Semua Bab Menjadi Pelayan di Pernikahan Kedua Suamiku: Bab 21 - Bab 30
71 Bab
Bab 20. Kabar Penculikan
Aku terbangun di sebuah kamar bercat putih yang mendominasi. Kulihat sekeliling Ibu sudah tertidur di sofa, sedang Mas Dirga ada di kursi pinggir ranjang yang kutiduri. Dengan menyilangkan tangan di dada. Dia tidur dalam posisi duduk. Aku yang merasa haus serta tenggorokan kering bangun dan berusaha mengambil gelas yang terisi air putih. Di saat itu pula Mas Dirga sadar dari tidurnya “Sa, kamu sudah siuman?” tanya Mas Dirga, aku menoleh mendengar ucapannya. “Ya,” jawabku datar.“Biar, Mas yang ambil.” Dia berdiri dan membawa air minum di gelas untukku. Setelah itu kuterima dan mengucapkan terima kasih masih dengan nada datar.“Mas minta maaf, Sa. Gara-gara Anita kamu sampai begini.” Sorot matanya menampilkan penuh penyesalan.“Apa benar Mas sudah berpisah dengannya?” tanyaku penasaran masih tak percaya mereka bisa berpisah, apalagi Anita bisa berselingkuh. Yang kuingat mereka begitu saling mencintai.“Benar kata Anita, Mas sudah menceraikannya. Dia tak ada hubungannya lagi dengan Ma
Baca selengkapnya
Bab 21. Talak
Aku bangun lalu pergi ke kamar mandi untuk mengganti bajuku dengan gamis yang berserakan di lantai. Merasa jijik dengan penampilanku seperti tadi bahkan tak sengaja sudah dilihat Mas Abi. Setelah itu menghampiri mereka. Aku sungguh tak tega melihat Mas Abi sampai dipukuli, meski masih tak mengerti apa yang sebenarnya telah terjadi barusan.“Mas, jangan begini. Kenapa Mas Dirga memukuli Mas Abi?” tanyaku pada suamiku. Aku menoleh kepada Mas Abi, “ Sebenarnya apa yang sudah terjadi, Mas?” tanyaku kembali. Mas Abi menggeleng.“Aku juga enggak tahu, Sa. Tiba-tiba saja aku sudah terbangun denganmu di ranjang yang sama. Itu pun sebab suamimu yang menyeret dan memukulku,” ucap Mas Abi sambil meringis menahan nyeri di ujung bibirnya yang berdarah karena ulah suamiku.“Jangan pura-pura kalian. Sudah jelas kulihat dengan kepalaku sendiri kau dan dia tidur dalam satu ranjang bersama. Apalagi dengan penampilanmu yang seperti tadi. Kukira kau memang berubah menjadi wanita yang makin baik. Ternyata
Baca selengkapnya
Bab 22. Kesempatan
“Sa, aku hanya ingin mengungkapkan perasaan yang selama ini dipendam. Aku sungguh mencintaimu. Maukah kamu menikah denganku?”Mataku membulat tak menyangka dengan pernyataan Mas Abi barusan. Apa yang harus kukatakan? Haruskah aku menerimanya?**“Ma-maaf, Mas. Untuk saat ini aku belum kepikiran memiliki suami kembali. Yang aku lakukan sekarang hanya ingin fokus menata hati dan mengurus anak-anak,” jawabku. Mas Abi tersenyum serta mengangguk.“Aku mengerti, Sa. Tapi, bisakah kamu memberiku kesempatan untuk mengambil hatimu? Membuktikan cinta ini yang besar dan tulus. Jujur, Sa. Baru pertama kalinya aku memiliki perasaan pada seorang wanita. Saat awal bertemu denganmu beberapa tahun silam. Bayanganmu selalu berputar di benakku. Akan tetapi aku sadar kalau statusmu masih bersuami. Makanya setelah perpisahanmu ini, maukah memberiku satu kali saja kesempatan?” Ada harapan besar yang kulihat di manik mata Mas Abi. Aku bimbang antara mengabulkannya atau tidak. Namun, melihat kebaikannya sel
Baca selengkapnya
Bab 23. Lamaran
