Lahat ng Kabanata ng Sepuluh Ribu dari Suami Pelitku: Kabanata 11 - Kabanata 20
120 Kabanata
Karena Aku?
"Bu, permisi? Saya mau bersih-bersih toilet dulu. Nanti kalau saya gak bersih-bersih, dimarahin lagi." Dih, aku memutar bola mata, langsung keluar dari bilik kamar mandi perempuan. Dia memang menyebalkan, bertambah menyebalkan lagi. "Nanti lagi ya. Nanti aku telepon lagi."Aku langsung mematikan telepon Nada, kemudian melangkah menuju ke tempat duduk Bang Fino tadi. "Lama banget. Nelepon atau ngapain?" tanya Bang Fino yang sudah gerah menungguku. "Ada Mas Guntur tadi. Yuk kita ke rumah sakit sebentar. Kayaknya Putra udah boleh pulang deh.""Serius?" Ya gak tau juga. Putra sudah merengek minta pulang tadi malam, tetapi aku mungkin akan membawa Putra pulang ke rumah Mama dan Papa dulu, nanti saja ke rumah Mas Guntur, lagi pula apdti suamiku masih mengira Putra dirawat di rumah sakit. Sebenarnya belum diperbolehkan pulang, tetapi kondisi Putra juga sudah baik, lagi pula ngapain lama-lama di rumah sakit. Nanti juga ada Mama dan Papa yang mengurus. Akhir-akhir ini juga pasti akan si
Magbasa pa
Foto dengan Wanita Lain
"Loh kok karena aku, Bang? Aku kan gak ada masalah apa pun sama Reyza. Kita juga udah jadi mantan, aku udah nikah.""Bukan soal itu aja, Din. Kamu perhatiin baik-baik, Reyza sampai saat ini faktornya apa lagi kalau belum menikah?"Ya, mana aku tau. Masa nanya sama aku sih? Kan aku juga tidak tau kenapa dengan Reyza. Ah, ini menyebalkan sekali, kenapa Bang Fino malah berasumsi begitu?"Nah, coba kamu pikirin lagi selama kamu di rumah sakit ini. Si Reyza selalu minta waktu kosong kamu buat dia ngobrol sesuatu, kan? Terus setiap kamu tanya kenapa dia belum menikah, dia jawab kamu bakalan tau sendiri, itu karena dia masih mengharapkan kamu, Din. Masa kamu gak sadar juga sih?" tanya Bang Fino kesal. Tunggu sebentar, memang benar sih kata Bang Fino. "Bahkan, dia langsung ngasih tau kamu ketika Mamanya minta kamu untuk datang. Meskipun ya harusnya dia memang memberitahu kamu, tetapi kalau dia tidak ada rasa lagi dan dia gak berharap lagi sama kamu, harusnya dia gak seantusias itu. Tandanya
Magbasa pa
Bab 13
"Ah, udah puas banget lihat suaminya Dina jalan sama wanita lain."Bang Fino enteng sekali mengatakannya. Haduh, ngapain bahas itu ketika ada Reyza di sini. Kan jadinya terbongkar semuanya, ini aib rumah tangga loh. "Maaf banget nih, aku gak papa di sini? Ini soal rumah tangganya Din—" "Gak papa, aman kok. Dina juga udah cerita soal dia kayak mana kan di keluarganya itu? Kamu mungkin bisa bantu untuk ngasih solusi juga."Reyza terdiam mendengar perkataan Nada, kemudian menganggukkan kepala. Sementara aku kesal sekali mendengarnya, hampir saja aku menimpuk Nada dengan sendalku sendiri, menyebalkan. "Gimana, Din?" tanya Reyza masih ingin mendengar aku sendiri yang mengizinkannya. Baiklah, kasihan juga dia, lagi pula memang benar kata Nada, aku sudah pernah bilang pada Reyza mengenai hal ini. Aku menganggukkan kepala. "Dengerin aja gak papa, Rey."Akhirnya pria itu bisa lebih tenang. Dia menganggukkan kepala, aku menghela napas pelan, kembali fokus melihat ke arah ponsel Nada yang m
Magbasa pa
Bab 14
