All Chapters of Penyihir Terhebat di Dunia Lain: Chapter 51 - Chapter 60
76 Chapters
Bab 51. Bimbang
Di Kursi kecil sisi barat menara sihir, Azura termenung dan tenggelam dalam lamunannya.“Pada misi kali ini, saya memintamu untuk tidak membicarakannya kepada siapapun, termasuk Pangeran Elenio. Saya tau, kau dengannya begitu dekat. Akan tetapi, demi kelancaran misi, saya ingin hanya kau saja yang tahu.”Pikirannya memutar kembali kalimat yang telah dikatakan oleh La Gramarye.“Misi ya…,” lirih Azura.“Selamat siang, Nona Azura,” sapa Elizabeth yang seketika berada di depannya.“Siang, ada apa Elizabeth?” tanya Azura penuh keheranan.“Saya ke sini atas perintah Guru La Gramarye.”“Oh…. Ada apa?” tanya Azura kembali.“Guru berpesan bahwa kau harus segera bergegas ke Desa Hongsmede,” jawab Elizabeth.Azura menganggukkan kepalanya perlahan. “Baik, terima kasih sudah mengingatkanku.”Elizabeth pun tersenyum tipis seraya menundukkan kepalanya. “Jika kau butuh sesuatu bicarakan saja kepada saya.”“Iya Elizabeth, kau tidak perlu khawatir.”Elizabeth hanya menganggukkan kepalanya.“Yosh! Aku
Read more
Bab 52. Di Ujung Kematian
“Elemenzeus sun light run.” Ucap Azura di dalam hati sambil melesat jauh menadah bocah laki-laki yang terlempar. Wush! Srak! “Ah syukurlah, aku berhasil menyelamatkanmu,” ujar Azura. “Te-terima kasih, Kakak,” sahut bocah itu. “Dasar perempuan pengganggu!” Suara berat yang menyeramkan berteriak penuh emosi. Azura meletakkan bocah laki-laki itu ke tepi jalan. “Kau tunggulah di sini! Ah tidak, kalau bisa kau bersembunyi ya!” “Ta-tapi Kakak bagaimana?” tanya bocah laki-laki itu. Azura tersenyum tipis, lalu menjawab. “Tidak perlu khawatir, semua akan baik-baik saja.” Azura pun melangkahkan kakinya meninggalkan bocah itu. Akan tetapi, sang bocah malah menarik tangan Azura dengan gemetar. “Hah.” Azura menghela napasnya sejenak. ‘Aku harus cepat!’ kata Azura di dalam hati. Azura mengerutkan dahinya, lalu menatap iblis bertanduk itu dari jarak yang tidak terlalu jauh. “Hei, Dek. Lepas ya. Semua akan baik-baik saja. Tapi, jika kau ketakutan, kau bisa menutup matamu.” Jelas Azura semb
Read more
Bab 53. Sosok Penyelamat
“Sakit sekali….” Lirih Azura seraya membuka matanya dengan perlahan.Cahaya lampu kekuningan menyapanya untuk pertama kali.‘Ini di mana?’ Batin Azura bertanya-tanya saat ia menyadari bahwa tempatnya kini sangat asing.Prak. Prak.Langkah kaki terdengar dari kejauhan.“Itu bukan orang jahat, kan?” Pandangan Azura menatap pintu dengan tajam.Klerek.Pintu sederhana yang terbuat dari bambu itu pun terbuka.“Kau sudah sadar? Syukurlah.” Ungkapan bahagia terdengar indah dari pria berkaos oblong hitam.“Ka-kau..,” lirih Azura. Seketika hatinya terhempas dengan lega. Tempat yang ia singgahi sekarang adalah bilik yang terjamin keamanannya.Pria itu tersenyum lebar sambil berjalan mendekati Azura. “Kau tidak perlu memaksakan diri, istirahat saja dulu.”“Apa yang terjadi?” Azura tanpa basa-basi langsung menanyakan kronologi setelah ia pingsan.“Aku menemukanmu di perbatasan ibu kota. Jujur saja, aku tidak menyangka jika akan bertemu denganmu saat itu,” jawabnya.“Tapi Pangeran…, apa yang kau l
Read more
Bab 54. Sebuah Janji
