Elang terkejut saat Mamanya sering mengirim video mengenai istrinya yang sering keluyuran, padahal Miya selalu bersikap polos dan seolah tidak terjadi apapun. Elang sempat memergoki Miya tidak ada di rumah ketika dia pulang bekerja, lagi-lagi istrinya itu keluyuran. Sebenarnya apa yang dilakukan Miya di luar sana? Apa benar jika dia melakukan pekerjaan haram?
View MoreBab 1 Keluyuran Lagi
"Lagi-lagi keluyuran, lagi-lagi keluar dari rumah tanpa izin suami. Maunya kamu apa sih, Mi? Kamu mau aku marah? Kamu udah nggak mau ngedenger perkataan aku lagi, iya?"Suara Elang terdengar pelan, menahan rasa geram yang menyelimuti hatinya saat untuk kesekian kalinya, ketika dia sampai di rumah dirinya tak menemui keberadaan istrinya di sana. Sudah beberapa hari ini, Miya selalu kedapatan pergi dari rumah saat dia pergi bekerja.Awalnya Elang tidak sadar, tetapi yang namanya bangkai, walau disimpan rapat pun pasti akan tercium ujung-ujungnya. Elang mulai sadar ketika dia pulang kerja, pintu rumahnya malah terkunci rapat, alih-alih mendapat sambutan yang hangat dari Miya."Maaf, Mas." Miya tak menjawab banyak, dia hanya membuka pintu dengan kunci yang dia keluarkan dari saku daster yang dia pakai."Maaf terus, maaf terus! Aku itu nggak butuh maaf kamu, Mi. Aku butuh penjelasan, sebenarnya kamu ke mana? Suami kerja banting tulang di luar sana, eh, kamu malah buat ulah di sini." Elang menjawab dengan penuh penekanan. "Bukannya ngebersihin rumah, kamu malah keluyuran satu harian. Pekerjaan yang nggak ada gunanya.""Ta—tapi, aku udah membersihkan rumah, kok, Mas." Miya akhirnya menjawab, sambil melirik keadaan rumahnya sekilas.Elang tak menggubris jawaban Miya, dan malah mendudukkan dirinya di sofa. Rumah mereka memang bersih, sama seperti biasanya. Elang hanya mencari alasan, agar Miya merasa bersalah karena sudah pergi dari rumah."Sekarang Mas tanya sama kamu, kamu sebenarnya ke mana saja selama Mas pergi bekerja? Hm?" Elang bertanya lembut.Kali ini dia tidak boleh kecolongan, karena selama beberapa hari ini dia selalu marah-marah dan akhirnya selalu zonk. Miya akan menangis, dan percakapan akan berakhir begitu saja tanpa ada penjelasan lebih lanjut."Aku hanya main ke rumah tetangga, Mas. Aku bosan di rumah," jawab Miya dengan pelan, terlampau pelan hingga Elang nyaris tak mendengarnya."Masak setiap hari main ke rumah tetangga, Dek. Malu, lah. Apalagi, kamu pulangnya selalu sore banget kayak begini. Mas takut kamu diomongin orang," balas Elang pada akhirnya.Miya diam dan hanya menundukkan pandangannya ke lantai, tak menjawab perkataan Elang barusan."Mas itu lebih suka kamu diam di rumah, Dek. Setelah beres-beres, kamu bisa nonton televisi, bisa main ponsel, baca-baca novel online yang kamu suka, atau kamu bisa tidur. Bukannya lebih bermanfaat, daripada keluyuran nggak jelas?" tanya Elang lagi, jauh lebih lembut daripada sebelumnya.Lagi-lagi hanya keheningan yang menguasai keadaan, Miya tak menyahut dan semakin menunduk dalam. Menghindari tatapan Elang yang seolah sedang menelanjanginya."Dek, Mas begini karena Mas sayang sama kamu, loh. Mas nggak mau kamu kecapekan, dan stress. Bukannya kamu mau punya anak? Hm?" tanya Elang beruntun."Maaf, Mas.""Kalau begitu, bisa kamu hentikan kebiasaan kamu itu? Kalau Mas pergi kerja, kamu cukup di rumah dan jangan keluyuran lagi. Bisa?" tanya Elang dengan sedikit memaksa."Bi—bisa, Mas."Suara Miya terdengar bergetar, dan itu artinya wanita itu sedang menahan tangis. Elang langsung menarik tangan Miya, dan menenggelamkan wanita itu ke pelukannya.Bukannya dia tidak mau Miya bergaul, tetapi Elang merasa pergaulan Miya sudah sangat salah. Suami mana yang tidak marah, jika istri suka keluyuran hingga petang? Untung saja Elang tidak lembur seminggu belakangan ini, jadi dia bisa mengetahui kebiasaan buruk Miya dengan mata kepalanya sendiri.Miya pasti memanfaatkan kebiasaan Elang yang setiap hari lembur, untuk