All Chapters of Menjadi Pelayan di Pernikahan Kedua Suamiku: Chapter 31 - Chapter 40
71 Chapters
Bab 30. Akhir Bagi Semua Orang
Kubuka mata di saat waktu sudah menunjukkan jam empat dini hari. Aku tersenyum saat Mas Abi semakin mengeratkan dekapannya di pinggang.Aku tidak menyangka, kini setiap hariku selalu dipenuhi dengan kebahagiaan yang diberikan Mas Abi. Ia memang suami dan ayah yang terbaik. Meski suamiku belum pernah menikah sebelumnya, tetapi ia benar-benar dewasa ketika menangani segala masalah rumah tangga di antara kami. Selalu mengalah di saat terjadi perdebatan. Namun, tegas ketika aku atau anak-anak melakukan hal yang keliru.Kupandangi wajah seseorang yang telah membuatku dimabuk cinta. Hari-hariku selama lima bulan ini terasa amat menyenangkan. Aku merona mengingat kejadian semalam ketika aku menyampaikan kabar kehamilanku terhadap Mas Abi.“Mas, aku kepengen rujak mangga muda, dong,” pintaku kepada Mas Abi tadi malam ketika baru saja berbaring di kasur yang sama.Mendengar permintaanku, Mas Abi memandang heran dengan alis mengernyit s
Read more
Bab 1. Season 2. Sekuel
“Untuk apa wanita tak tahu malu seperti dia ada di sini?” teriak seorang wanita yang sangat kukenal mengarahkan telunjuknya tepat di depan wajahku.“Jaga mulutmu Nindy. Dia kekasih Papi.”“Apa! Papi, dia mantan istri Mas Danang, mana mungkin dia jadi kekasih Papi?” Nindy terlihat kalap. Sedangkan aku, menunggu pembelaan dari Mas Azzam. “Papi tidak peduli dengan masa lalu Kartika, dia akan tetap menjadi calon istri Papi dan ibu sambungmu. Lagi pula, kami saling mencintai. Mau dia mantan istri Danang, Papi tidak peduli. Memangnya ada yang salah dengan hubungan kami?” ucap Mas Azzam dengan keyakinan.Aku tersenyum dan menatapnya dengan penuh cinta. Begitu pun sebaliknya, calon suami matangku itu membalas dengan tatapan mesra, seolah memberikan pengertian kalau dia pasti akan tetap mempertahankanku meski tanpa restu putrinya.“Aku tidak akan merestui hubungan kalian,” jawab Nindy terdengar ketus sambil melirikku benci.Apa-apaan dia? Lihat saja nanti pelakor, papimu akan tetap menjadikank
Read more
Bab 2.
Bab 2. “Kamu suka?” tanya Mas Azzam saat dia menunjukkan setiap sudut rumah miliknya ini. Kami berdua sekarang tengah berdiri di salah satu balkon kamar yang dia tempati.“Bagus, indah dan pastinya ... mewah. Apa aku layak tinggal di rumah sebesar ini? Mas kan tahu, aku ini hanya seorang pelayan warung makan dan penjual gorengan pinggir jalan. Bukan seperti wanita-wanita kelas atas yang terbiasanya tampil glamor dan berkelas. Mas pikirkan lagi untuk menjadikanku istri,” gumamku lirih. Sejujurnya, hati kecilku memang merasa tak layak untuk menjadi istri seorang pria sempurna seperti Mas Azzam. Meski usianya sudah hampir kepala lima, tetapi dia masih tampan dan terlihat bugar. Jika sepintas, orang pasti berpikirnya kekasihku ini masih berusia tiga puluhan ke atas.Dia bisa mendapatkan wanita kaya yang jauh lebih segalanya dariku. Bahkan, mustahil tak ada yang mau dengannya. Anak SMA sekali pun pasti akan bersedia untuk menjadi kekasih Mas Azzam.“Kenapa bicara seperti itu? Mas sudah b
Read more
Bab 3.