Sejak kejadian di pantai sore itu. Aku selalu merasa gugup dan malu di depan Mas Abi. Namun, seminggu tak bertemu dengannya, selama Mas Abi di Jakarta membuatku merasakan kehilangan. Serasa ada sesuatu yang hampa ketika tak berjumpa dengan dia. Mungkinkah aku sudah terjerat dengan pesonanya? Apakah aku sudah mulai menerima kehadiran Mas Abi?Aku tak tahu apakah ini baik atau tidak karena baru beberapa bulan saja perpisahanku dengan Mas Dirga, perasaanku ini mulai tumbuh nama Mas Abi di dalamnya. Aku tak menyangka, secepat ini kah dia telah menghapus cintaku untuk Mas Dirga? Malam Minggu ini Mas Abi datang kembali. Kami bertemu di Rumah Makan seperti biasa. Dia membawakan berbagai macam oleh-oleh untuk kami. Terutama aku dan anak-anak.“Mas, kenapa banyak sekali yang dibawa? Sebaiknya Mas Abi jangan seperti ini. Aku enggak enak selalu membuat Mas Abi repot.”“Tidak, Sa. Aku enggak ada sedikitpun merasa direpotkan. Bahkan aku senang bisa membawakan sesuatu untuk semuanya. Kebetulan mem
Baca selengkapnya
Bab 24. Penyesalan
POV Dirga.Perceraianku dengan Alisa tujuh bulan yang lalu benar-benar membuatku terpuruk. Bodoh! Aku memang bodoh telah mengikuti amarah waktu itu. Andaikan saat itu mendengar segala penjelasannya mungkin kali ini dia masih menjadi istriku. Kami masih bisa berkumpul bersama. Meski kutahu Alisa memang menginginkan perpisahan sebelumnya. Akan tetapi tuduhanku terhadapnya membuat dia pasti sangat membenciku sekarang ini.Bagaimana kalau aku datang di hadapannya? Apakah dia akan bersedia kembali lagi padaku dan hidup bersama kembali? Sudikah dia untuk memaafkan segala kesalahanku dahulu?Sekarang aku tahu, Alisa tak bersalah sedikit pun. Bahkan dia dijebak dan difitnah. Anita lah yang merencanakan semuanya. Dia ingin membuatku membenci wanita yang kucintai serta menceraikannya, dan itu berhasil. Kemarin malam, saat aku baru pulang dari kantor tengah malam. Aku ldikejutkan dengan kehadiran Anita di dalam kamar. Bagaimana mungkin dia bisa masuk ke rumah ini? Sedangkan wanita itu tak memil
Baca selengkapnya
Bab 25.
Aku tak menyangka Mas Dirga datang menemuiku ke Aceh. Sebenarnya dalam benak ini terus bertanya-tanya, mau apa dia datang kemari?Apa maksudnya meminta maaf padaku? Bukankah selama ini Mas Dirga berpikir aku sudah mengkhianatinya? Lalu ... kenapa dia datang kembali dan memohon maaf?Saat Mas Dirga memeluk tadi, jujur ... aku sudah tak merasakan lagi apa pun kepadanya. Mungkinkah Mas Abi sudah berhasil menghapus nama mantan suamiku itu di hati ini? Secepat inikah?Setelah membuat teh hangat untuk Mas Abi, tak sengaja kudengar percakapan antara dua orang pria di ruang tamu itu. Kudengar Mas Abi mengatakan bahwa aku ini calon istrinya. Seulas senyum terbit di bibirku ketika mendengarnya. Sebegitu cinta kah dia sehingga takut sekali kehilanganku?Ada rasa menggelitik di dalam hati ketika tak sengaja mendengarnya. Kulihat ketegangan antara kedua pria itu semakin terasa. Aku tak ingin sampai mereka bertengkar di sini.Aku cepat-cepat masuk ke ruang tamu serta menyuguhkan minuman ini untuk M
Baca selengkapnya
Bab 26. Kiriman Misterius
Sejak tadi siang aku terus saja memikirkan siapa sebenarnya orang yang sudah mengirimkan kotak itu? Saat kutanyakan pada Mas Abi, dia tak tahu menahu. Bahkan malah bertanya kembali.Yang paling membuatku merasa aneh itu kata-kata di dalamnya. Siapa sesungguhnya orang yang memberikan surat pernyataan cintanya? Apakah ada pria lain yang diam-diam menyimpan rasa padaku?Ah, memikirkannya membuatku pusing sekali. Kupikir mungkin itu hanya orang iseng. Aku yang sedang melamun di sudut kamar dekat jendela dikejutkan dengan rangkulan anak-anak. Mereka mendekapku sambil berceloteh riang.“Ma, besok Papa mau ke sini lagi. Kita mau diajak jalan-jalan. Mama mau ikut enggak?” tanya Azzura.“Hemh ...? Mama enggak bisa, Sayang. Besok Mama mau kerja. Kalian ingat bapak-bapak yang tadi siang ke Rumah Makan?” Anak-anak mengangguk dengan ekspresi lucu.“Bapak tadi pesan makanan banyak banget buat acara ulang tahun anaknya besok. Mereka kan lagi liburan di pantai,” jelasku mencoba membuat mereka mengerti
