Setelah meninggalkan hutan bambu yang aneh itu, Misandari dan rombongannya mengikuti arah yang ditunjukkan oleh pria tua berjubah, lalu menuju ke arah tenggara.Semakin mereka melangkah ke dalam hutan bambu, kabut di sekitar tampak semakin tebal. Suara gesekan lembut daun bambu yang biasanya menenangkan kini lenyap, digantikan oleh kesunyian yang menimbulkan rasa tak nyaman. Aroma segar bambu yang semula samar, kini bercampur dengan bau manis anyir yang sulit dijelaskan."Nona, apa kata pendeta tua itu bisa dipercaya?" tanya Zara dengan suara rendah, matanya mengamati sekeliling dengan waspada.Misandari menggeleng pelan, wajahnya serius. "Sulit dibilang, tapi ini satu-satunya petunjuk yang kita punya."Kalau bukan karena Luther, seorang ahli tingkat apsara bumi, yang menemani mereka, Misandari pasti tidak berani mengambil risiko sebesar ini.Sekitar dua jam kemudian, seperti yang dikatakan pria tua itu, tampaklah sebuah lembah dalam di depan mereka.Pintu masuk lembah itu sempit, diap
Magbasa pa