Nah, udah mulai senyum kan? Ay
Read more
Chapter 10
"Maksud kamu apa ngajak mama kesana, hah?"Aku menanggapi santai kemarahan mama, semua kini sudah mulai terbuka. Allah seakan memudahkan langkahku untuk mencari tahu semua yang disembunyikan oleh Mas Raihan dan keluarganya. "Iya, mbak. Mbak tega banget melakukan ini, mbak sengaja ya mau bikin mama malu."Hanifa ikut-ikutan menyalahkan ku, bagaimana tidak hari ini Mama seakan menerima balasan atas apa yang dilakukannya beberapa tahun lalu pada perempuan itu. Entah kenapa kini aku berbalik simpati padanya saat dia dengan elegan membalas semua sikap Mama. Memang sejak dulu Mama Raihan itu terkenal dengan keangkuhan dan kesombongan padahal tanpa kedua orang tuaku mereka bukan siapa-siapa. Aku hanya terdiam, menikmati bayangan peristiwa tadi di dalam butik itu. Setelah sampai di mall siang itu dan bertemu mama juga Hanifa, kami berjalan menuju butik itu. "Mbak, kenapa harus ke butik ini?" tanya Hanifa dengan sikap yang membuatku bisa menebak dia salah tingkah. "Ini butik baru, Mama be
Read more
DMCA.com Protection Status