"Aokun, terimalah hukumanmu!" Luther mengarahkan pedang panjangnya dari kejauhan. Suaranya sedingin es.Wisesa mengibaskan kocokan ekor kuda di tangannya. Diagram yin-yang perlahan menekan.Kido mengepalkan tangan, tampak tak sabar untuk ikut bertarung. Namun, tepat ketika semua orang mengira hasil pertempuran sudah ditentukan, wajah Aokun tiba-tiba menunjukkan senyuman yang sangat aneh. Campuran kegilaan, kekejaman, dan tekad."Hukuman? Kalian pikir kalian bisa?" Aokun tertawa serak. Tatapannya menyapu ke arah Camila, Ruben, dan Kimu yang berada tak jauh dari sana. Masing-masing sedang tersegel atau tergeletak karena terluka parah.Di matanya muncul kilatan ketamakan dan kekejaman yang sama sekali tak disembunyikan. "Bisa memaksaku menggunakan teknik ini ... kalian seharusnya merasa bangga!"Detik berikutnya, dia merentangkan kedua lengan, mulai melafalkan mantra kuno yang aneh dan jahat.Seiring mantra berkumandang, cahaya emas di tubuhnya mendadak berubah menjadi hitam pekat. Sebuah
Read more