Setelah beristirahat sejenak, Misandari menghela napas. Setelah itu, dia berbalik dan menatap orang-orang yang masih tersisa. Tatapan Logar terlihat penuh tekad, sedangkan dua pengawal lainnya tetap menggenggam senjata mereka dengan erat padahal wajah mereka pucat. Zamer yang kehilangan satu lengan bersandar pada dinding batu dengan tatapan kosong sekaligus tenang karena pasrah.Sementara itu, Misandari melihat Zara menatapnya dengan ekspresi khawatir. Pada akhirnya, tatapannya terjatuh pada Luther yang masih memejamkan matanya, seolah-olah segala kekacauan di luar tidak ada hubungannya dengannya. Melihat Luther yang sangat tenang, entah mengapa hatinya yang tadinya gelisah malah menjadi agak tenang."Ayo kita pergi," kata Misandari dengan nada yang kembali dingin seperti biasanya, tetapi penuh dengan tekad.Luther membuka matanya tepat waktu, lalu menganggukkan kepala dan tidak mengatakan sepatah kata pun. Dia melangkah menuju sisi lain dari gua terlebih dahulu, sebuah lorong sempit y
Read more