All Chapters of Istri Cacat sang Raja Arogan : Chapter 11 - Chapter 20
62 Chapters
Chapter 10: Beautiful Place
Mata coklat milik Earwen menatap danau kecil di belakang istana, ia baru menemukan tempat ini setelah berputar-putar tiga kali di istana karena merasa bosan sedari pagi."Lady ini sangat indah," ucap Briana dengan terpana menatap tempat baru yang baru dijumpainya."Selama saya disini, saya tidak pernah melihat tempat ini," lanjutnya.Earwen tersenyum. "Bagaimana kalau kita jadikan sebagai tempat rahasia kita?" tanya Earwen.Briana mengangguk menyetujuinya. "Ide yang indah Lady, saya akan merahasiakan tempat ini." "Omong-omong Briana, dimana buku yang saya minta untuk kamu simpan saat sarapan?" "Buku yang bersampul polos Lady?" tanya Briana.Earwen mengangguk. "Iya, dimana itu?" "Saya meninggalkannya di kamar anda terdahulu, sebentar saya ambilkan dulu," ucap Briana dan meninggalkan Earwen.Earwen menghirup dalam udara disini, ia kemudian menyentuh pelan air berwarna jernih tersebut, bahkan batu didalamnya sangat terlihat jelas. Dingin, kata pertama yang mendeskripsikan air danau in
Read more
Chapter 11: Masquerade Party
Wow, kata pertama yang bisa mendiskripsikan di depannya. Ini sangat berbeda dengan ekspektasi Earwen apa yang ia lihat sekarang sungguh berbeda. Pesta topeng yang selalu menjadi bayangannya ternyata seperti ini. "Apa kau menyesal datang kesini?" ucap Edmund yang tengah melihat lihat beberapa topeng untuk dipakainya."Sedikit," ucap Earwen dengan lemas"Kau terlalu berekspetasi tinggi mengenai pesta topeng." Earwen mengangguk lesu, yang dikatakan Edmund benar adanya dan ia sudah terlanjur datang kesini. "Benar yang mulia, oh menurut anda mana yang lebih bagus?" tanya Earwen sambil memperlihatkan topeng dengan warna silver semu biru dan silver sepenuhnya. "Ini, terlihat cocok dengan pakaianmu," ucap Edmund seraya menunjuk topeng berwarna silver semu biru. "Terimakasih Yang Mulia." "Astaga, suatu kehormatan bagi saya melihat anda datang ke pesta saya My Lord... Edmund," ucap pria paruh baya tersebut."Apakah ini Lady Earwen? Maaf saya tidak sempat datang di pernikahan anda," tambah w
Read more
Chapter 12: Offended
Earwen menggeliat dalam tidurnya, ia membuka matanya dan berlari kedalam kamar mandi memuntahkan isi perutnya yang terasa seperti diaduk-aduk. Hanya cairan bening yang dikeluarkannya, Earwen bangkit dan mencuci mulutnya dengan air bersih. Namun, ia kembali berlari ke closet dan memutahkan kembali walaupun tidak yang keluar rasanya seperti ada yang mengganjal di perutnya. Earwen duduk lesu disamping closet sembari memijat kepalanya yang terasa pusing. "Kau berisik sekali," ucap Edmund yang tengah berdiri di depan pintu. "Maaf. Yang Mulia jangan kesini ini menjijikkan," lirih Earwen.Edmund memutar bola matanya malas, tentu saja ia tidak akan kesitu tetapi suara muntahan Earwen sangat menganggu tidurnya yang indah dan membuatnya harus berdiri disini."Bersihkan mulutmu dan cuci tangan, saya akan meminta pelayan membuat teh jahe," ucap Edmund dan pergi meninggalkan Earwen. Earwen bangkit dari duduknya dan mencuci mulut dan tangannya. "Apa yang kau lakukan?" ucap Edmund melihat Earwen
