All Chapters of Istri Yang Sering Keluyuran: Chapter 31 - Chapter 40
125 Chapters
31. Gunjingan Tetangga
BAB 31 – GUNJINGAN TETANGGA."Kenapa kamu bisa bilang kalau Mama benci sama Miya, sampai-sampai untuk jalan bareng aja nggak mau?" tanya Elang lagi dengan rasa penasaran yang kuat.Runa tersentak, dia menyadari kesalahannya karena terlalu banyak bicara. Tidak mungkin dia menjelaskan mengapa Mamanya begitu membenci Miya sejak dulu. Apalagi sampai pada titik dimana sang Mama tidak Sudi untuk hanya sekedar jalan dengan Miya."Aa-aah itu ...," ucap Runa dengan gugup, bingung mencari alasan apa yang harus dia katakan pada kakaknya."Kenapa kamu bisa bilang begitu, Dek? Jelasin ke Mas sekarang!" ujar Elang dengan sedikit memaksa.Beruntung di saat yang bersamaan, Olga datang dari dapur dan berjalan ke arah mereka."Kalian berdua ini ada apa, sih? Pagi-pagi udah ribut aja kayak kucing sama tikus," ucap Olga pada kedua buah hatinya.Runa sedikit bernapas lega, karena kedatangan sang Mama tepat pada waktunya. Dia tak mau lama-lama berhadapan dengan Elang dan terus disudutkan dengan pertanyaan-
Read more
32. Dicky si Pebinor
BAB 32 – DICKY SI PEBINOR.Miya kembali ke rumah dengan hati yang remuk redam. Sakit dan perih kenyataan yang harus dia terima. Namun, dia mencoba ikhlas dan sabar menghadapinya.Nyatanya semua kesabaran yang sedang dia terapkan tak semulus bayangannya. Tatapan tajam penuh penghakiman terus tertuju pada Miya sepanjang jalan menuju rumahnya.“Dasar wanita nggak tahu diuntung. Bisa-bisanya dia selingkuhi suami sebaik Elang. Buta apa, ya, matanya?” ucap seorang wanita yang sedang menyapu halaman, sengaja mengeraskan suara agar Miya mendengar. Lirikannya penuh kebencian, membuat Miya menunduk ketakutan.“Rumput tetangga jauh lebih hijau, Bu. Makanya dia pengin makan daun muda. Ups,” sahut wanita lain yang mendengar sindiran itu. Seolah keceplosan padahal sengaja mengejek. Mereka tengah melakukan aktivitas yang sama yaitu menyapu halaman.“Perlu periksa mata kayaknya, Bu. Jelas-jelas rumput di rumah sendiri jauh lebih hijau, kok, masih mau nglirik rumput tetangga yang layu dan jelek. Ha ha
Read more
33. Kembali Kekampung
BAB 33 – KEMBALI KE KAMPUNGSekejap Miya terdiam. Dia tak tahu bagaimana caranya menjelaskan semua itu pada adiknya.“Nanti Mbak jelasin di rumah, ya. Ceritanya panjang. Yang jelas Mbak nggak selingkuh, semua itu fitnah. Tolong kamu jaga Bapak baik-baik, hari ini juga Mbak akan pulang, kamu tunggu Mbak, ya,” jawab Miya jelas. Semakin lama masalah ini dibiarkan, semakin besar dampaknya. Miya semakin resah dan tak nyaman. Namun, dia harus mengurus Bapaknya dulu. Sekarang orang tuanya jauh lebih membutuhkannya dari siapapun.Miya menutup telpon lalu menyiapkan diri untuk pulang kampung. Tas berisi beberapa baju serta keperluan sehari-hari pun tak lupa dia bawa.“Semuanya sudah masuk, sekarang aku harus cari bis untuk pulang kampung. Eh, tunggu. Aku belum izin Mas Elang. Bagaimanapun juga aku masih istri sahnya Mas Elang, aku nggak boleh ngulangin kesalahan kemarin. Bisa-bisa Mas Elang makin marah sama aku.”Miya mengambil ponsel lalu menelpon sang suami. Sayangnya sambungan telpon itu t
Read more
34. Bertemu Pria Asing
