All Chapters of Suami Lupa Diri: Chapter 21 - Chapter 30
86 Chapters
Halu terus
Bab 21Pov Nadhifa.Aku tersenyum geli membayangkan wajah bingung Mas Fatan saat tahu mobil dan rumahnya sudah dijual. Enak saja dia mau menuntut harta gono gini. Kerja saja gak becus, kalau tidak dibantu staf-staf khusus yang aku tugaskan mengawasi dan menjalankan Perusahaan mungkin perusahaan itu sudah bangkrut sekarang.Ah, bodoh sekali aku dulu. Mudah luluh dan termakan rayuan manis Mas Fatan. Kamu memang playboy cap Musang Mas. Aku cinta mati dan menutup mata dan telinga dari nasehat teman-temanku. Padahal mereka telah mengingatkan aku kalau Mas Fatan itu suka melirik cewek lain saat bersamaku.Cinta memang telah membutakan mata dan hatiku. Kukira setelah menikah Mas Fatan akan merubah sifatnya. Aku sudah berusaha semaksimal mungkin melayaninya di rumah. Tapi ternyata dia masih merasa kurang. Batas kesabaran ini telah habis, oke Mas kita lihat sampai mana kamu bisa bertahan hidup dalam keterbatasan finansial."Apa kamu sudah siap, Fa?" tanya Mas Riko. Mas Riko menjadi Pengaca
Read more
Pelakor di-bully
Bab 22"Selamat siang Bu," sapa para karyawanku saat aku masuk. "Siang, kalian sudah makan semua?" tanyaku. Karena kulihat pelanggan lumayan ramai hari ini. Aku khawatir karyawanku asyik bekerja jadi lupa makan."Sudah Bu, tadi bergantian." jawab mereka."Bagus, saya pengen perawatan rambut hari ini!" "Baik Bu," ucap Nia. Aku memilih posisi di sudut agar tak mengganggu pelanggan yang lain.Rambutku mulai disiram dan diberi shampo ketika ada pelanggan baru masuk.Dia masuk dengan langkah dan gayanya yang angkuh. Aku hanya melirik sekilas. Dia terus berjalan dan memilih tempat duduk di sampingku. Aku kaget melihat wajahnya. Irene, mengapa dari sekian banyak salon yang ada di kota ini dia memilih salonku.Dia tak kalah terkejut melihatku. Lalu seringai kesombongan muncul di bibirnya."Wah gak nyangka bisa ketemu istri tua disini. Nyalon juga Mbak, dandan buat siapa?" ejeknya.Nia yang sedang mengeringkan rambutku hendak menjawab. Aku memberi kode dengan gelengan. Nia mengangguk men
Read more
Trauma
Bab 23Pov Irene."Huh selamat," gumamku pelan.Aku heran dengan Ibu-ibu sekarang. Doyan banget main keroyokan nge-bully aku. Aku kan gak salah. Aku bukan pelakor, aku kan sudah menikah dengan Mas Fatan. Sedangkan pelakor itu hanya pacaran aja sama laki orang. Dasar Ibu-ibu rese, gagal deh niatku buat perawatan. Itu juga para lelaki di teras dan parkiran salon, kenapa mereka tertawa melihatku. Untung aku cepat menyetop angkot ini tadi.Eh ini kenapa para penumpang juga pada senyum-senyum melihatku. Pak supir juga berulang kali menoleh ke belakang melihatku. Pada kenapa sih?"Eh kamu ngapain senyum-senyum terus melihatku. Naksir ya melihat kecantikanku?" semprotku pada pemuda yang duduk didepanku."Naksir? Buahahaha!" tawanya malah meledak seketika.Yang lain juga kompak tertawa terbahak-bahak. "Mbak mau ngelenong dimana?" tanya seorang Bapak berkopiah."Ngelenong?" tanyaku tak mengerti."Mbak punya ponsel gak, coba deh dilihat wajahnya. Hahaha!" saran pemuda di depanku masih tert
