All Chapters of ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN: Chapter 261 - Chapter 270
277 Chapters
261. Mimpi Buruk
Aku langsung menahan tanganku ketika aku mendengar larangan dari suara yang sangat aku kenal. Segera aku menoleh dengan membawa keresahan yang menjadi tak bisa aku cegah untuk hadir. Saat ketika akhirnya tatapanku beradu dengan Mas Bara yang sekarang sudah berjalan mendekat, aku hanya bisa memandangnya nanar. “Sudah aku katakan pada kamu berulangkali untuk tidak mengganggu istriku, tapi kamu terlalu keras kepala!” sergah Mas Bara yang menjadi terang-terangan menunjukkan kebenciannya pada Mas Hilman yang memang sejak dulu selalu saja dia cemburui. Ketika kemudian aku melihat Mas Bara mulai menarik baju Mas Hilman dari depan dan bersiap untuk memberikan tinjunya, aku langsung menghadang di tengah-tengah mereka untuk menghentikan tindakan bodoh suamiku. “Mas, hentikan!” Saat mendapati aku menghalangi Mas Bara menjadi kian kecewa. “M
Read more
262. Kembali Mendatangi Makam Bapak
“Benar Rin bapak kamu sendiri yang sudah menyerahkan kamu sama aku,” tegas Mas Bara dengan penuh kesungguhan yang membuatku sulit untuk meragukan perkataannya itu.Dengan tatapan luruh aku terus memindai sosok tegap itu yang kini sudah mulai mendekat lalu duduk kembali di sisiku.Aku mulai mengangkat wajahku dengan sempurna untuk bisa menentang sorot matanya.“Saat kamu menjalani operasi akibat patah tulang tangan, aku sempat mendampingi bapak kamu dan meminta maaf atas apa yang sudah aku lakukan. Tapi nyatanya semua berada di luar kendaliku dan aku sama sekali tak pernah berniat untuk mencelakai bapak kamu.”Aku tak bisa menerima begitu saja pembelaan Mas Bara pada dirinya sendiri. Aku bahkan menganggap dia sedang mencari pembenaran dan tak mau terus menerus disalahkan seolah apa yang terjadi saat itu adalah sudah digariskan.Padahal seingatku aku melihat mobil yang melaju dari turunan di belakang kami berjalan dengan terla
Read more
263. Dugaan Ibu
 Sudah tiga hari semenjak kembalinya Mas Bara ke Jakarta, aku masih saja tak bisa membuang gelisahku. Nyatanya hatiku menjadi semakin tak tenang, semakin kerap dihinggapi bayangan wajah Mas Bara yang tampak begitu gusar ketika memilih untuk pergi. Aku bisa merasakan kalau bukan seperti ini yang dikehendaki oleh lelaki yang masih berstatus sebagai suamiku itu. Mas Bara tetap menginginkan aku kembali bersamanya, tapi dia malah tak memaksaku seperti yang dulu dia lakukan. Mas Bara telah banyak berubah dan seperti ingin aku melihat semua itu. Tapi sebagian hatiku tetap belum bisa mudah untuk memberikan dia kesempatan karena kesalahan itu seakan tak termaafkan. Apa yang sudah Mas Bara lakukan pada bapak terlalu sulit untuk dilupakan karena dia menjadi penyebab lelaki yang merupakan cinta pertamaku itu meregang nyawa. “Rin, sampai kapan kamu akan terus berdiam diri s
Read more
264. Kunjungan Penuh Kejutan
Aku terperangah dengan apa yang aku lihat sekarang. Rasanya semua ini bagai mimpi melihatnya kembali bahkan berada di tempat ini. “Mami Sally!” ungkapku tertahan sembari segera mendekat untuk menyambutnya dengan pelukan dan kecupan di punggung tangannya. Tapi sejurus kemudian aku mendengar suara yang sangat aku kenal yang segera membuatku mengangkat wajah. “Kamu tidak ikut memelukku juga Rin?” Aku semakin melebarkan senyuman saat melihat sosok yang telah cukup lama tak aku temui. “Oma!” ungkap ikut memeluk sosok yang kini membalas senyumanku dengan sangat antusias. “Rindu,” gumam Oma sembari memandangku lurus, “apa kamu tidak merindukan aku?” tanyanya kemudian. “Tentu saja aku merindukan Oma,” jawabku sembari memberikan pelukan yang kian erat untuk nenek dari suamiku
Read more
265. Sebuah Tanggung Jawab
Mami Sally menatapku dengan semakin lekat malah kian menggiringku dalam kegelisahan. Dugaanku sebentar lagi mami akan mengulik tentang apa yang terjadi pada pernikahanku dengan Mas Bara.“Mami hanya ingin mengetahui pendapatmu tentang seseorang yang telah membuat kesalahan apa menurutmu dia tetap bisa diberi kesempatan?”Tetap saja Mami Sally berbicara dengan sangat hati-hati.Aku membalas tatapannya dengan lebih lekat sembari menarik nafas lebih dalam. Aku sudah bisa menduga ke mana arah pembicaraan ini.Sementara saat ini aku melihat oma sedikit menjauh tampak berpura-pura menikmati pemandangan area persawahan, jelas oma sedang memberikan aku dan mami kesempatan untuk berbicara.“Apa Mami bermaksud ingin membicarakan tentang Mas Bara?”Aku mengunggah pradugaku dengan lebih lugas.Mami termangu sesaat memandangku dengan lebih dalam.“Apa menurutmu Richard layak untuk mendapatkan kesempatan?”Pada akhirnya mami mengungkapkan maksud hatinya dengan lebih lugas.Aku mengernyit gelisah se