Read more
Chapter 13: 100 Wedding Day
Earwen menggeram bosan, mata hazelnya menatap ke arah Briana yang tengah sibuk menata rambut coklat miliknya. Sudah dua jam Briana mengurusi tubuh Earwen, dari membantu menggunakan gaun dan sekarang menata rambutnya. "Selesai," ucap Briana."Sekarang aku ingin keluar." Briana mencegat lengan Earwen. "Tidak lady, saya harus memoleskan sedikit riasan ke wajah anda." Earwen kembali duduk, ia menatap pantulan dirinya di cermin sedangkan Briana mulai mengerjakan tugasnya. Earwen rasa ototnya terasa kaku karena harus berdiam diri sejak tadi ditambah gaun yang dipakainya sangat berat. Berbeda dari gaun simpel-simpel milik Earwen yang sangat ringan dan nyaman. Long dress berwarna light blue yang memiliki lengan rendah sehingga menampakkan kedua pundak Earwen yang seputih susu, ini pertama kalinya Earwen menggunakan gaun berlengan rendah. Ini adalah tepat 100 hari pernikahannya dengan Edmund dan sudah satu minggu pula Earwen menjaga jarak terhadap Edmund sejak ia memberikan chocolate souffl
Read more
Chapter 14: Mysterious castle
Edmund menatap jengah gadis didepannya. "Apa kau ingin membuang waktu berhargaku?" Earwen menggigit bibirnya, matanya melirik ke arah Edmund yang tengah melayangkan tatapan tajam ke arahnya. "Saya ingin minta izin keluar istana Yang Mulia," "Untuk apa?" tanya Edmund dengan dingin. "Ada sesuatu yang perlu saya kunjungi." "Sesuatu apa?" Earwen tersenyum kecil. "Anda tidak berhak mencampuri urusan saya yang mulia, itu juga sudah tertulis di perjanjian kita. Bukan begitu Yang Mulia?" Sial, dirinya dibuat malu akibat perjanjian bodoh yang ia buat. Seharusnya Edmund menyingkirkan point kelima tersebut. "Saya hanya ingin tahu saja, bagaimana kalau ada skandal tentangmu yang keluar istanah?" "Tenang saja Yang Mulia, saya akan memakai jubah yang bertudung. Saya juga tidak akan membawa pengawal karena itu akan membuat curiga orang yang melihatnya." "Maksudmu akan pergi sendiri?" protes Edmund dan Earwen mengangguk mengiyakan. Edmund tidak habis pikir dengan gadis didepannya ini, dia be
Read more
Chapter 15: Sleeping Beauty
Day 3 before Earwen's birthday.Edmund menatap langit-langit kamar miliknya, waktu menunjukkan pukul dua belas malam dan ia masih sibuk bergulat dengan pikirannya. Netranya melirik kearah sofa yang berisikan Earwen yang tengah dibawah alam sadarnya. Entah apa yang membuatnya seperti ini, Edmund sampai tidak tidur hanya memikirkan gadis itu yang baru beberapa bulan memasuki kehidupannya. Ia menghela nafas panjang, dan bangkit dari posisinya menghampiri gadis yang tengah tertidur di sofa itu. Edmund menyingkirkan anak rambut yang menutupi wajahnya. Bulu mata lentik, hidung sedikit mancung dan bibir sedikit tebal berwarna plum.Sleeping beauty, yang menggambarkan gadis didepan Edmund saat ini. Ia menangkup pelan pipi Earwen yang sedikit berwarna merah, rasa hangat menjulur di telapak tangannya. Ia mulai sedikit memajukan kepalanya untuk sekedar menempelkan bibirnya, merasakan rasa dari bibir milik sang sleeping beauty itu. Manis, tidak berubah sama sekali, ini bukan kali pertamanya ia me
Read more
Chapter 16: First Love Edmund?
