"Pangeran Naim, apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya Jaka dengan ekspresi cemas.Ekspresi Naim terlihat putus asa. "Kamu tanya aku, jadi aku harus tanya siapa? Kedua dokter sudah mati dan wabah juga nggak bisa dikendalikan, sekarang malah muncul kabut beracun yang mematikan lagi. Menurutmu, aku harus bagaimana menghadapi semua ini? Sekarang kepalaku terasa mau meledak.""Pangeran Naim, bagaimana kalau kita mundur dulu? Kalau kabut beracun ini terus menyebar, kota ini akan hancur. Kalau kamu tetap di sini, nyawamu akan dalam bahaya," bujuk Jaka."Mundur? Mundur ke mana? Kalau Kota Wuga ini hancur, masa depanku juga hancur," balas Naim dengan ekspresi muram.Semua orang tahu tugas mengendalikan wabah kali ini adalah ujian dari ayahanda. Jika performa Naim bagus, mungkin dia akan menjadi pewaris takhta. Namun, jika performanya buruk, impiannya akan hancur selamanya. Setelah berusaha sampai sejauh ini, dia mana mungkin rela melepaskan takhta yang sudah hampir jatuh di tangannya."P
Baca selengkapnya