Read more
266. Pertemuan Dengan Mas Rahmat Di Makam Bapak
“Atau kamu memang ingin Richard mempertanggungjawabkan perbuatannya dengan menyerahkan diri kepada kepolisian?” Aku menjadi sangat tersudut ketika mendengar pertanyaan mami yang terlalu lugas dan menyudutkan. Tanpa sadar aku mulai menggelengkan kepala. Walau sekuat apapun kecewa yang membekap hati rasanya aku tak akan sanggup jika ayah dari anak-anakku sampai mendekam di penjara. Sontak aku memalingkan wajah ke arah lain menjadi sangat gelisah untuk sekedar menentang tatapan dari ibu mertuaku yang menjadi semakin terlihat lugas. Perlahan aku menarik nafas panjang demi sekedar meredakan rasa nyeri di perutku yang mendadak hadir kembali. “Kalau memang kamu menginginkan Richard di penjara untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya, aku tak akan mencegahmu karena nyatanya memang setiap kesalahan harus tetap mendapatkan balasan.” Ketika mend
Read more
267. Sebuah Pertimbangan
“Peristiwa apa Mas?” Dengan tatapan semakin lugas aku menyergap ke arah Mas Rahmat yang sekarang bahkan membalas pandanganku dengan sorot mata yang gelisah. “Kamu pasti tahu apa yang aku maksud, peristiwa saat bapak tertabrak mobilnya Pak Mandor.” Segera aku mengernyitkan dahi sembari memandangnya lugas. “Memangnya apa yang kamu ingat?” cecarku ingin tahu. Mas Rahmat menarik nafasnya dalam tampak sedikit berat untuk mengungkapkannya atau mungkin dia sedang berusaha mengingat sesuatu bila dilihat dari kerutan di dahinya yang tampak sangat jelas. “Sebenarnya Rin saat peristiwa itu terjadi aku berada tak jauh dari tempat kejadian itu. Aku sedang dalam perjalanan ke rumahku bersama Yuni dulu, karena semalaman aku berada di rumahnya Pak Kades untuk ikut bantu-bantu di sana pas ada acara syukuran atas lulusnya Hilman dan me
Read more
268. Permintaan Terakhir Ibu
Aku memandang luruh pada wajah ibu yang masih saja tampak pucat. Gelisah kian mendera hingga aku mengabaikan dengan telak segala lelah yang seharusnya membuatku disergap rasa kantuk.Tapi aku tetap bertahan terjaga, menunggui ibu yang baru saja telah melewati masa kritisnya.Resah yang menekan kalbu membuatku terus memandangi wajah yang kini semakin menua itu.Sampai akhirnya mata yang sebelumnya terus terkatup itu mulai terbuka dan langsung menyergapku dengan lekat.“Rin, kamu masih di sini Nak?” tanya Ibu yang malah mengunggah kecemasannya terhadapku.Segera aku mendekat dan meraih tangan lemahnya untuk bisa aku genggam dengan lembut.Aku menghaturkan segaris senyuman menegaskan rasa bahagia kala melihat kembali sinar di matanya.“Tentu saja aku harus di sini karena aku tak mau meninggalkan ibu,” gumamku lirih.Ibu menggeleng lemah dengan tatapan yang masih tersorot padaku.“Lalu bagaimana dengan anak-anak kamu?”“Mereka bersama mami dan oma di rumah, jadi Ibu tak usah mencemaskan a
Read more
269. Sesuatu Terjadi Pada Mas Bara
 Setiap orang bisa menganyam harapan tapi Tuhan yang akan menentukan segalanya. Walau berbagai macam cara telah diusahakan nyatanya, kehendak Tuhan yang tetap berlaku. Takdir telah menggariskan bahwa saat ini adalah perpisahan kami. Hatiku terus memendam rasa kehilangan yang bahkan membuatku terus menangis kala melepas jenazah ibu di pemakaman. Kini jasad yang sosok yang sangat aku sayangi itu telah berbaring di sisi makam bapak. Mereka akhirnya bersama lagi yang membuatku menghadirkan kembali segala kenangan kebersamaan keluarga kami dulu di permukaan ingatan. Tangisku semakin kuat nyaris menyedot segala ketegaran meski oma dan mami mendampingi untuk menguatkan.  Sampai akhirnya semua saudaraku ikut mendekat dan kami mulai saling berangkulan berusaha untuk saling menularkan ketegaran. Bahkan Laras telah kembali dari Australia mengejar penerbangan pertama demi bisa ikut mengantarkan ibu menuju peristira
Read more
270. Kembali Lagi Ke Kota
 “Sesuatu telah terjadi pada Richard!” Ketika oma memekikkan nama suamiku segera aku mendekat dengan hati yang sudah diselimuti kabut kecemasan. “Ada apa dengan Mas Bara, Oma?” tanyaku menjadi kian khawatir. Sementara mami malah menatapku dengan gamang dan mulai menghampiriku untuk bisa memelukku dengan lembut. “Kita harus kembali ke Jakarta hari ini juga Rin.” Mami berucap dengan sangat sungguh-sungguh. Hatiku menjadi kian kuat memendam praduga yang buruk. Aku merasa sangat yakin jika sesuatu telah terjadi pada suamiku saat ini. “Katakan padaku, apa yang sudah terjadi Mi?” desakku semakin gelisah. “Richard membutuhkan kamu,” balas mami masih dengan mengunggah gurat kecemasan di wajahnya. Aku mengernyit penuh kecemasan.
Read more
PREV
1
...
232425262728
DMCA.com Protection Status