"Wow?! Ini serius? Video ini viral?" "Iya. Video ini akhirnya viral, Mbak. Dishare ratusan ribu, di-like jutaan. Wow, kita bisa serbu suami Mbak itu."Aku menoleh ke Rumi yang tersenyum. Beberapa detik kemudian, aku mengernyitkan dahi, siapa yang memvideokannya? "Siapa yang videoin, Rum? Kok Mbak gak tau ada yang videoin?" tanyaku membuat Rumi tertawa pelan. "Salah satu dari ibu-ibu yang juga ada di warung itu, Mbak. Dia yang videoin, Mbak gak sadar juga kalau lagi divideoin."Ini wow sekali. Aku menelan ludah, memang ini benar videoku sedang marah-marah dan membongkar semuanya. Benar kata Rumi, video ini benar-benar sedang trending. Sungguh, aku tidak menyangka dengan semua ini. Padahal aku tidak pernah berharap untuk perkataanku kemarin, aku juga sebenarnya tidak menginginkan apa pun untuk perkataanku tidak sengaja kemarin, tetapi kalau sudah begini, ini malah kabar bagus sekali. Aku tersenyum senang. "Kita makin dekat sama tujuan akhir kita, Mbak. Gak perlu repot lagi. Aku jug
Magbasa pa
Bab 15
"Wah udah gila orang-orang ini.""Gak nyangka kenapa bisa berujung panjang kayak gini. Haduh." Bang Fino menggelengkan kepala melihat rekaman yang aku tunjukkan. Aku juga tidak paham kenapa malah jadi begini. Malah semuanya nyamperin ke rumah, bagaimana dengan rencana-rencana ku, jangan sampai malah gagal. "Jadi gimana?" tanya Rumi membuatku menggelengkan kepala, aku belum punya solusinya. "Jangan sampai malah tiba-tiba ada wartawan karena berita itu lagi viral banget dan jangan sampai malah masuk ke televisi."Wah, itu tambah bahaya sih. Apa lagi ada beberapa orang yang kenal aku dan itu tidak main-main pangkatnya. Aku mengurut kening, pusing sekali. "Abang bakalan hubungi orang suruhan Abang buat bantu kondusifin rumah kamu. Kamu juga langsung pulang untuk bantu tenangin, Din. Rumi juga ikut Mbak." Bang Fino mengarahkan kami. Aku langsung menganggukkan kepala mendengar perkataan Bang Fino. "Kita harus segera selesaiin masalah ini segera."Benar kata Bang Fino, jangan sampai ma
Magbasa pa
Bab 16
"Din. Bangun, Dina." "Dek?! Ayo bangun. Kamu kenapa?" Perlahan, mataku terbuka. Aku mengerjakan mata. Beberapa detik berusaha menyesuaikan cahaya, aku akhirnya bisa melihat jelas. Mama, Papa, Bang Fino, Rumi, dan Reyza menatapku cemas. Reyza duduk di sebelahku dengan minyak kayu putih. Pasti dia yang membantu agar aku cepat sadar. "Aku kenapa?" tanyaku pelan, tubuhku masih lemas sekali. "Kamu pingsan pas keluar dari mobil tadi. Kamu itu kecapekan, butuh istirahat banyak.""Huek!" Aku menutup mulutku, mual sekali rasanya. "Dek? Kamu gak papa?" Bang Fino memegang tanganku. Buru-buru aku turun dari atas kasur, tidak peduli lagi dengan rasa pusing, makanan sisa semalam semuanya rasanya keluar. Aku memegang tembok, tubuhku lemas sekali. "Udah belum, Din?" Reyza menggedor pintu kamar mandi. Setelah beberapa menit, aku akhirnya keluar dari kamar mandi, dibantu oleh Rumi dan Bang Fino, aku kembali tiduran di atas kasur. "Masuk angin kali ya?" tanyaku sambil menoleh ke Reyza yang kem
Magbasa pa
Bab 17
"Hah?! Hamil?" Mata Rumi langsung membulat. Aku menggelengkan kepala. Suara Rumi besar sekali. Awas saja kalau ada yang mendengarnya. Adikku itu tampak kaget sekali. "Mbak hamil?" tanyanya penasaran sekali. "Gak tau, Rum. Itu baru dugaan Mbak, perasaan Mbak aja atau apa lah. Mbak masih berharap ini cuma masuk angin biasa." Rumi menatapku, dia tampak panik sekali mendengarku mengatakan hal itu barusan. Ya, mau bagaimana lagi? Aku tidak bisa untuk diam saja, aku memang harus menyampaikan keresahan hatiku pada salah satu orang, aku rasa Rumi adalah orang yang paling tepat. "Jadinya gimana, Mbak? Mbak mau ngasih tau Bang Fino? Mama? Papa?" tanya Rumi membuatku lagi-lagi menggelengkan kepala. Itu semua ide buruk. "Mbak mau lihat perkembangannya besok, Rum. Kalau belum haid juga, terus masih mual juga, ada kemungkinan Mbak bakalan tes mbak hamil atau enggak. Buat kali ini, cuma kamu yang tau dan jangan sampai ada yang tau dulu, Rum."Meskipun besar, Rumi akhirnya menganggukkan kepala.