BAB 34 – BERTEMU PRIA ASING.Miya yang baru saja mau keluar kamar, langsung menoleh dan melihat seorang pria tampan berdiri di sisi jendela, melihat langit terang yang sudah dihiasi bintang malam."Ka—kamu siapa? Dan aku ada di mana?" tanya Miya bingung dan takut. Bahkan tubuhnya mundur, mengukir jarak di antara mereka. "Jangan takut … kamu aman di rumahku. Kenalkan ... namaku Zelo." Zelo mengulurkan tangan dengan semburat senyum ramah di wajahnya.Miya menatap Zelo dengan pandangan ragu, dia pun hanya mendiamkan tangan Zelo yang terulur meminta disambut. Zelo orang asing tak diketahui niat dan asal usulnya, Miya takut kalau Zelo punya niat buruk padanya.Zelo menarik kembali tangan yang tak bersambut itu, tapi dia masih bersikap baik dan sopan. Dia mengerti dengan yang dilakukan Miya. Miya pasti khawatir kalau Zelo akan berbuat macam-macam padanya.“Aku menemukanmu pingsan di jalan. Aku nggak tahu di mana rumahmu makanya aku bawa kamu ke sini.” Zelo menjelaskan alasan Miya bisa ada
Read more
35. Kepergian Bapak
BAB 35 – KEPERGIAN BAPAK. Miya menangis histeris, meraung meratapi kepergian bapaknya.“Bapak. Kenapa Bapak ninggalin aku secepat ini? Aku belum sempat membahagiakan Bapak. Maafin aku, Pak. Semua ini salahku. Aku minta maaf. Andai saja aku nggak pingsan tadi, aku pasti bisa lihat Bapak untuk yang terakhir kalinya. Aku minta maaf, Pak,” tangisan Miya sangat memilukan. Dia sangat terpukul menghadapi kenyataan buruk itu.Semua pelayat pun bisa melihat kalau Miya benar-benar sedih dengan kepergian bapaknya. Namun, tak ada yang berani mendekat, mereka tengah sibuk mengaji.Suara Miya sangat keras hingga terdengar sampai ke kamar ibunya—Sekar. Sekar yang juga syok dengan kematian sang suami, segera bangun dan berlari untuk menemui Miya.Tak lama datanglah Sekar saat Miya masih terduduk dengan lemas, menangisi kepergian bapak yang sangat dia sayang. PlakSebuah tamparan mendarat mulus di wajah Miya. Ibunya kesal bukan kepalang hingga reflek menampar anaknya.“Ini semua gara-gara kamu, Miya
Read more
36. Elang Masih Peduli
BAB 36 – ELANG MASIH PEDULI.Elang enggan membalas pelukan yang Miya berikan. Tangannya terjuntai di sisi badan tanpa berusaha merengkuh tubuh istrinya. Ingin rasanya dia mengatakan bahwa dia masih marah dan kecewa terhadap Miya. Namun tak mungkin dia mengatakan hal itu di sini saat ini, terlebih banyak orang yang menatap ke arahnya."Lepaskan dulu, Miya. Nggak enak dilihat orang-orang, apa lagi sekarang kita ini lagi dalam keadaan berkabung," pinta Elang.Miya mengangguk mengerti, lantas melepaskan tubuh Elang dari pelukannya. Sisa air matanya masih membasahi pipi."Aku senang, Mas mau datang ke sini," ucap Miya sepenuh hati."Mas Wahyu, terima kasih banyak ya, sudah mau datang kemari," tutur Miya kali ini pada Wahyu yang diangguki oleh lelaki itu."Sama-sama, Miya. Kamu yang sabar, ya?!" Wahyu ikut berbela sungkawa atas meninggalnya ayah Miya. Dia tahu pasti tak mudah bagi Miya yang saat ini tengah mengalami masalah rumah tangganya ditambah dengan kehilangan sosok orang tuanya."Ya
Read more
37. Membantu Zelo
BAB 37 – MEMBANTU ZELOMenjelang siang hari, masih banyak tamu yang datang untuk melayat, sekedar menyampaikan ucapan bela sungkawa atas meninggalnya Bapak Miya.Tak heran, sebab selama hidupnya. Ayahnya itu merupakan sosok yang dikenal baik dan juga ringan tangan untuk membantu sesama, terutama warga di sekitar mereka."Bahan makanan dan juga camilan untuk suguhan tamu sudah mau habis," gumam Bu Sekar."Kalau gitu, biar aku saja yang beli, Bu." Miya menawarkan diri. Tentu saja ibunya setuju, ini baru hari kedua, dan persediaan suguhan sudah mulai menipis."Aku berangkat dulu kalau begitu, assalamualaikum," pamit Miya sambil berjalan keluar."Wa'alaikum salam," jawab ibunya singkat.Tak butuh waktu lama bagi Miya untuk mencapai toko kelontong yang lumayan besar di daerahnya. Tak ubahnya seperti mini market di kota, toko ini menyediakan segala macam kebutuhan sehari-hari.Miya segera mengambil keranjang, dan memasukkan segala bahan makanan yang dia perlukan. Serta beberapa camilan.Saa