“Hah.” Azura menghela napas panjang.“Oke, kondisimu sudah membaik,” sahut tabib perempuan itu.“Terima kasih telah memeriksaku,” kata Azura.Vanya sang tabib perempuan menggelengkan kepalanya dengan cepat. “Tidak perlu berterima kasih, sudah tugas saya untuk memantau kesembuhan, Nona.”Azura tersenyum tipis.“Ini ada ramuan herbal yang bisa menjaga imunitasmu.” Ujar Vanya sambil memberikan sebotol kecil kepada Azura.“Kau buat sendiri?” Tanya Azura sembari menerima botol itu.“Tentu saja. Apa kau pikir aku tidak cukup pandai untuk meracik obat-obatan?”“A-a-ah maafkan aku. Aku tidak bermaksud meragukanmu,” jawab Azura dengan canggung.‘Duh Azura, kau mengapa bodoh sekali sih,’ decak Azura di dalam hati.“Tidak apa-apa, aku tidak tersinggung kok. Yah, aku memang suka sekali berpenampilan apa adanya, makanya banyak orang yang memandangku sebelah mata.” Tutur Vanya sambil duduk di kursi kayu.“Mengapa kau tidak tersinggung?” tanya Azura.“Yah untuk apa tersinggung? Mereka hanya dapat me
Read more
Bab 55. Dua Kepribadian
“Apa kau sudah mau pergi?” Tanya Pangeran Elzenath sambil menghalang langkah Azura.“Iya,” jawab Azura dengan senyuman yang tenang.“Jujur saja, sebenarnya akua gak khawatir membiarkanmu berangkat sendiri,” ujar Pangeran Elzenath.“Hm, seperti Pangeran terlalu meremehkanku,” sahut Azura.“A-ah tentu saja tidak. Bukan itu maksudku.”“Hah.” Azura menghela napasnya sejenak. Lalu ia berjalan menghampiri Pangeran Elzenath.Puk! Puk!Tepukan hangat Azura layangkan ke pundak Pangeran Mahkota.“Kau tidak perlu khawatir Pangeran. Aku tidak selemah yang kau pikir!” tutur Azura.Pangeran Elzenath lantas tersenyum tipis. “Baiklah, tapi kau harus ingat dengan janji yang aku bicarakan kemarin.”“Hm, tentu saja. Aku bukan seorang pengkhianat.”“Ha ha ha, kau ini bisa saja menghibur seseorang.”Azura memasang jubah kepalanya, lalu ia menatap Pangeran Elzenath dengan tegas. “Aku izin pamit, Pangeran.”“Ya, berhati-hatilah di jalan!”Azura pun melangkahkan kakinya meninggalkan perkemahan Pangeran Elzen
Read more
Bab 56. Sekilas Hongsmede
"Nona, ah tunggu, tadi siapa namamu?" "Azura.""Ah itu! Iya ya, Azura. Apa makanan kesukaanmu?" Laurel terlihat sangat antusias berjalan bersama Azura."Makanan? Hm, tidak ada.""Hah? Apa?! Tidak ada?" Laurel membulatkan kedua bola matanya dengan sempurna seakan hendak keluar dari pelupuknya."Iya, tidak ada," sahut Azura."Baru kali ini aku bertemu dengan manusia yang tidak memiliki makanan kesukaan loh.""Oh ya? Segitu langkanya?""Iya! Kau sangat langka! Aku sudah sering bertemu dengan manusia bahkan selain manusia juga aku sering bertemu, lalu mereka semuanya memiliki makanan kesukaan. Yah meskipun semuanya beda-beda jenis makanannya sih," jelas Laurel."Begitukah?" heran Azura."Kalau boleh tahu, mengapa kau tidak memiliki makanan kesukaan?" "Karena bagiku semua makanan sama saja.""Oh ya? Tidak pernah kau berpikir seperti, 'Hm makanan ini sungguh enak, lidahku bagaikan meleleh penuh kenikmatan' begitu tidak pernah?" Laurel terus mengulik alasan Azura tidak memiliki makanan kes
Read more
Bab 57. Permintaan Aneh Azura
"Pilihlah satu atau dua senjata yang kau inginkan!" Seru Laurel saat ia dan Azura sampai di sebuah ruang persenjataan.'Hebat, apakah dia sendiri yang membuat ini?' tanya Azura di dalam hati."Pilih pilih dulu sajalah, sesuai tipe yang kau inginkan," ujar Laurel.Azura melihat-lihat beragam senjata yang terpampang di ruangan tersebut. "Laurel," panggil Azura."Ya siap," sahut Laurel."Apakah semua senjata ini kau yang buat sendiri?""Apa kau pikir orang yang lembut sepertiku mampu membuat senjata yang tajam itu?" tanya balik Laurel.Azura terdiam sejenak."Hm aku paham. Pasti bukan kau yang buat sendiri." Ucap Azura sambil menganggukkan kepalanya."Ha ha ha." Laurel tiba-tiba tertawa keras.Azura dengan penuh tanda tanya menatap Laurel dengan tajam. 'Apa maksudnya?'"Kau terkecoh dengan jawabanku ha ha ha.""Maksudmu?" Azura menaikkan kedua alisnya.Laurel berjalan mendekati Azura. "Nona, ada suatu hal yang perlu kau pelajari. Jangan lihat seseorang hanya dari luarnya saja."Azura se