Mas Azzam meraih tanganku yang kemudian dia genggam menuju lift. Menekan lantai satu sebagai tujuan. Aku masih diam mengingat-ingat kata-kata Nindy yang terus terngiang-ngiang di kepala. Hati ini masih bergejolak menahan amarah yang belum juga mereda untuk wanita l*knut itu. “Jangan pedulikan ucapan mereka. Mas tahu kamu bukan wanita seperti itu,” ujar Mas Azzam mengelus lenganku dengan lembut. Aku hanya memalingkan muka ke arah lain tak menjawab ucapannya.“Masih marah? Mas minta maaf atas nama Nindy. Mas janji ini takkan pernah terulang lagi,” paparnya mengambil hatiku kembali.Sampai pintu lift terbuka pun, aku tak bersuara. Mas Azzam membawaku ke ruang makan dan menyuruh untuk duduk di sampingnya. Kembali, ayah tiga anak ini mencoba menarik simpatiku lagi. Dia menggeser kursi yang hendak kududuki dan mempersilakanku dengan romantis. Ah, pria ini memang selalu saja bersikap manis. Meski selalu dingin dan tegas di depan orang lain, tetapi dia selalu saja memperlakukanku dengan han
Read more
Bab 4
“Mau cincin yang mana?” tanya calon suamiku yang tampan ini.“Mas Azzam aja yang pilih. Aku ngeri lihat harganya,” bisikku ketika salah satu karyawan toko perhiasan ini memandang kami. Kemudian, Mas Azzam mengangguk meski sambil tersenyum geli melihat ke arahku. Entahlah apa yang ada di dalam pikirannya.Kekasihku itu melihat-lihat cincin yang ada di etalase kaca. Lalu, memanggil karyawan yang tak jauh darinya.“Mbak. Tolong keluarkan cincin model terbaru yang ada di toko ini. Untuk calon istriku. Kalau bisa, yang couple tapi untuk prianya jangan pakai emas, tapi berbahan perak,” pintanya. Seorang pelayan wanita itu mengangguk dan mengeluarkan beberapa model cincin yang bentuknya terlihat elegan dan sederhana bermata satu berlian yang berkilau. Juga, cincin berbahan perak yang memang sengaja dibuat tak banyak karena biasanya yang pesan hanya untuk pengantin pria muslim. Ya, dalam Islam memang dilarang memakai perhiasan berbahan emas untuk para pria. Makanya, toko ini menyediakannya m
Read more
Bab 5
Bab 5. Flashback “Neng Tika katanya butuh kerjaan sampingan?” tanya Teh Nining salah satu pelanggan gorenganku. Aku sengaja mengantar pesanan miliknya karena cukup banyak. Wanita penyuka daster tersebut memang beberapa kali memesan bermacam aneka gorengan untuk acara pengajian dan camilan ibu-ibu PKK.Seorang bidan yang rumahnya tak jauh dari kontrakan milikku ini, memang tahu kondisiku yang sedang membutuhkan lebih banyak penghasilan tambahan.“Iya, Teh. Saya memang sedang butuh kerjaan tambahan di hari libur. Kebetulan saya libur Kamis atau Jumat saja,” jawabku.Teh Nining langsung semringah. Dengan semangat menggebu empat lima dia bercerita kalau ada lowongan pekerjaan untukku.“Teteh ada kenalan, dia butuh orang yang bisa cuci gosok dan membersihkan rumahnya yang sering kosong seminggu sekali. Kebetulan tuh cocok banget sama yang kamu cari,” papar Teh Nining.Mataku berbinar mendengar kabar lowongan pekerjaan yang Bu bidan ini tawarkan. Betul katanya, ini memang cocok dengan yan
Read more
Bab 6
“Mas Robi, apa Mas Azzam ada di dalam?” tanyaku ketika baru saja sampai di kantor Mas Azzam. Karena orang-orang telah mengetahui siapa aku, para karyawan menyambut dengan membungkukkan badan setiap kali berpapasan denganku.Ah begini rasanya menjadi calon istri pemilik perusahaan besar. Belum sah saja mereka terlihat segan, apalagi sudah menjadi istri Mas Azzam. “Ada Nyonya. Tuan sudah dari tadi menunggu anda.”Robi memang seperti itu, dia selalu bersikap formal padaku seolah berbicara dengan atasan. Padahal, umurnya lebih tua dariku lima tahun.Aku mengangguk dan tersenyum lebar, kembali melangkah dengan anggun agar tak mempermalukan Mas Azzam. Ya, para karyawan di sini tak tahu latar belakangku sebenarnya. Entah bagaimana kalau mereka tahu jika aku berasal dari keluarga yang sederhana dan dari kampung, pun bekerja hanya sebagai penjual gorengan dan pelayan warung makan, pasti semuanya akan meremehkan dan menggunjingku.Aku mengikuti Robi menuju ruang kerja calon suami matangku. Kem
Read more
Bab 7.