One day before Earwen's birthday.Suasana kerajaan di pagi hari ini penuh keributan, dari para pelayan yang berbondong-bondong membawa makanan untuk di hidangkan di paviliun utama dan para pengawal yang sibuk menjaga tempat. Sebelum pintu gerbang utama dibuka di pukul delapan pagi. Meskipun Edmund hanya mengundang rakyatnya saja, bahkan ia tidak mengundang kedua orang tua Earwen. Entahlah, Edmund benar-benar tidak ingin kedua mertuanya itu datang. "Yang mulia, jam sudah menunjukkan pukul 8," ucap Jack."Buka gerbang utama," perintah Edmund.Jack mengangguk dan memerintah kepala pengawal untuk membukanya. Pintu gerbang utama terbuka dan menampakkan sosok rakyatnya dengan wajah gembira seraya menenteng bingkis kado, mungkin untuk Earwen, pikirnya.Edmund berjalan masuk kedalam paviliunnya. Ditengah-tengah perjalanannya Edmund berpapasan dengan sosok wanita yang nyaris sempurna dengan balutan gaun putih yang sangat mewah dan liontin itu, liontin yang dipilihnya kala itu."Yang mulia, se
Read more
Chapter 17: Day
Suara dentingan garpu dan semilir angin malam yang masuk dari pintu kaca yang sedikit terbuka menambahkan kesan untuk dinner kerajaan ini. Selepas dari acara tadi Belinda merencanakan untuk melakukan dinner bersama, sekaligus merayakan kembalinya Anne dari perbatasan."Anne, wiski fermentasi kesukaanmu," ucap Belinda seraya menuangkannya ke gelas milik AnneSungguh membosankan! Earwen menatap malas steak miliknya, ia memotong-motongnya tanpa berniat memasukkannya ke dalam mulut. Mood-nya sungguh sedang tidak baik. Apalagi melihat Anne yang diperlakukan manis di depannya langsung. "Earwen apa kau ingin wiski? Ini enak loh," tawar Belinda."Betul Earwen, wiski ini akan sangat cocok dengan suasana malam seperti ini," lanjut Anne.Earwen tersenyum kikuk, dirinya tidak ingin mabuk lagi, takut akan menyusahkan Edmund seperti sebelum-sebelumnya. "Terimakasih, saya sedang tidak ingin minum," tolaknya halus.Anne mendesah kecewa. "Saya berharap kau mencicipinya walau hanya sedikit." Edmund me
Read more
Chapter 18: Moon Symbol
"Steve, ada apa?" lirih Earwen Tuhan memberi Earwen sebuah kekuatan yang luar biasa. Pantas saja, ia rela melepaskannya untuk menjadi manusia agar mendampingi Earwen. Walupun Steve membuat kesalahan, pasti akan selalu memaafkannya karena dirinya adalah satu-satunya malaikat kepercayaan miliknya."This is amazing Earwen, you–" Steve menggantungkan ucapnya."Apa?" tanya Earwen penasaran."Tuhan sungguh baik kepadamu, bahkan malaikat sepertiku saja tidak memiliki power sekuat dirimu, kau bisa mengendalikan Esterlens Earwen," ucap Steve antusias.Earwen menatap Steve tidak percaya. Mengendalikan Esterlens? Dirinya? Mana mungkin!Earwen tertawa renyah ditengah-tengah rasa sakitnya. "Hentikan loluconmu Steve!" desis Earwen.Ia meringis kala punggungnya terasa panas. "Ahh! Panas!" jerit Earwen kesakitan. Bulir-bulir keringat dipelipis Earwen air matanya juga ikut menetes, Steve hanya menatap iba Earwen yang sedang menggerang kesakitan. Ia tidak bisa melakukan apapun karena 15% kekuatan lang
Read more
Chapter 19: Death Wave
Steve mengulurkan tangannya kearah Earwen dan disambut oleh sang empu. Ia berjalan maju ke depan, tatapannya bertemu dengan manik tajam milik Raja Hillary tersebut. "Suatu penghormatan bagi saya dapat bertemu anda," ucap Steve seraya membungkuk hormat.Belinda menarik Earwen ke belakang punggungnya. "Kenapa bisa cucuku bersama kau!" tanya Belinda."Sebelumnya perkenalkan saya Steve Bentley." "Apa kau tidak apa-apa Earwen?" bisik Anne yang dibalas anggukan kecil. Namun, mata jeli milik Anne berfokus ke arah luka kecil di bibir Earwen walupun itu sudah tertutup polesan lipstik. "Biarkan Earwen saja yang menjelaskan Grandma," ujar Steve berjalan kesamping Steve."Tadi malam saya berniat meseduh segelas susu, tetapi saya justru mendengar suara Ruby yang aneh dan membuat saya pergi mengeceknya. Saat saya hendak mengecek kondisinya, Ruby justru berlari kencang ke arah gerbang belakang yang masih sedikit terbuka. Saya ikut berlari mengikuti Ruby namun, saya malah terjatuh ditengah-tengah l
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status