keluyuran ke rumah-rumah tetangga hingga petang. Kebiasaan buruk, dan Elang bertekad untuk mengubahnya."Dek, pokoknya Mas nggak mau lihat kamu keluyuran lagi. Cukup diam di rumah, dan Mas sudah sangat bahagia dengan hal itu." Elang bergumam, dan mencium pucuk kepala Miya setelahnya.Sementara Elang sibuk dengan pikirannya, Miya juga melakukan hal yang sama. Wanita itu sedang mencari cara agar dia besok bisa kembali keluar dari rumah, dan kembali tepat waktu sebelum Elang pulang dari kantor.Setelah melepaskan pelukannya, Elang langsung berujar, "bisa buatkan Mas teh hangat, Dek? Mas kangen sama teh hangat buatan kamu, jangan lupakan potongan lemonnya.""Iya, Mas." Miya mengangguk dan berjalan menjauhi Elang.Elang yang ditinggal sendirian langsung mengambil ponselnya yang sedari tadi tidak berhenti bergetar, ketika dia melihat siapa yang menelpon, Elang langsung bergegas mengangkat panggilan itu."Halo, Ma. Ada apa?" tanya Elang saat panggilan sudah tersambung."Kamu sudah menyelidiki Miya? Dia keluyuran lagi, kan? Tadi Mama ngeliat dia di pasar, loh, Lang. Ngapain coba?" Suara Olga- Mama Elang- terdengar menyahut dari seberang sana."Hah? Pasar? Ngapain Miya di pasar, Ma?" Elang malah balik bertanya."Ya mana Mama tahu, Lang. Ya kamu tanyalah, paksa dia buat jujur!" Olga berseru gemas."Aku udah tanya, Ma. Dan Miya bilang dia hanya main ke rumah tetangga, nggak lebih dari itu." Elang menjawab sesuai yang Miya katakan tadi."Tetangga dari Hongkong? Wong, dia di pasar tadi, dan Mama lihat sendiri. Pasar itu jaraknya hampir empat kilo dari rumah kamu, dan Miya ada di sana. Terus kamu nggak curiga, gitu?" tanya Olga dengan nada mengejek. "Elang, dia itu bohong sama kamu. Plis deh, jangan bego."*********EXTRA PART 5 – THE HAPPY ENDING?Miya segera dilarikan ke rumah sakit terdekat karena kondisinya benar-benar mengkhawatirkan. Elang sudah menghubungi keluarganya untuk memberi kabar mengenai kondisi Miya. Dokter yang menangani Miya keluar dari ruangan beberapa menit kemudian. Elang segera bertanya bagaimana kondisi istrinya. “Bagaimana kondisi istri saya dan kandungannya, Dok?”Dokter menghela napas berat. “Kondisi istri Anda sedang kritis. Detak jantung bayi dalam kandungannya juga lemah, karena air ketubannya sudah pecah dari dua jam lalu tetapi bayi tidak segera dikeluarkan. Saya mendeteksi bahwa bukan hanya luka fisik yang diderita oleh istri Anda, melainkan luka psikologis juga. Apa mungkin sebelum dibawa ke rumah sakit, istri Anda mengalami kejadian mengejutkan?”Elang jelas tahu apa maksud dokter. Pasti yang dimaksud oleh dokter itu adalah kejadian di mana Miya melihat kakaknya sendiri ditembak tepat di depan matanya untuk melindunginya. Elang bahkan tidak tahu bagaimana kondi
EXTRA PART 4 – AKHIR CERITA SEBENARNYA.Miya terus mencoba berlari masuk ke dalam hutan untuk menghindari beberapa pria yang masih mengejarnya. Dalam hatinya terus berdoa agar Elang juga bisa melarikan dari preman-preman itu. Lagipula, siapa yang ingin mencelakai mereka? Apa motifnya? Sekeras apapun Miya berpikir, dia tetap tidak bisa menemukan kemungkinan siapa pelakunya.Bugh.“Aww!” Miya merintih saat kakinya tersandung ranting kayu dan tubuhnya terjerembab ke depan. Untung saja kedua tangannya setia berada tepat di depan perut buncitnya, jadi perut buncit Miya tidak secara langsung berbenturan keras dengan tanah. “Sshh… Kenapa perutku menjadi keras sekali?” keluhnya ketika merasakan perutnya semakin mengencang kuat.Miya berusaha bangkit dari posisinya, tetapi sakit di perutnya yang semakin intens tidak mengijinkan. “Kemarin malam dan tadi pagi aku juga merasakan sakitnya, tapi tidak se-intens ini. Apa mungkin – ini tanda-tanda kontraksi?” Pikiran Miya semakin kalut saat rasa sak