“Pi. Pokoknya aku mau Papi harus balikin kartu kredit milikku,” sembul Nindy tanpa aba-aba ke dalam ruangan disusul Puri. Sekretaris Mas Azzam itu menunduk dengan raut wajah yang tak enak.“Maaf Bos. Nona Nindy maksa menerobos masuk begitu saja,” pungkasnya seperti ketakutan.Apalagi, Nindy berbalik dengan mata mendelik.“Memangnya kenapa hah? Kau lupa aku ini siapa? Berani-beraninya mencegahku untuk masuk ke dalam ruangan Papi,” bentak Nindy terlihat kalap.“Bu-bukan begitu, Nona. Sa-saya hanya melakukan perintah Bos saja,” gumam Puri dengan wajah yang kembali menunduk.Apa Nindy belum sadar aku sedang ada di sini? Satu ruangan yang sama dengan Papinya? Sepertinya iya, wanita ini belum sadar aku tengah duduk di sofa. Memang tak heran, jika dia tak begitu melihatku, ruangan ini begitu luas, antara meja kerja Mas Azzam dan sofa yang kutempati memang agak berjauhan. Orang yang baru saja masuk, akan langsung fokus ke meja di mana calon suamiku menyelesaikan pekerjaannya.“Sudah-sudah. P
Read more
Bab 8
“Jangan salah paham dulu kepada Mas, Tika. Mas tahu apa yang ada di pikiranmu saat ini,” ucap Mas Azzam membuatku mengangkat wajah.Kenapa dia tahu apa pertanyaan yang ada di otakku saat ini?“Tapi, Mas. Kenapa Mas Azzam diam saja Nindy menghancurkan rumah tangga orang lain? Hidupku hancur, Mas. Sakit. Atau jangan-jangan Mas menikahiku karena merasa bersalah?”Akhirnya, kutumpahkan sudah semua yang ada di pikiranku selama ini? Rasa penasaran di dalam hati benar-benar membuatku tersiksa oleh segala praduga.Terdengar helaan napas Mas Azzam. Kekasihku itu menatapku dengan dalam, dia kemudian meraih telapak tanganku serta menggenggamnya dengan erat.“Mas sudah duga pertanyaan ini suatu saat pasti akan meluncur dari bibirmu. Mas benar-benar minta maaf atas apa yang sudah Nindy lakukan. Mas juga menyesal, sebagai orang tua, Mas tidak bisa berbuat banyak untuk mencegah semuanya. Hari ini, tak ada yang harus aku tutupi lagi dari kamu,” ungkap pria di depanku ini.Cerita yang selengkapnya pun
Read more
Bab 9.
“Jangan salah paham dulu kepada Mas, Tika. Mas tahu apa yang ada di pikiranmu saat ini,” ucap Mas Azzam membuatku mengangkat wajah.Kenapa dia tahu apa pertanyaan yang ada di otakku saat ini?“Tapi, Mas. Kenapa Mas Azzam diam saja Nindy menghancurkan rumah tangga orang lain? Hidupku hancur, Mas. Sakit. Atau jangan-jangan Mas menikahiku karena merasa bersalah?”Akhirnya, kutumpahkan sudah semua yang ada di pikiranku selama ini? Rasa penasaran di dalam hati benar-benar membuatku tersiksa oleh segala praduga.Terdengar helaan napas Mas Azzam. Kekasihku itu menatapku dengan dalam, dia kemudian meraih telapak tanganku serta menggenggamnya dengan erat.“Mas sudah duga pertanyaan ini suatu saat pasti akan meluncur dari bibirmu. Mas benar-benar minta maaf atas apa yang sudah Nindy lakukan. Mas juga menyesal, sebagai orang tua, Mas tidak bisa berbuat banyak untuk mencegah semuanya. Hari ini, tak ada yang harus aku tutupi lagi dari kamu,” ungkap pria di depanku ini.Cerita yang selengkapnya pun
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status