Semua Bab Suami Lupa Diri: Bab 31 - Bab 40
86 Bab
Masih Misteri
Bab 31Pov Nadhifa."Assalamualaikum," salamku. Namun, tak ada jawaban dari Mama. Segera saja kubuka pintu depan dengan kunci cadangan yang selalu kubawa ke mana pun. Aku masuk ke dalam rumah, adzan Maghrib baru saja selesai berkumandang. Mungkin Mama sedang shalat. Aku menuju kamarku, mandi dan menunaikan kewajiban shalat Maghrib.Setelah itu, barulah aku keluar kamar dan mendapati mertuaku tengah menyiapkan makan malam. Hanya untuk kami berdua, karena Alea dan Axel menginap di rumah Om Faisal. Mereka memang sering di ajak menginap di sana. "Kamu sudah pulang rupanya, kok Mama gak dengar ya?" "Mungkin Mama sedang salat tadi," jawabku."Oh iya jadi Mama gak dengar kamu masuk." "Aku lapar, Ma," ujarku lalu duduk di kursi makan. "Kebetulan ini sudah selesai mama hidang, kita makan sekarang kalau begitu," kata Mama mertuaku lalu mbweikan sepiring nasi kepadaku. Kami pun makan malam berdua, Mama menceritakan apa yang dikerjakan oleh Irene sepanjang hari. Aku mendengarkan mertuaku
Baca selengkapnya
Geng Arisan Datang
Bab 32Pov Mama Fatan. Pagi hari di kediaman Dhifa. Dhifa baru saja berangkat ke kantornya. Aku menunggu kedatangan Irene dengan gemas. Ingin aku bejek-bejek aja rasanya wajah sok cantiknya itu."Assalamualaikum Ma," salamnya."Waalaikumsalam, masuk!" perintahku. Dia masuk dan langsung mengerjakan pekerjaan rumah. Aku naik kelantai dua dan berdiri di tempat yang tak terlihat dari bawah. Aku mengawasi Irene, aku tak mau kecolongan seperti kemarin. Untung saja Dhifa gak marah. Ah Dhifa memang terlalu baik, bukannya melapor ke polisi dia malah memilih mengikhlaskan barang yang sudah diambil oleh Irene kemarin. Kadang aku kasihan sama Dhifa, dia terlalu baik pada orang. Tapi mungkin itu juga yang membuat rejeki seperti tak putus menghampirinya.Perusahaannya maju pesat dan usaha salonnya juga maju dan ramai.Sudah dua jam aku sembunyi di atas. Irene sudah selesai mencuci, menyapu dan mengepel kayaknya. Sekarang dia masuk ke dapur dan mulai mencuci piring. Tapi ngapain dia membuka l
Baca selengkapnya
Irene Yang Malang
Bab 33Ke-empat temanku memperhatikan pakaian yang dikenakan oleh Irene. Celana ketat warna merah dengan kaos ketat juga berwarna sama. "Ini gak salah Jeng, siapa dia? Pembantu baru ya. Bi Ijah mana?" tanya Bu Pipit. Dia memang pernah kemari dan sudah mengenal Bi Ijah pembantu Dhifa yang lama. "Maaf Ibu-ibu saya bukan pembantu, perkenalkan saya Irene menantunya Mama," sahut Irene dengan percaya diri.Habis kamu Ren, mereka ini kan termasuk diantara wanita anti pelakor."Menantu, bukannya menantunya Jeng itu si Dhifa kan ya?" tanya Bu Pipit lagi."Tidak lagi sekarang aku---""Mending kamu masuk Ren!" potongku sebelum dia banyak bicara lagi."Kenapa Ma, kan memang benar aku menantu Mama. Aku istrinya Mas Fatan!" sahutnya ketus.Hah serah lo deh Ren, wajah Bu Pipit dan yang lainnya sudah berubah."Oh jadi kamu istrinya Fatan yang baru. Bangga benar kamu mengenalkan diri. Gak malu kamu ya?" bentak Bu Pipit."Malu kenapa?" tanya Irene masih mengeyel."Kamu itu pelakor, perebut laki ora
Baca selengkapnya
Sakit Perut