Read more
Terlambat
Bab 24Pov Fatan."Ratna anaknya Rogaye, ya ampun gak nyangka ya. Cantik-cantik doyannya sama laki orang. Mau jadi pelakor dia!" sambung Bu Tika kesal."Jaman sekarang gak usah heran Bu, kita harus hati-hati sama pelakor. Awas aja kalau ketahuan ada pelakor di komplek kita. Tak kasih bubuk cabe itu rawa-rawanya!" sambar Bu Mila di sampingku.Hah pelakor, bubuk cabe? Aku bergidik mendengarnya. "Bang maaf ya, belanjanya gak jadi." Aku bergegas kembali ke rumah. Keringat dingin mengucur di tubuhku. Entah kenapa sekarang kalau ada sekumpulan Ibu-ibu dan mereka mengucapkan kata pelakor aku ketakutan setengah mati.Aku meneguk segelas air mencoba menenangkan hatiku. Mas Fatan baru keluar dari kamar mandi. "Mana belanjaanmu Ren?" tanyanya."Gak jadi Mas, sayurannya gak ada yang bagus," jawabku berbohong."Masakkan Mas mi instan, Mas mau ke kantor!" "Mas yakin gak pergi ke Pengadilan. Kalau Mas gak pergi hari ini, gugatan si Dhifa dikabulkan Pengadilan lho?" tanyaku.Mas Fatan yang sedan
Read more
Status Baru
Bab 25Pov Nadhifa."Alhamdulillah," ucapku saat Hakim mengetuk palu.Putus sudah hubungan pernikahanku dengan Mas Fatan. Aku tak menyesali jalan hidupku seperti ini.Aku harus menata hidupku kedepan agar lebih baik. "Mari kita pulang Fa!" ajak Mas Riko.Kami melangkah keluar gedung Pengadilan saat aku melihat Mas Fatan datang dengan tergopoh-gopoh."Kamu telat Mas, sidang sudah selesai. Dan kita bukan suami istri lagi!" ucapku memberitahunya. Aku tahu maksud dia kemari, mungkin dia baru sadar kalau ketidak hadirannya membuat sidang cepat selesai.Dia kelihatan sangat marah dan ingin menamparku. Mas Riko menangkap tangannya membuatnya semakin marah."Siapa kamu, lepaskan aku! Biarkan kuhajar wanita licik ini!" teriak Mas Fatan.Ya ampun Mas, masih saja kamu gak merasa bersalah ya."Bapak bisa kena tuntut kalau menyakiti Mbak Dhifa. Saya pengacaranya!" ancam Mas Riko. Mas Fatan mundur dan melangkah keluar gedung dengan wajah marah."Kamu gak papa kan Fa, bisa pulang sendiri?" tanya
Read more
Menemui Mantan Madu
Bab 26Pov Irene."Ayo Bu cepat dikit jalannya!" "Sabar napa Ren, nafas Ibu udah mau habis nih!" protes ibuku.Aku berjalan semakin cepat, aku khawatir dengan keadaan Mas Fatan. Tadi aku sempat gak percaya waktu Dhifa menelponku.Huh, aku yakin kalau preman-preman itu suruhannya Dhifa. Dia belum puas melihat kami menderita.Awas aja kau Dhifa, kalau sampai Mas Fatan kenapa-kenapa.Akhirnya aku tiba di ruang IGD, sudah ada mamanya Mas Fatan disana. Aku celingukan mencari si Dhifa. Pasti dia sudah kabur, ternyata dia takut juga padaku. Hahaha Irene mau dilawan. "Ma!" sapaku takut."Hmm, sudah datang kamu Ren?" tanya mertuaku."Iya Ma, apa Mas Fatan sudah bisa dijenguk Ma?" "Belum, lukanya masih diobati," jawab mertuaku dingin."Siapa yang berani mengeroyok Fatan sih Jeng? Pasti itu suruhannya si Dhifa!" celetuk ibuku. Eh kok Ibu sepikiran denganku. "Bu, jangan ngomong seperti itu!" ingatku pada ibuku."Justru Dhifa yang menolong Fatan. Gak tau kenapa anak ini sekarang selalu sial.
