Semua Bab Penyihir Terhebat di Dunia Lain: Bab 31 - Bab 40
76 Bab
Bab 31. Menanam Padi
Matahari bersinar terang, memberi rasa hangat kepada seluruh makhluk."Mulai hari ini, kita akan bercocok tanam di tanah ini." Kata Pangeran Elzier sambil menunjuk sebidang tanah yang kini ia injak."Bercocok tanam? Padi?" tanya Azura."Tentu saja. Tanahnya hanya segini, tidak mungkin juga kita tanami yang lain," jawab Pangeran Elzier."Yosh! Kalau begitu, mari kita kerja!" teriak Azura dengan penuh semangat."Kau bersemangat sekali." Gumam Pangeran Elzier sambil tersenyum tipis.Azura berjalan ke tengah bidang tanah itu."Tentu saja aku bersemangat, tanah ini akan menjadi milik kita," ujar Azura."Bukan milik kita, tetapi kita hanya mengolahnya," tandas Pangeran Elzier.Azura bertolak pinggang sambil menekuk wajahnya. "Bukankah itu sama saja? Setidaknya kita bisa seenaknya di sini.""Azura, kita mengolah ini bukan berarti seenaknya juga. Justru itu adalah sebuah tanggung jawab lain." Kata Pangeran Elzier sambil berjalan mendekati Azura."A-ah benar juga," gumam Azura."Ya sudah, ayok
Baca selengkapnya
Bab 32. Langit Jingga
“Hah, aku kira tidak akan selesai hari ini.” Kata Azura sambil meregangkan tubuhnya setelah seharian menanam padi.“Kau ini, jangan mudah pesimis!” sahut Pangeran Elzier.“He he he, maaf. Aku suka mengeluh ya?” tanya Azura dengan malu-malu.“Tidak juga,” jawab Pangeran Elzier.Azura terdiam, lalu ia memandang langit yang telah terbalut warna jingga.‘Langit yang berada di mana pun, pasti selalu ini,’ kata Azura di dalam hati.“Sebentar lagi malam tiba,” ucap Pangeran Elzier.“Benar…, apakah menurutmu akan ada kejadian seperti semalam?”“Kemungkinan besar iya.”“Apa langkah yang kau ambil?” Azura bertanya sambil menatap wajah Pangeran Elzier yang tersinarkan cahaya jingga.“Kita bicara di rumah saja.” Sahut Pangeran Elzier sambil beranjak berdiri.Azura hanya terdiam membisu.“Lebih baik, sekarang kita pulang dulu! Pakaian juga sudah kotor-kotor seperti ini,” sambung Pangeran Elzier.“Kau benar.” Tandas Azura sambil berusaha berdiri.“Mau saya bantu?” Tanya Pangeran Elzier sambil mengu
Baca selengkapnya
Bab 33. Persimpangan Jalan
“Hah, pegal sekali.” Kata Azura sambil meregangkan tangan dan lehernya.Udara malam menerpanya dengan dingin.“Kau diam saja? Apa ada hal yang kau pikiran? Atau ada kata-kata dari kakak pertamamu yang mengusik pikiranmu?” Tanya Azura sambil memandang Elenio yang tampak lesu dan tidak bergairah.“Iya…,” lirih Elenio.“Oh begitu, apa aku boleh tahu apa itu?” Azura kembali menanyakan hal yang mengusik Elenio.“Untuk kali ini, kau tidak perlu tahu. Rahasia! He he.” Jawab Elenio dengan senyum yang lebar.Azura pun lantas tersenyum tipis. “Ah baiklah, aku menghargai itu. Akan tetapi, jika kau perlu teman cerita, aku siap mendengarkanmu.”Elenio mengepalkan tangan, lalu mengulurkan tangannya kepada Azura. “Bukankah kita seorang pahlawan? Mana ada pahlawan yang lemah. Bukan begitu, Azura?”“Cih, kau ini. Aku tidak tahu apa wejangan yang telah diberikan oleh kakak pertamamu itu. Akan tetapi, kau terlihat sangat dewasa malam ini.” Ujar Azura sambil mengepalkan tangannya juga, lalu beradu kecil
Baca selengkapnya
Bab 34. Di Bawah Hujan