Bab 34Pov Irene.Untung saja aku cepat mendapatkan ojek, perutku sudah mules tidak karuan rasanya. "Pak, bisa lebih cepat lagi, gak. Perut aku sakit sekali ini!" seruku kesal kepada tukang ojek yang aku tumpangi. "Ini juga sudah ngebut, Mbak. Oh iya, ngomong-ngomong itu bibir ke apa sampai bengkak gitu, mbak. Apa Mbak habis ....""Habis apa, jangan aneh-aneh pikiran kamu, ya. Ini habis kena cabai rawit. Makanya perut aku mulas!" ucapku kesal karena sudah tahu apa maksud dari pertanyaan tukang ojek walau dia ragu untuk melanjutkan. "Oh, begitu. Kok bisa, Mbak?" tanyanya lagi. Huh, usil amat sih tukang ojek ini. "Udah, deh, Pak! Mending diam, deh!" sentakku marah. Akhirnya tukang ojek itu pun diam. Sampai kami tiba di depan rumahku. Langsung kubayar ongkosnya kemudian berlari masuk ke dalam sebelum ada yang melihat keadaanku. Brakkk! Aku membuka pintu rumahku dengan kasar lalu aku berlari ke dapur. Kuambil air minum lalu kuteguk sebanyak-banyaknya.Tapi rasa pedas dan panas di
Baca selengkapnya
Bertemu Lagi
Bab 35Pov Nadhifa."Bu, sudah waktunya makan siang." "Hmm, iya Wit. Sebentar lagi selesai," sahutku."Kalau begitu saya duluan ya Bu!" "Oke!" sahutku tanpa menoleh. Mataku masih fokus menatap layar laptopku. Laporan keuangan dari daerah baru masuk tadi pagi. Dan aku tak mau menunggu lama langsung memeriksa laporan itu sampai selesai.Ahhh, akhirnya selesai juga. Aku meregangkan pinggang dan otot tanganku yang sedikit pegal.Aku mengecek keadaan rumah melalui ponselku. Aku tak mau kejadian kemarin terulang lagi. Kok sepi, kemana si Irene?Aku menghubungi nomor mertuaku."Assalamualaikum Ma, Irene gak masuk ya?" "Waalaikumsalam Fa, tadi pagi dia sudah datang. Tapi sekarang sudah Mama suruh pulang, dia habis dikerjai sama teman arisan Mama.""Dikerjai gimana Ma?" Aku terbelalak tak percaya mendengar cerita mertuaku. Ya ampun Irene, malang benar nasibmu. Harusnya kau bisa menjaga sikap dan bicaramu. "Kok Mama gak menolong dia, kasihan kan dia Ma!" "Gak papa Fa, biar dia tahu diri.
Baca selengkapnya
Mangsa Baru
Bab 36Kami terdiam dengan pikiran masing-masing. Tak lama pesananku datang, dan seperti janjiku tadi Mas Riko ikut makan lagi denganku. Perut karet juga kamu Mas. Masa baru selesai makan bisa makan lagi."Aku rakus ya Fa?" tanyanya mengagetkanku."Gak kok Mas, makanannya enak sih. Wajar kalau Mas makannya banyak."Tiba-tiba ponselnya berdering, Mas Riko hanya melirik ponselnya."Kok gak diangkat Mas? Siapa tahu penting!" "Gak penting kok Fa. Oh iya habis ini kamu mau kemana?" "Ke kantor lagi lah Mas, kenapa Mas?" "Ehm kalau kamu gak sibuk, Mas mau minta tolong temani Mas cari kado." "Kado, untuk siapa?" "Untuk adikku, dia baru lahiran. Mas bingung mau kasih apa," ucapnya bingung.Temani gak ya? Aneh juga sih, kenapa dia gak mengajak istrinya? "Boleh deh Mas, nanti aku temani," janjiku.🔥🔥🔥🔥🔥"Assalamualaikum," salamku."Waalaikumsalam, kok cepat pulang hari ini Fa?" tanya mertuaku."Iya Ma, hari ini pekerjaan sedikit. Jadi bisa cepat pulang.""Alea sama Axel kapan pulangn
Baca selengkapnya
Pulang
Bab 37Pov Fatan.Akhirnya aku pulang ke rumah juga, syukurlah luka yang kuderita hanya luka luar saja. Irene membantuku berbaring di tempat tidur. Sebenarnya aku merasa sedikit aneh melihat Irene. Kemarin dia tak menemaniku di rumah sakit. Alasannya sakit perut, dan sejak dia datang tadi pagi sampai pulang sore ini dia lebih banyak diam. Aku mengamati wajah Irene yang sedang menyelimutiku. Wajahnya mendung, tak ada senyum di bibirnya.Bibirnya, hey kenapa dengan bibirnya? Sedikit bengkak dan kemerahan. "Bibirmu kenapa Ren?" Irene yang akan bergerak keluar kamar menghentikan langkahnya. "Gak papa Mas, alergi makanan mungkin," jawabnya malas."Memangnya kamu makan apa kemarin. Sini duduk, biar Mas lihat!" Irene pun duduk di sebelahku, aku bisa melihat dari dekat bibirnya. "Yakin karena alergi?" "Iya Mas, sudah ah gak usah dibahas. Aku masakin sup mau?" "Mas kok jadi pengen soto ya Ren, beli aja di perempatan sana!" "Ya sudah, tunggu sebentar!" Irene keluar kamar, sambil men
Baca selengkapnya
Dijebak
Bab 38"Ma-maaf Mas!" "Maaf-maaf enak aja kau!" "Mas Diki, lepaskan gak. Apa-apaan sih?" teriak Irene marah.Rupanya dia terbangun karena teriakan Mas Diki tadi.Mas Diki menoleh, lalu melepaskanku sambil mendorong tubuhku. Aku terhuyung dan terjerembab ke belakang. Untung mendaratnya di sofa, coba kalau di lantai. Irene mendekatiku dengan wajah khawatir. "Kamu gak papa kan Mas?" Aku menggeleng pelan, Irene mendekati Mas Diki dengan wajah marah."Ada apa sih Mas, kenapa kamu marah-marah?" tanya Irene heran."Orang ini sudah menipu kita Ren, ngakunya orang kaya taunya kere. Huh!" "Mas Diki, Mas Fatan gak seperti itu. Istrinya aja yang licik, semua harta dikuasainya sendiri."Wah hebat istriku, pandai dia menenangkan Mas Diki."Jadi, sebenarnya gimana?" "Jadi mantan istrinya Mas Fatan itu gak mau kalau hartanya jatuh ke tangan orang lain. Jadi semua harta dibuatnya atas nama dia sendiri."Wihh, keren kamu Ren, Mas salut. Mas Diki terdiam, matanya fokus menonton sinetron di telev
Baca selengkapnya
Ulah Diki
Bab 39Pov Nadhifa.Pria tadi semakin mendekat dengan seringai jeleknya. Aku sudah pasrah, kututup mataku dengan kedua telapak tanganku.Bugh ... Bugh ... Bugh ...."Ampun, tolong!" Aku membuka mataku, pria tadi sudah terkapar. Demikian juga dengan kedua temannya. Seorang pria telah menolongku, dia memegang tongkat besi yang dicampakkan pria yang hendak memperkosaku tadi.Aku mencoba bangkit, tanganku berdarah karena terkena duri tajam.Pria tadi mendekat sambil tersenyum."Kamu gak apa-apa Mbak?" tanyanya sopan."Alhamdulillah, aku gak apa. Hanya luka gores kena duri aja. Terimakasih ya Mas---""Diki, panggil saja aku Diki!" jawabnya masih tersenyum."Iya, terima kasih Mas Diki," ulangku."Oh iya Mas Diki tinggal di mana? Untung ada Mas Diki. Kalau tidak, ah saya gak tahu apa yang akan terjadi," ucapku tulus."Kebetulan saja Mbak Dhifa, saya kebetulan saja lewat di sini." "Maaf sepertinya saya belum menyebut nama, kok Mas Diki bisa menyebut nama saya dengan tepat?" tanyaku curiga.
Baca selengkapnya
Menguping
Bab 40"Sudah larut malam, kamu pulang sama Om ya. Biar mobil kamu dibawa sama supir Om!""Iya Om, terima kasih." Om Faisal mengantarkanku ke rumah. "Besok kamu ke kantor polisi untuk membuat laporan. Om jemput jam 8 pagi ya!" "Iya Om, terima kasih. Dhifa masuk dulu, Om hati-hati di jalan!" pesanku.Aku membuka pintu depan dengan kunci yang biasa kubawa. Aku gak mau mengganggu istirahat Mertua dan anak-anakku.Setelah membersihkan tubuh aku membaringkan tubuhku di ranjang. Tiba-tiba ponselku berdering, dari Mas Riko.Jawab gak ya? Aku masih malu dengan kelakuanku kemarin. Aku takut nanti istrinya semakin marah padanya.Tapi penasaran juga, ngapain dia menghubungiku terus."Assalamualaikum," jawabku akhirnya. "Waalaikumsalam, akhirnya kamu mau menjawab Fa. Kamu gak apa-apa kan Fa? Ada yang terluka, maaf ya Mas baru aja dengar beritanya!" Aku tersenyum mendengar suara girang Mas Riko. Sesenang itu kah dia, hanya karena aku mau menerima panggilannya."Alhamdulillah Mas, aku baik-bai
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234569
DMCA.com Protection Status