Read more
38. Tuduhan Ibu
BAB 38 – TUDUHAN IBU.Miya berjalan pulang dari rumah Zelo dengan wajah tersenyum. Entah mengapa, tapi Miya merasa bahwa waktu yang dihabiskan bersama Zelo membuatnya senang. Ada perasaan nyaman yang dia rasakan saat bersama lelaki itu. Padahal selain dengan Elang, Miya tak pernah merasa senyaman itu sebelumnya dengan lelaki manapun.Namun baru saja Miya sampai di depan rumahnya, dia telah disambut oleh ibunya dengan wajah yang menyiratkan kemarahan. Benar saja, ibunya itu menyongsong kedatangannya dengan kesal."Kamu ini dari mana saja, sih, Miya?" teriak ibunya geram.Miya yang baru datang, merasa bingung. Mengapa ibunya menanyakan hal yang sudah jelas. "Loh, aku kan dari toko kelontong, Bu. Kan bahan makanan kita sudah habis. Ini dia belanjaannya," jawab Miya sambil mengangkat kantong keresek hitam berukuran besar."Ibu kenapa marah-marah sih?" tanya Miya dengan bingung sekali.Bu Sekar semakin geram karena putrinya sama sekali tidak merasa bersalah."Halah, kamu nggak usah bohong
Read more
39. Elang di mana?
BAB 39 – ELANG DI MANA?Elang yang masih tak mengerti dengan jalan pikiran Olga, dan mengapa Olga begitu membenci Miya, memilih berniat pergi dari sana.Dibanding harus terus mendengar bagaimana sang Mama menjelek-jelekkan Miya dan keluarganya, sehingga membuat kepalanya tambah pusing, Elang memilih untuk pamit ke kamar."Sudahlah, Ma. Elang baru pulang, capek juga, Mama malah ngomel yang enggak-enggak. Lebih baik Elang masuk ke kamar dulu, Elang mau istirahat," pamitnya."Tunggu dulu, Elang!" tahan Olga, membuat Elang menghentikan langkahnya yang baru beberapa."Ada apa lagi sih, Ma?" tanya Elang dengan sedikit kesal."Kamu ini gimana sih? Cindy kan ada di sini, kamu temani dia dong. Atau kalau perlu ajak Cindy keluar untuk makan malam sama-sama," jelas Olga membuat Elang mengernyit bingung. Kenapa dia harus melakukan hal itu?"Kamu lihat ini, kaki Mama," tunjuk Olga pada pergelangan kakinya yang diperban.Mata Elang seketika membola kaget saat mendapati itu, sebelumnya Elang tak mem
Read more
40. Semoga Hanya Mimpi
BAB 40 – SEMOGA HANYA MIMPIOlga melirik Runa karena bingung karena perkataan anak gadisnya itu sama dengan isi pesan yang dia terima. “Kenapa Mama natap aku kayak gitu?” tanya Runa heran.“Dari mana kamu tahu kalau Mas kamu ada di hotel sekarang?” tanya Olga, menatap Runa menyelidik. Runa menghela napas kasar. “Ya, mana aku tahu, Ma! Orang tadi aku cuma asal bicara aja kok,” sahutnya. “Mending sekarang kita cek aja. Bener nggak Mas Elang ada di sana … atau cuma kerjaan orang iseng aja,” timpal Runa yang tak sepenuhnya percaya dengan isi pesan itu. Dia yakin kakak laki-lakinya adalah pria baik-baik dan tidak mungkin menginap sembarangan dengan wanita murahan.Mereka pun bersiap untuk memastikan pesan tersebut.Menggunakan mobil, Olga memberanikan diri pergi bersama Runa menuju hotel klasik yang letaknya cukup jauh dari rumahnya.Setengah jam mereka menempuh perjalanan, mereka pun sampai dan segera memarkirkan mobilnya. Dengan tergesa-gesa mereka ke lobi dan bertanya pada resepsioni
Read more
PREV
123456
...
13
DMCA.com Protection Status