Magbasa pa
Bab 18
"Mbak mau beli testpack buat apa?" tanya Rumi penasaran. Untuk apa aku membeli testpack? Aduh, pertanyaan apa itu? Jelas untuk mengecek kehamilan, kenapa pakai bertanya begitu? Aneh sekali Rumi. "Enggak, Mbak yakin kalau Mbak sedang hamil?" tanya Rumi lagi, sepertinya dia tau apa yang aku pikirkan barusan. Aku langsung menggelengkan kepala mendengar perkataan adikku itu. "Mbak cuma mau ngecek doang. Semoga enggak, tapi Mbak masih penasaran dan Mbak gak berharap itu."Sungguh, aku tidak ingin kalau aku hamil, tetapi aku ingin membuktikan hal itu. Aku sedikit tidak tenang sekarang, karena hal ini. Selalu saja mengganggu pikiranku. "Yaudah deh, test nya kapan, Mbak? Aku juga penasaran sih." Rumi langsung nyengir ketika melihat aku yang memasang wajah kesal, tadi saja dia bilang begitu. "Nanti pas habis bangun tidur Mbak bakalan langsung cek. Semoga hasilnya negatif." Rumi menganggukkan kepala. Setelah percakapan itu, kami saling terdiam. Sesekali, aku menghela napas pelan, ini akan
Magbasa pa
Bab 19
"Say? Wanita ini siapa, Mas?" Mas Guntur tampak salah tingkah melihatku, dia menggaruk kepala, seperti sedang berusaha mencari alasan. Wanita yang berdiri di sebelah Mas Guntur juga langsung terdiam. Dia menoleh ke Mas Guntur, sepertinya dia sudah tau siapa aku. Aku juga tidak asing dengannya, bahkan aku tau sekali siapa wanita ini. Ya, wanita ini adalah Weni. Aku menganggukkan kepala, menunggu Mas Guntur untuk menjelaskan sesuatu mengenai wanita ini. "Dia itu sepupunya Guntur. Baru datang banget tadi pas kamu pulang. Maka nya, kamu itu jangan kadang pulang, kadang pergi. Aneh." Mama Mas Guntur tampak berkacak pinggang melihatku. "Oh, sepupunya. Kok aku gak tau, bukannya semua sepupu Mas Guntur sudah dikenalkan semua padaku? Lalu mengenai aku yang kadang pulang, kadang pergi, aku kan jagain Putra, anaknya Mas Guntur, cucu Mama. Bukannya cuma keluyuran gak jelas." Mereka langsung terdiam mendengar perkataanku barusan. Sepertinya sedang berpikir apa lagi alasan yang ingin mereka p
Magbasa pa
Bab 20
"Ssstt .... Kamu jangan bilang hamil disini, Sayang. Nanti kalau Dina dengar bagaimana?""Harus sesabar apa lagi aku, Mas?" Suara Weni terdengar frustasi sekali. "Ingat ya, aku memang sayang sama kamu, Wen. Tapi aku lebih sayang lagi sama Dina. Aku gak mau kehilangan Dina, apa lagi anak kami bakalan tinggal di asrama sekolahnya, aku bakalan bareng lagi sama Dina. Aku mau menikahi kamu karena terpaksa dan karena anak yang kamu kandung!"Aku sampai mundur satu langkah mendnegarnya. Aku menelan ludah, tega sekali Mas Guntur bilang begitu. Meskipun masih kaget dan terkejut mendengar fakta yang baru saja aku dengar, tetapi aku tidak menyangka kalau Mas Guntur akan bilang seperti itu. "Kalau kamu tidak hamil, kamu sama aja kayak wanita yang lain, hanya aku anggap sebagai simpanan. Maka nya, kamu harus ingat itu, jangan kebanyakan nuntut banyak hal ke aku."Sungguh, aku baru mendengar hal ini. Aku tidak menyangka Mas Guntur akan mengatakan hal itu. Awalnya aku kira, Mas Guntur sangat men
Magbasa pa
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status