Baca selengkapnya
Bab 27. Bertemu Orang Tua Abi
Kucoba menormalkan detak jantungku yang sedang tak berirama. Sejak turun dari mobil tadi Ami selalu menyemangatiku sambil mengaitkan tangan kami sama lain. Memberikan kekuatan agar aku lebih tenang.“Percaya deh mereka pasti setuju,” bisik Ami untuk ke sekian kalinya. Sedangkan Mas Abi berjalan di depanku menuntun kami sambil menunjukkan arah meja tempat orang tuanya berada.Kulihat dia tersenyum ke arah mereka. Sepasang orang tua yang sedang menikmati teh di tangannya masing-masing.Saat kami sudah sampai. Mas Abi dan orang tuanya saling berpelukan satu sama lain. Aku dan Ami mengucapkan salam dan mencium tangan mama Mas Abi, sedangkan untuk papanya kami menangkupkan tangan di dada.“Kenalkan Ma, Pa, ini Alisa wanita yang sudah Abi ceritakan. Sedangkan ini temannya, Ami. Sengaja kami mengajaknya sebab enggak mungkin semobil berdua saja.”Aku dan Ami tersenyum sambil mengangguk sopan. Selanjutnya kami sama-sama duduk setelah dipersilahkan. Mas Abi memanggil pelayan, memesan makanan u
Baca selengkapnya
Bab 28. Pemilik Kotak Misterius Itu Ternyata ....
“Bu ... bu-kannya anda sepupu Mas Dirga? Mau apa anda ke sini? Kenapa mengikutiku? Dengar, ya! Aku dan Mas Dirga sudah tak memiliki hubungan apa pun. Jadi, kalau mau membalaskan dendam jangan kepadaku,” ucapku dengan nada bergetar.Aku mundur beberapa langkah dari pria di hadapanku. Mendengar ucapan yang terlontar barusan serta reaksiku yang ketakutan, dia terlihat terkejut.“Itukah yang kamu pikirkan padaku, Sa? Ah ... ya, pasti Dirga lah yang sudah mengatakan hal aneh padamu tentangku!” sangkalnya dengan suara yang hampir meninggi.“Maaf itu ....” Aku sama terkejutnya dengan dia. Bahkan kakiku gemetar merasa takut terhadap laki-laki yang ada di hadapanku ini. Aku mundur beberapa langkah ke belakang untuk menghindar.“Sebegitu takutnya kah kamu padaku, Sa. Padahal selama ini aku selalu mengagumimu dari sejak lama.”Mataku terbelalak mendengar perkataannya. Sebenarnya mau apa pria ini? Apa maksudnya mengatakan hal barusan?“Ma-maksud anda apa?” Kupandang wajahnya dengan mata menyipit.
Baca selengkapnya
Bab 29. Hari Bahagia
Gedung bercat putih dengan dekorasi nuansa biru langit ini menjadi saksi Mas Abi telah mengucapkan akad nikah untukku. Janji suci mengarungi bahtera rumah tangga yang bahagia telah priaku ikrarkan di hadapan semua tamu yang hadir.Aku menoleh pada pemilik hati ini, senyumnya yang manis membuatku candu. Pria paling gigih dan paling baik yang pernah kukenal kini telah menjadi suamiku. Ada sesuatu yang hangat, menjalari hati ketika untuk pertama kalinya Mas Abi menggenggam tangan ini erat. Kemudian, mengusap-usap dengan penuh sayang.“Apa kamu tahu bagaimana perasaanku saat ini, Sa?” bisiknya di telinga. Aku menoleh ke arahnya, membuat mata kami kembali bersirobok, pun hidung Mas Abi menempel di pipi. Membuat pipiku bersemu merah serta tubuh ini bagaikan disengat aliran listrik.Ini bukan pertama kalinya bagiku jatuh cinta kepada seorang pria yang bergelar suami. Akan tetapi, kenapa bersama Mas Abi terasa lebih indah dan membuatku melayang? Apa karena pernikahan kami berbeda?Saat menika
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234568
DMCA.com Protection Status