All Chapters of KEKASIHKU BUKAN BODYGUARD BIASA : Chapter 41 - Chapter 50

"Kamu kenapa bisa seperti ini, apa benar kamu ke club malam?" Aruna tidak menjawab. Dia sedikit mendorong tubuh Alexei hingga pelukan laki-laki itu terlepas. Namun, Alexei justru menatapnya dalam menunggu jawaban Aruna. "Aku nggak tahu, Alexei!" "Tidak tahu?" ulang Alexei curiga. "Pertama, kamu mengambil keputusan sepihak, mengakhiri hubungan kita. Lalu kamu pergi ke club malam dan berakhir seperti ini. Wajahmu terluka, kamu hampir saja melakukan hubungan badan dengan preman itu! Kamu bilang tidak tahu, Milyy? Lalu, Gerald, kamu mengatakan dia bukan kakakmu, padahal Gerald mengakuimu sebagai adiknya!" cecarnya mulai jengkel. Aruna memejamkan mata. Hati Aruna terlalu sakit menerima kenyataan, Bagaskara bukan ayahnya. Apalagi, Aruna disebut anak haram. Dulu, Aruna mengira hanya sang ibu yang tidak menginginkannya. Namun, Bagaskara justru memberi Aruna rasa sakit yang lebih dalam. Aruna mengerjap hingga air matanya jatuh ke pipi. "Bagaskara is not my father. But Gerald said, we are

Bagaskara mengangguk sekali lagi. "Sampaikan pada Elang, aku menawarkan kerja sama yang lebih menguntungkan daripada sekadar Bumi Perkasa!" Orang kepercayaan Elang itu terdiam. Dia menyimak setiap ucapan Bagaskara. Bagaskara tersenyum sekilas mendapati lawan bicaranya mulai melunak. "Bagaimana?" Bagaskara memastikan. "Bumi Perkasa sekarang mengalami defisit. Apa Elang mau mengelola dan membuat perusahaan itu seperti sepuluh tahun lalu?" Bagaskara masih berusaha negosiasi. "Baiklah, akan saya katakan pada Tuan Elang." Laki-laki itu mengangguk menyetujui. "Jika Anda ingkar satu kata saja, saya pastikan Anda tidak bisa melihat matahari lagi!" ancamnya sambil menyimpan pistol ke belakang pinggang. Kembali Bagaskara tersenyum satu sudut. "Saya pebisnis sukses, tidak mungkin ingkar janji. Asalkan Elang tidak macam-macam pada kerja sama ini!" Laki-laki itu menegakkan tubuh. Dia menatap sebentar pada Bagaskara. "Tuan Elang bisa menghancurkan siapa pun! Ingat itu, Tuan Bagaskara!" Baga

Kemolekan tubuh Aruna seperti candu buat Alexei. Keduanya terus meniti puncak kenikmatan. Seprei yang tadi tertata rapi, kini sudah kusut masai. Bahkan, bantal dan pakaian mereka berserakan di bawah tempat tidur begitu saja. Suara desahan lirih bersahutan di kamar mewah itu. Aruna melenguh berkali-kali. Dia mencengkeram seprei dengan erat, ketika sang kekasih memujanya di puncak kenikmatan. Alexei mencium bibir basah Aruna, lalu mendekap tubuh molek itu. "Thank you, Milyy. I love you," bisik Alexei sembari mengatur napasnya. Aruna mengusap keringat di dahi Alexei, lalu memeluk bahunya. "Biar begini dulu, Alex!" balasnya, lalu mencium pipi Alexei. Berulang kali, Alexei menciumi wajah lembab Aruna sembari memuji kekasihnya. Alexei tidak mau lagi kehilangan Aruna. Di bawahnya, Aruna mencibir, meledek Alexei sedang mengucapkan rayuan gombal. Alexei tertawa kecil. Dia seperti kehilangan kewarasan, ketika dekat dengan Aruna. Laki-laki itu sedikit mengangkat tubuh, mengambil handphone y

Mobil jenis hatchback itu, berhenti di halaman rumah sederhana. Aruna menoleh sekilas pada Alexei yang justru bersiap turun. "Kamu yakin ini rumahnya, Alex?" Bahu Alexei terangkat sekilas. "Iya, sesuai foto dan nomornya!" Aruna ikut turun memperhatikan bangunan sederhana itu. Rumah dengan desain minimalis itu sangat terawat dan bersih. Hal itu tampak dari bunga-bunga yang tumbuh subur di sekitarnya. "Desa ini mengingatkanku dengan Astrakhan, Milyy." Mendengar ucapan Alexei, Aruna langsung menatap laki-laki itu. "Oh, ya? Tapi suasananya beda, pastinya!" tebaknya. Alexei mengangguk membenarkan. "Ya, di belakang rumah ada danau. Kalau musim panas banyak angsa berenang. Ketika musim dingin, kami jadikan tempat bermain ice skating!" Aruna semakin antusias. Dia menggeser posisi di samping Alexei yang bersandar pada pintu mobil. Alexei menoleh, lalu merangkul bahu Aruna. "Seminggu lagi, kita menjadi suami istri, Milyy. Bagaimana perasaanmu?" tanya Alexei, lalu menurunkan tangannya.

"Saya yang jadi walinya Aruna, Pak Halim!" Aruna melongo melihat Elang bersama Gerald. Dia melirik Alexei yang justru menunjukkan sikap tanpa ekspresi. Elang dan Gerald mendekat. Tatapan Elang berkabut pada Aruna. "Ngpain Kak Gerald bawa dia ke sini? Jangan mendekat! Aku nggak pernah mengundangmu ke sini, Elang!" Aruna muak melihat sikap tidak bersalah Elang. Elang sudah menguasai harta Bagaskara. Lalu, sekarang? Dengan tidak tahu malu, dia datang ke pernikahannya. Elang mengangguk samar. "Tapi aku yang menyiapkan semua ini, Aruna. Resort depan itu milikku. Perkebunan teh dan rumah itu juga milikku!" ucapnya santai. Aruna tersenyum miring. "Hh, mulai ngaco! Atau memang hobi kotormu merebut milik penduduk desa ini?" cibirnya sewot. Terdengar decakan dari mulut Elang. "Aku nggak sekotor itu, Aruna!" bantahnya ketus. "Kalau begitu, aku akan pergi dari sini. Kami bisa menikah di tempat lain!" Aruna segera menarik tangan Alexei. "Alex, ayo kita pergi!" Namun, Alexei justru bergemi