EXTRA PART 3 – MIYA DAN ELANG DISERGAP?!Sinar yang memantul dari lantai kamar Miya membangunkan wanita itu dari tidur lelapnya. Miya meregangkan tubuhnya yang semakin kaku seiring perutnya yang kian membesar. Namun, Miya tidak pernah mengeluh, kedua calon bayi dalam perutnya adalah anugerah terindah yang pernah Miya dapatkan. “Kamu sudah bangun, Sayang?” Pertanyaan itu mengalihkan perhatian Miya. Dia menoleh ke samping, memposisikan dirinya bangun untuk bersandar di kepala ranjang. Dia hanya mengangguk menjawab pertanyaan dari suaminya, Elang.Pria itu kemudian menaruh nampan di tangannya, ikut naik ke atas ranjang. Tangan kiri Elang melingkari bahu Miya sementara tangan kanannya berada di atas perut hamil istrinya, yang menjadi tempat favorit Elang beberapa bulan terakhir.Semenjak ukuran perut Miya semakin membesar, Elang suka sekali meletakkan tangannya di atas perut istrinya karena calon kedua bayinya akan langsung merespon sentuhan Elang dengan tendangan halus, walau terkadang
EXTRA PART 2 – SURPRISE!Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, Miya sampai di alamat yang ditujukan. Tempat itu ternyata pangkalan yatch, beberapa yatch terlihat di sana. “Di mana ini?” Miya kebingungan saat melihat banyak sekali yatch bersandar di tepi laut.Pikiran Miya dipenuhi banyak hal buruk sehingga membuat perutnya kram. “Aww, perutku,” ringis Miya dengan tangan memegangi perut buncitnya. Setelah sebelumnya turun dari mobil, dia pun berhenti sejenak agar perutnya tak lagi sakit. “Pasti karena aku terlalu gelisah, makanya sakit begini. Sayang, yang kuat, ya? Mama butuh bantuan kalian untuk menyelamatkan uncle. Bantu Mama, ya, Sayang,” bisik Miya menahan sakit, sambil mengusap perutnya. Berharap kedua anak kembarnya bisa membantu.Walaupun alasan kegelisahan dan kecemasan yang melanda sejak kemarin sudah terjawab, dia tak mau memikirkannya. Yang terpenting dia bisa menyelamatkan Zelo, bagaimanapun caranya.Kalau saja Zelo menuruti permintaannya untuk tidak pergi saat in
EXTRA PART 1 – ADA APA DENGAN MAS ZELO?!Sebulan kemudian, Elang bersama Miya datang ke penjara untuk mengunjungi Dicky. Pria itu ditahan karena tuntutan Pak Taufan yang sudah memperkosa Cindy. Elang dan Miya duduk menunggu Dicky dipanggil oleh penjaga tahanan. Tak lama kemudian datanglah Dicky dengan pakaian tahanan, dengan wajah penuh penyesalan.“Mbak Miya … Mbak Miya maafin aku. Aku salah karena udah tergiur bujukan dari Mbak Cindy waktu itu. Seharusnya aku nggak berbuat kayak gitu. Sekarang aku dapat balasan yang sangat menyakitkan. Aku kehilangan ibu yang sangat aku sayangi dan aku sekarang di penjara,” sesal Dicky sedih, menyentuh tangan Miya dengan sangat erat.Miya tersenyum sendu. ”Innalilahi, Mbak ikut berduka dengan kepergian Budhe, ya? Kamu yang sabar, ya, Dik. Mbak juga udah maafin kamu. Yang penting kamu udah sadar dengan kesalahan kamu dan jangan diulangi lagi,” jawab Miya mengusap tangan Dicky dengan lembut sebagai tanda dia sudah melupakan semua yang terjadi di masa
BAB 120 – AKHIR CERITAElang menatap Miya yang duduk sendirian termenung di pinggir kolam. Dengan perlahan dia berjalan mendekat, dan mendudukkan tubuhnya tepat di samping Miya.Miya yang tak menyadari kedatangan Elang, cukup terkesiap kaget saat mendapati suaminya itu telah duduk di sampingnya, dengan wajah yang tersenyum."Mas," panggilnya dengan helaan napas ringan."Kamu ngapain malam-malam di sini sendirian, Sayang?" tanya Elang sambil menyelipkan anakan rambut Miya yang tergerai menutupi pipi.Pantulan lampu yang membias di air kolam yang bergerak, memantul mengenai wajah cantik Miya. Membuatnya terlihat menawan dan bercahaya. Elang tersenyum sendiri, apalagi yang kurang dalam diri wanita yang telah menjadi istrinya itu? Tak ada, semua begitu sempurna. Elang jadi merasa menjadi lelaki paling beruntung di dunia ini."Aku cuma lagi menenangkan diri, Mas," jawab Miya dengan mata yang sendu. Menatap pada air yang beriak kecil.Tangan Elang terjulur ke atas kepala Miya, mengelus perl
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments