Istri Yang Sering Keluyuran

Istri Yang Sering Keluyuran

Oleh:  Aksara Ocean  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel12goodnovel
10
1 Peringkat
125Bab
3.2KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Elang terkejut saat Mamanya sering mengirim video mengenai istrinya yang sering keluyuran, padahal Miya selalu bersikap polos dan seolah tidak terjadi apapun. Elang sempat memergoki Miya tidak ada di rumah ketika dia pulang bekerja, lagi-lagi istrinya itu keluyuran. Sebenarnya apa yang dilakukan Miya di luar sana? Apa benar jika dia melakukan pekerjaan haram?

Lihat lebih banyak
Istri Yang Sering Keluyuran Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Zaid Zaza
Izin promo ya Thor. Mampir Yo, di novel, ROH KAISAR LEGENDARIS
2024-03-02 08:30:04
0
125 Bab
1. Keluyuran Lagi
Bab 1 Keluyuran Lagi"Lagi-lagi keluyuran, lagi-lagi keluar dari rumah tanpa izin suami. Maunya kamu apa sih, Mi? Kamu mau aku marah? Kamu udah nggak mau ngedenger perkataan aku lagi, iya?" Suara Elang terdengar pelan, menahan rasa geram yang menyelimuti hatinya saat untuk kesekian kalinya, ketika dia sampai di rumah dirinya tak menemui keberadaan istrinya di sana. Sudah beberapa hari ini, Miya selalu kedapatan pergi dari rumah saat dia pergi bekerja.Awalnya Elang tidak sadar, tetapi yang namanya bangkai, walau disimpan rapat pun pasti akan tercium ujung-ujungnya. Elang mulai sadar ketika dia pulang kerja, pintu rumahnya malah terkunci rapat, alih-alih mendapat sambutan yang hangat dari Miya."Maaf, Mas." Miya tak menjawab banyak, dia hanya membuka pintu dengan kunci yang dia keluarkan dari saku daster yang dia pakai."Maaf terus, maaf terus! Aku itu nggak butuh maaf kamu, Mi. Aku butuh penjelasan, sebenarnya kamu ke mana? Suami kerja banting tulang di luar sana, eh, kamu malah buat
Baca selengkapnya
2. Nasihat Elang
Bab 2 Nasihat Elang"Mama jangan gitulah, waktu Mama lihat tadi mungkin saja istriku lagi belanja ke pasar, Ma," sahut Elang mencoba berkilah."Belanja apaan? Bukannya selama ini si Miya belanja di warung? Atau pun belanja di tukang sayur? Sejak kapan dia belanja di pasar?" Suara Olga kembali terdengar mencemooh. "Kamu jangan lembek, Lang. Kamu itu terlalu memanjakan dia, makanya dia itu membuat ulah di belakang kamu! Jadi suami dan laki-laki kok, ndak ada wibawanya sedikitpun?!" Elang memijat pelipisnya yang terasa pening, segala seruan yang Olga keluarkan semakin membuat telinganya berdengung. Miya bilang dia hanya main ke tempat tetangga, lalu Olga mengatakan kalau Miya keluyuran di pasar. Terus yang benar, yang mana?"Sudahlah, Ma. Nanti aku akan memastikan hal ini lagi sama Miya, sekarang aku mau istirahat dulu," kata Elang pada akhirnya."Mama nggak mau tahu, pokoknya kamu wajib mencari tahu mengenai tingkah laku istrimu di luaran sana. Jangan sampai membuat malu keluarga kita!
Baca selengkapnya
3. Olga Kembali Melapor
Bab 3 Olga Kembali Melapor"Lang, kamu malam ini lembur lagi?" Elang menoleh dan dia bisa menemukan sosok Wahyu yang sedang berdiri di samping meja kerjanya, teman baiknya itu lantas menarik sebuah kursi agar bisa duduk di sebelahnya."Memangnya kenapa?" tanya Elang seraya kembali menoleh dan memfokuskan pandangannya kembali ke komputer yang masih menyala, menunjukkan banyak sekali tabel yang berisikan angka."Kalau lembur, aku juga mau ikutan." Wahyu menggaruk tengkuknya."Loh, tumben kamu mau lembur?" Alis Elang terangkat naik, sebab tidak biasanya Wahyu ingin mengambil lembur. "Biasanya kamu selalu pulang ontime, nggak mau ambil lemburan juga. Ada apa?" tanya Elang penasaran."Adikku nabrak orang, Lang. Aku butuh banyak biaya, makanya aku berniat buat ambil lemburan banyak bulan ini," sahut Wahyu sambil menghela nafas panjang."Astaghfirullah! Jadi gimana? Adik kamu baik-baik aja, kan?" tanya Elang simpati."Alhamdulillah, adikku dan juga orang ditabrak selamat. Tapi, motor mereka
Baca selengkapnya
4. Video Mengejutkan
Bab 4 Video Mengejutkan"Lihat dengan teliti! Ini Miya kan? Coba kamu amati lagi, daripada nanti kamu pikir Mama ini cuma ngomong doang. Malah jatuhnya fitnah! Tuh, ngapain coba istrimu keluyuran sampai sana?" ujar Olga dengan ketus.Wanita dengan penampilan cetar itu menatap wajah Elang dengan lekat. Dalam hati, dia berharap jika putranya itu percaya dengan semua ucapannya."Aa-aku masih nggak nyangka, Ma! Ngapain Miya di sana? Mana penampilannya lusuh begitu? Astaga!" Elang menggelengkan kepala. Dia langsung menyerahkan ponsel Olga dengan tangan gemetar. "Duduk dulu!" Melihat Elang yang syok, Olga langsung saja menarik tangan Elang hingga bersandar pada kursi."Makanya! Itulah kenapa Mama terus-terusan buat kamu pantau si Miya! Kamu sih, ngeyel kalau dikasih tau! Mama nggak mau tau ya, Elang! Pulang kerja nanti, kamu wajib tegur dan tanyakan sama Miya! Apa tujuannya keliling, panas-panasan begitu di pasar? Apalagi, penampilannya kucel dan dekil! Astaga, Mama malu banget kalau sampa
Baca selengkapnya
5. Bertengkar
Bab 5 BertengkarSetelah berpamitan pada Olga. Elang mengendarai mobilnya ke rumah dengan kecepatan tinggi. Dia sudah tak sabar, ingin bertanya perihal video itu. Sampai di rumah, Elang yang terbiasa rapi, kini terlihat asal-asalan meletakkan mobilnya di pekarangan. Dia turun dari kendaraan beroda empat itu, lalu membawa kakinya melangkah ke rumah.Membuka pintu dengan mudah, dia terkejut saat mendapati Miya masih berada di ambang pintu kamar dengan wajah pucat. Wajahnya kusam, penampilan lusuh dengan kulit yang mulai kering. Miya mengerjapkan matanya berkali-kali. Dia seakan tak percaya, bahwa suaminya sudah berdiri di hadapannya saat ini."M—mas!" panggil Miya tergagap. Wanita itu bergegas maju ke depan. Dia meraih tangan Elang, lalu menciumnya."Tunggu, Mas! Biar aku siapkan air hangat untuk mandinya, ya!" Buru-buru sekali Miya membalikkan tubuhnya. Namun, baru selangkah saja dia mengayunkan kaki. Tangan kekar milik Elang sudah menahannya lebih dulu."Sini dulu! Ada sesuatu yang in
Baca selengkapnya
6. Mengaku?
Bab 6 Mengaku?"Sebenarnya, apa sih, Miya? Sudah dari kemarin ya, aku tanya baik-baik sama kamu! Sebetulnya apa sih, yang kamu sembunyikan dari aku? Kenapa kamu diam aja?" Elang semakin murka dan Miya masih diam saja."Coba berikan satu alasan padaku. Kenapa bisa siang-siang, kamu malah keluyuran di tengah pasar dengan keadaan kusam dan penampilan dekil begitu? Mana pakai bantuin orang angkat-angkat barang!Kamu butuh uang?" tanya Elang kini dengan nada tinggi.Sebetulnya dia tidak tega, jika harus berkata kasar. Apalagi menaikkan nada bicaranya pada sang istri. Hanya saja, rasanya Elang sudah emosi sekali.Dia hanya berharap bahwa Miya itu mau, untuk menjelaskan semuanya. Bukan malah diam seribu bahasa, yang membuat pikirannya justru semakin menebak-nebak. Hal apa yang dilakukan oleh wanita itu di belakangnya?"Iya, Mas, maaf! Aku juga melakukan hal itu di sela-sela waktu luang kan? Aku juga tidak melalaikan kewajibanku untuk melayanimu.Maafkan aku, jika aku tidak meminta izin terle
Baca selengkapnya
7. Membuntuti Miya
Bab 7 Membuntuti Miya"Udahlah, kamu nggak perlu tau, Miya! Kita nggak usah bahas ini lagi," ujar Elang.Setiap pulang dari bekerja, yang Elang butuhkan hanyalah sambutan hangat dan kasih sayang dari Miya. Tapi, akhir-akhir ini hanyalah pertengkaran yang dia dapatkan. Maka dari itu, Elang ingin menyudahi semuanya. Dia hanya mau damai dan tentram hidup berumah tangga.Miya sendiri juga tak mempermasalahkan hal itu lagi. Dia kembali melayani suaminya dengan baik, mereka berbaikan dan saling mengobrol hingga berujung bersenda gurau.Keesokan harinya, seperti biasa Elang hendak bekerja. Dia pamit pada Miya pergi ke kantor. Tak lupa, Elang kembali mengingatkan pada istrinya. Untuk tidak mencari pekerjaan tambahan di luar lagi, apalagi bekerja keras dan panas-panasan. Keluyuran di siang hari. Elang sudah mewanti-wanti Miya."Nanti aku pulang agak malam, ya! Hari ini aku rencananya mau ambil lemburan lagi. Kamu nggak papa kan, aku tinggal sendiri sampai malam? Ingat, ya! Jangan lagi keluyura
Baca selengkapnya
8. Menyetujui Permintaan Olga
Bab 8 Menyetujui Permintaan Olga"Tapi ... aku cinta sama Miya, Ma. Mana mungkin aku berkhianat padanya," ujar Elang dengan nada lelah."Kamu cinta sama dia, tapi apa dia cinta sama kamu?" Bibir Olga mencebik mengejek.Elang langsung terdiam karena dia bingung menjawab pertanyaan mamanya tersebut, karena bagaimanapun juga dia sendiri merasa ragu akan cinta Miya kepada dirinya.Jika memang istrinya itu mencintai dan juga menghargainya sebagai seorang laki-laki dan juga suami, maka wanita itu tidak akan pernah melakukan hal ini kepadanya. Setelah apa yang Elang suruh kepada dirinya, Miya masih saja keluyuran."Apa sih kurangnya kamu, hah? Uang perhatian apapun yang dia butuhkan selalu kamu berikan sama dia, bahkan kebutuhan orang tuanya di kampung sana kamu penuhi semuanya. Tapi tetap saja dia malah melakukan hal ini sama kamu!" kata Olga sambil melirik Elang dari ekor matanya."Mertuaku sakit, Ma, dan Miya bekerja untuk mencari biaya pengobatan mereka," kata Elang pada akhirnya."Dan k
Baca selengkapnya
9. Kembalikan Uangku!
Bab 9 Kembalikan Uangku!Elang dan Olga gegas berdiri mendengar pernyataan dari Runa barusan. Gadis yang baru duduk di semester 5 itu mendadak heran. Karena baru saja dia menemukan Miya boncengan dengan pria lain, dia pikir itu adalah Abangnya, tapi ternyata Abangnya berada di rumah. "Maksud kamu apa, Dek? Kamu jumpa Mbak mu di mana?" tanya Elang ingin tahu walau jantungnya berdebar-debar. Dia sungguh tak siap mendengar kenyataan bahwa Miya berselingkuh di belakang. Makanya perkataan Runa tadi mampu membuatnya terperanjat kaget. Runa melirik ke arah Olga sebentar untuk memastikan apakah dia diizinkan untuk melanjutkan ucapannya atau harus berhenti sampai di sini. Namun, saat melihat Olga mengangguk samar, bahkan nyaris tak terlihat, Runa kembali menatap Elang."Iya, Mas. Tadi aku melihat Mbak Miya di simpang keluar pasar berboncengan dengan laki-laki. Kebetulan aku tadi diantar sama temanku jadi nggak bisa nyamperin. Aku pikir itu Mas karena perawakannya mirip, makanya waktu melihat
Baca selengkapnya
10. Elang Gundah
Bab 10 Elang GundahElang bangun lebih pagi dari biasanya demi menghindari bertemu dengan Miya. Dari mulai shalat subuh, mandi, sampai bersiap-siap pun suara Miya mengigau tadi malam terus mengisi kepalanya. Bahkan pagi tadi Elang mengguyur rambutnya dengan shower untuk melupakan apa yang Miya katakan. Namun hasilnya nihil, Elang masih kepikiran bahkan saat waktu sarapan tiba. Miya masih sama seperti tadi malam. Sadar akan didiamkan pria itu, jadinya dia tidak banyak bertanya. Namun Miya tetap melakukan tugasnya seperti biasa. Sepiring nasi goreng yang Miya sediakan dengan berbagai topping telur, sosis dan bakso itu tidak Elang hiraukan. Entah kenapa nafsu makannya menghilang saat lagi-lagi suara Miya terbayang. Sudah hampir sepuluh menit sejak dia meletakkan nasi goreng itu ke atas meja makan dan kini Miya pun telah duduk di samping menikmati nasi goreng buatannya.Tangan Elang sibuk mengacak-ngacak nasi goreng itu dengan tatapan kosong. Miya menyadarinya, namun enggan untuk berta
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status