Read more
Tawaran Dhifa
Bab 27Ya sudah la ya, aku pasrah menunggu Dhifa keluar kantor. Aku menunggu agak jauh dari pos Satpam. Satu jam, dua jam aku sudah menunggu. Perutku lapar, aku belum sempat makan siang tadi. Jam berapa sih dia keluarnya, apa dia gak makan siang. Atau dia sudah pesan makanan online. Soalnya tadi ada beberapa ojol mengantar makanan kedalam. Oh malangnya nasibku, kenapa wanita baik dan cantik sepertiku mengalami cobaan seperti ini.Sudah lebih dari tiga jam aku menunggu. Dan aku terlonjak kaget saat melihat Dhifa keluar dengan beberapa pria disampingnya.Aku bergegas masuk ingin menemuinya. Tapi Satpam tadi menghalangiku. Aku berteriak memanggil Dhifa, dan usahaku tak sia-sia. Dia menoleh melihat kearahku.Dhifa menemuiku di pos satpam. Teman-temannya juga mengikuti dia."Ada apa Ren, Mas Fatan sudah sadar?" tanya Dhifa dengan datar.Aku hendak menjawab, tetapi pria disamping Dhifa lebih dulu bicara."Fatan kenapa Fa?" tanya pria itu. Lumayan ganteng sih, tapi masih lebih ganteng sua
Read more
Aku Ada di Surga
Bab 28Pov Fatan.Perlahan aku membuka mataku, ruangan serba putih di sekelilingku. Di mana aku, apa aku sudah berada di surga?Ya, aku pasti sudah meninggal. Dan sekarang aku berada di surga. Aku memejamkan mataku kembali, ingin menikmati aroma surga. Tapi, kok bau obat-obatan ya aroma yang tercium? pikirku heran. "Mas, kamu sudah sadar?" Terdengar sebuah suara menyapaku. Hey suara itu, aku seperti mengenalnya. Itu suara Bidadariku, Irene. Kenapa dia juga bisa berada di surga. Apa dia menyusulku? "Mas, buka matamu. Aku tau kamu sudah sadar!" Itu suara Irena, bidadariku. Kok Bidadariku marah sih, aku membuka mataku. Benar kan, Irene menyusulku ke surga. Oh, aku sangat tersanjung sekali melihat kesetiaan Irena. Sampai aku meninggal dan pergi ke surga, dia juga mwnyusulku. "Ren, kamu menyusul Mas ya?" tanyaku penasaran. "Iya Mas, aku datang setelah Dhifa memberitahuku," jawabnya sedih."Dhifa, apa dia ada di sini juga. Kok bisa dia masuk surga juga. Dia kan istri durhaka karena me
Read more
Pembantu di Rumah Mantan
Bab 29Pov Irene.Huh, aku menarik nafas kesal. Sebenarnya aku tak ikhlas menerima syarat yang diajukan Dhifa kemarin. Tapi mau bagaimana lagi, aku gak punya pilihan lain.Aku mendekati pintu gerbang rumah Dhifa. Seorang satpam melihatku, dia mendekatiku yang masih berdiri di depan gerbang."Maaf Mbak, mau cari siapa?" tanyanya menyelidikiku. Dipindainya tubuhku dari atas ke bawah dengan tatapan tajam. "Sa-saya Irene, saya---" "Oh Mbak Irene, pembantu baru Bu Dhifa. Silahkan masuk!" Satpam itu memotong ucapanku lalu mengajakku untuk masuk ke dalam rumah Dhifa. Aku mengikuti satpam ke dalam rumah Dhifa yang sangat mewah dan indah. Ah, andai saja Mas Fatan pintar, pasti aku juga akan tinggal di rumah mewah seperti milik Dhifa ini. Sayangnya, otak Mas Fatan itu sangat bodoh. Tapi, entah kenapa aku sangat mencintainya. "Sudah datang kamu Ren?" Ternyata Mama Mas Fatan yang menyambutku. Aku celingukan mencari keberadaan Dhifa. "Dhifa sudah berangkat kerja, dia sudah mewakilkan padaku
Read more
Nenek Lampir
Bab 30"Bentaran doang Ma, lagian kerjaanku sudah beres kok," sahutku."Beres apanya, itu lihat lantai masih kotor. Kamu bisa kerja gak sih?" Lantainya masih kotor, perasaan tadi sudah kubersihkan deh. "Kok bisa kotor lagi, tadi kan sudah aku bersihkan Ma?" Aku mengajukan protes kepada mertuaku. "Mana saya tahu, saya keluar kamar sudah jorok begitu! Bersihkan!" seru mama mertua sambil melotot. "Dasar nenek lampir!" rutukku, tentu saja di selama hati. Mana berani aku bersuara, bisa-bisa mama mertuaku itu keluar tanduknya. Aku mengambil sapu dan alat pel kembali. Sementara mertuaku ke dapur untuk memasak. Aku membersihkan lantai yang masih jorok, aneh padahal jelas-jelas tadi sudah aku bersihkan lho. Apa ini kerjaan hantu ya?Hiiii aku bergidik ngeri, ternyata rumah Dhifa ini seram. Banyak hantunya."Sudah selesai!" Aaaaaaa! Aku berteriak kaget. "Mama jangan suka begitu dong, kalau aku kaget terus jantungku copot gimana?" "Ganti aja pakai jantung pisang," jawab mertuaku enteng.
Read more
PREV
123456
...
9
DMCA.com Protection Status