Read more
Bab 58. Iblis yang Lapar
Azura termenung sambil bersila di bawah pohon rimbun."Hoam." Sesekali ia menguap dan hampir saja tertidur di rerumputan.'Melakukan apalagi ya? Aku jadi bingung sendiri,' kata Azura di dalam hati.Di saat Azura sedang bingung ingin melakukan kegiatan, tiba-tiba ia mengendus bau busuk yang terkadang merebak terbaw angin."Hum, uhuk. Bau apa ini?" tanya Azura kepada dirinya sendiri.Azura yang memang tidak memiliki agenda, berusaha mengendus aroma tak sedap itu beberapa kali, guna menemukan penyebabnya."Hum, hum. Ini bener bau, tapi dari mana?" Azura bertolak pinggang dan terus berpikir mengenai asal usul bau tak sedap itu.Syuu.Tiba-tiba angin berhembus lebih kencang dari sebelumnya. Aroma itu pun semakin tercium dan berhasil menusuk hidung mungil Azura."Uhuk, uhuk. Ini benar-benar bau!" "Haaaa! Haaa! Aku lapar!" Di tengah keluh kesah Azura yang merasakan bau menyengat, tiba-tiba datanglah seorang iblis dengan ekspresi yang menggebu-gebu."Lapar! Aku lapar!"Azura yang terkaget m
Read more
Bab 59. Hampir Ketahuan
Suasana hening memenuhi ruangan 2 x 3 meter persegi tersebut."Hah." Laurel menghela napasnya seraya menyeka cucuran keringat yang membasahi tubuhnya."Aku akan buatkan ramuan untukmu." Ucap Laurel yang beranjak berdiri menuju meja di sudut ruangan."Ka-kau sebe-narnya ahli pedang atau ah-li herba-l?" tanya Azura terbata-bata.Laurel tersenyum tipis. "Aku bisa menjadi apa saja, tergantung persepsimu."Azura terdiam sambil melirik Laurel dari kejauhan.'Orang itu di luar saja terlihat tidak serius dan meragukan. Tapi ternyata ia seorang yang jenius. Beberapa keahlian dapat dikuasainya. Pantas saja Guru La Gramarye menyuruhku untuk belajar dengannya.'"Nih, minumlah!" Seru Laurel sambil menyodorkan segelas ramuan kehijauan."Apa itu?" tanya Azura dengan ketus."Obat yang dapat mempercepat penyembuhan. Minumlah! Aku juga tidak menaruh racun kok ke sini," jawab Laurel.Azura terdiam dan menatap Laurel dengan tajam."Ha ha ha, apa aku kelihatan jahat? Jika aku jahat, aku tidak akan capek-c
Read more
Bab 60. Iblis yang Tidak Terdeteksi
Di Kejauhan, Azura melihat sekilatan cahaya berwarna-warni.“Cahaya apa itu?” gumam Azura.Semakin dilihat, cahaya itu semakin bersinar di antara langit malam.“Sudahlah, aku hampiri saja!” ucap Azura dengan penuh keyakinan.Melalui rasa keingintahuannya yang tinggi, Azura dengan percaya diri berjalan mendekati kilatan cahaya yang terus menerus memikatnya.“Satu! Dua! Ya, sedikit lagi!” Kata Laurel sambil menginstruksi salah satu laki-laki muda di depannya.‘Hebat sekali!’ Puji Azura di dalam hati sambil terus melotot ke arah Laurel dan laki-laki muda itu.Whoosh!Tiba-tiba sihir asing melesat dengan cepat ke arah Azura. Jika Azura tidak sempat mengelak, maka besar kemungkinan ia akan kembali terluka karena sihir salah sasaran tersebut.“Gila!” teriak Azura dengan mata yang terus membulat.“Azura! Kau tak apa-apa?” Tanya Laurela yang dengan panik langsung berjalan menghampiri Azura.Dengan ekspresi yang masih tercengang, Azura enggan menjawab pertanyaan Laurel.‘Jika aku kena si
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status