"Elen, apa kau masih kuat berjalan?" Tanya Azura sambil tertatih menopang Elenio."Akh, tubuhku sakit semua," jawab Elenio penuh keluh kesah."Yah aku tahu, tapi yang sekarang aku pertanyakan adalah…, apa kau masih kuat buat berjalan?""Kau ini, aku bilang tubuhku pada sakit, jadi macam mana aku bisa berjalan.""Ta-ta-tapi kau berat sekali.""Ayo Azura, kau pasti bisa," lirih Elenio."Cih, berat banget, Elen." Azura masih terus berusaha membawa tubuh Elenio untuk sampai ke rumah.Bruk!Elenio pun terjatuh."Azura mengapa kau melepasku?!" gerutu Elenio."Hah, kau berat sekali. Aku tidak kuat," ujar Azura."Kau ini, mengapa begitu sih denganku?""Bukan begitu, tapi memang kau berat!""Lalu, sekarang apa rencanamu? Apa kau tega membuatku ngesot untuk sampai ke rumah?"Azura terdiam dan berpikir.'Elenio tidak kuat berdiri, aku pun tidak kuat menopangnya terus-menerus, apakah aku biarkan saja dia ngesot? Ah tidak-tidak, aku tidak mungkin tega,' timbang Azura di dalam hati."Azura…, jadin
Baca selengkapnya
Bab 35. Perubahan Rencana
Azura terdiam sambil berselimut tebal menghangatkan diri. Rintik hujan masih terdengar jelas dari balik dinding batu bata.‘Semoga Elenio baik-baik saja,’ harap cemas Azura.Tidak lama, Momoe keluar dari dalam kamar bersama Pangeran Elzier.“Bagaimana keadaan Elenio?” Tanya Azura seraya mendekat kepada Momoe dan Pangeran Elzier.“Pangeran tidak apa-apa kok. Dia hanya butuh istirahat.” Jawab Momoe sambil tersenyum tipis.“Terima kasih ya Momoe,” ucap Pangeran Elzier.“Hm, sama-sama Pangeran. Senang dapat membantu,” sahut Momoe.“Apa kau mau langsung balik sekarang?” tanya Azura.“Iya, hari sudah semakin larut. Kalau aku lama-lama di sini, takutnya ada penduduk yang curiga dengan keberadaanku.”“Kalau begitu, mari saya antar!” tawar Pangeran Elzier.“Ah terima kasih banyak Pangeran.”“Hati-hati ya kalian,” lirih Azura.‘Syukurlah tidak terjadi hal yang lebih mengerikan dari ini,’ kata Azura di dalam hati.Jgeer!Tiba-tiba gelegar petir bersahutan di langit malam.“Ya ampun, apakah terja
Baca selengkapnya
Bab 36. Tantangan Camaro
Plak!“Akhhh.” Azura meringis kesakitan ketika tepukan kencang mendarat di bahu kanannya.“Kau kesal karena ikut pulang bersamaku?” Tanya Elenio sambil duduk di sebelah kanan Azura.“Kau ini! Bisa tidak datang baik-baik? Jangan pula menepuk pundakku seperti ini,” decak Azura.“Yah habisnya kau diam terus sejak kita sampai di sini.”“Aku sedang tidak ingin mengatakan apa pun,” gumam Azura.“Sudah aku duga, kau pasti kesal, kan? Ya sudah aku minta maaf karena selalu menyusahkanmu.”“Hah, tidak perlu meminta maaf. Aku tidak masalah juga.”“Ha ha kau tidak masalah, tetapi seperti menjauhiku.”“Kalau aku menjauhimu, aku tidak akan berkunjung ke istana untung menengok kondisimu.”“Oh ya? Kau mulai menyukaiku ya?” ledek Elenio.“Cih, mana ada! Bodoh!” Sahut Azura sambil memukul kepala Elenio.“Akh! Sakit! Kau mau membunuhku?!”“Mana ada sakit. Aku tidak kencang kok memukulmu. Justru kau yang tadi berniat membunuhku.”Syuu.Semilir angin berhembus sepoi-sepoi, menemani perbincangan Azura dan
Baca selengkapnya
Bab 37. Peri yang Cantik
“Iya seminggu!” sahut Camaro.“Ta-tapi bagaimana bisa?!” Azura membulatkan matanya penuh ketidakpercayaan.“Kau itu terlalu bersantai! Apa kau lupa? Kau dibawa kesini untuk menyerang para iblis, bukan mendekati para pangeran!”Azura seketika terdiam.‘Mendekati pangeran? Apa Camaro berpikir aku perempuan genit?’ tanya Azura di dalam hati.“Pokoknya aku tidak mau tahu, bagaimana pun dalam seminggu ini, kau harus lebih kuat! Jika tidak, maka kau tidak akan pernah bisa kembali ke dunia asalmu!”“Hah, ha ha ha. Aku memang tidak ingin kembali ke dunia asalku kok,” sahut Azura.“Heh? Kau bicara apa? Apa kau ingin terus-menerus di sini?” Camaro heran dengan respon Azura yang terkesan santai.“Dunia asalku jauh lebih buruk dari di sini, jadi untuk apa aku pulang?” Tanya balik Azura sambil tersenyum tipis.“Kau ini! Mengapa ada manusia sepertimu sih?! Apakah Dewa salah pilih orang? Aku tidak menyangka kau menjadi pahlawan pilihan Dewa. Pantas saja Ratu Phoenix malas denganmu!” gerutu Camaro.“
Baca selengkapnya
Bab 38. Rumah Ellie
Ellie tersenyum tipis sambil menganggukkan kepalanya."Wah aku tidak menyangka kalau kau kenal dengan kakek tua berkumis tipis itu ha ha." Ucap Azura sambil bergurau."Kau orang yang blak-blakan ya, Azura.""Heh? Ha ha, maaf aku kelepasan. Omong-omong, kau temannya Guru La Gramarye? Atau hanya sebatas kenal?" tanya Azura."Coba kau tebak, apa hubunganku dengan Gramarye?" tanya balik Ellie dengan nada centil."Hm…." Azura pun berpikir keras."Teman satu perguruan?" Azura memiringkan kepalanya sambil menatap Ellie."Ha ha ha, ternyata pikiranmu cukup logis ya," sahut Ellie."He he he." Azura hanya tertawa kecil seraya menggaruk rambut sebahunya."Hm, kalau aku mengatakan Gramarye adalah mantan pacarku, apakah kau percaya?" Tanya Ellie sambil menggoda Azura."Pa-pa-pacar?!" Azura membuka mulutnya lebar-lebar."Ha ha ha, ternyata sekaget itu kau," ujar Ellie.Azura pun lantas terdiam.'Hm, apa benar peri cantik ini menyukai kakek tua macam Gramarye?' tanya Azura di dalam hati."Apakah mal
Baca selengkapnya
Bab 39. Kebakaran
Kobaran api bersama kepulan asam hitam memenuhi seisi ruangan.“Uhuk uhuk.” Azura terbatuk sambil terus berusaha membuka matanya.Syuu!Tiba-tiba cahaya hijau kebiruan bersinar di antara kepulan asap.“Pasti itu sihir milik Ellie,” gumam Azura.“Hei kau! Bantu aku ambil air!” Seru Seam seraya berjalan dengan panik menuju Azura.“Heh?” Azura ternganga bingung.“Ayok! Mengapa kau diam saja!” bentak Seam.“Ta-tapi bukankah Ellie sedang memadamkan api itu?” tanya Azura.“Jika hanya sihir Ibuku saja, itu tidak cukup!”“A-a-aku bisa membantunya kok,” sahut Azura.“Kau meledekku?!” Seam seketika naik pitam.“A-aku tid-.”“Sudahlah aku saja sendiri!” Ujar Seam sambil berlari kencang.‘Hm…, apa yang harus aku lakukan?’ Tanya Azura di dalam hati sambil termenung.Byuur!Seam mengguyurkan satu ember besar ke area api.“Aku harus membantunya!” gumam Azura.Azura berlari keluar, lalu mencari sumber air di sekitar rumah.Prak! Prak!Seam berlari melewati Azura.“Seam tunggu!” Seru Azura sambil meng
Baca selengkapnya
Bab 40. Sebuah Permintaan
“Terima kasih atas makan malamnya.” Kata Azuura sambil tersenyum lebar menatap kedua bola mata biru Ellie.“Dengan senang hati. Terima kasih juga kau sudah mau makan malam di sini. Aku minta maaf soal insiden kebakaran tadi,” sahut Ellie.Azura menggelengkan kepalanya perlahan. “Kau tidak perlu meminta maaf.”Dengkuran kecil seketika menyela percakapan kedua perempuan itu.“Ish, dasar anak ini. Habis makan langsung tidur saja! Itu tidak baik, kan!” Decak Ellie seraya memelototi putranya yang tertidur pulas di kursi makan.“Mungkin dia lelah,” ujar Azura.Ellie pun menepuk pundak putranya itu agar ia segera bangun. Akan tetapi, Seam memang sudah tertidur pulas.“Ish! Anak ini!” gerutu Ellie.“Maaf, menurutku…, kau tidak perlu membangunkannya,” ucap Azura.Ellie menoleh ke arah Azura. “Tapi dia baru saja selesai makan.”“Tidak apa-apa, nanti juga dia bangun sendiri kok,” sahut Azura.“Baiklah kalau begitu. Aku akan mencuci piring saja dulu.” Kata Ellie sambil beranjak dari kursi makan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234568
DMCA.com Protection Status