Sore itu, apartemen kecil di sudut kota terasa berbeda.Bukan karena wangi masakan yang memenuhi dapur, atau lilin aromaterapi yang Clarissa nyalakan di meja makan, tapi karena kehadiran seseorang yang sudah lama tak menjejakkan kaki di sana.Raihan.Ia berdiri di ambang pintu, tampak gugup. Sementara Clarissa sibuk menata piring dan sendok, pura-pura fokus padahal dari tadi jantungnya tak berhenti berdebar.Zahra berlari kecil dari kamar, rambutnya dikuncir dua, memakai gaun biru muda kesukaannya. “Papa!” serunya sambil memeluk kaki Raihan erat.Raihan langsung berjongkok, memeluk putrinya. “Hai, Sayang… aduh, udah makin besar aja.”Zahra tertawa kecil. “Papa nggak bohong, kan, kali ini bakal makan bareng Mama?”Pertanyaan polos itu menusuk lembut di dada Clarissa. Ia terhenti sejenak, sendok di tangannya bergetar halus. Tapi sebelum suasana berubah canggung, Raihan tersenyum, mengelus kepala pu
Last Updated : 2025-11-05 Read more