All Chapters of Bangkitnya Istri yang Dikhianati: Chapter 21 - Chapter 30
276 Chapters
Part 21. Tamu Tak Diundang
“Melibatkan diri sampai akhir? Apa maksud Bapak dengan itu?” Binar mengulangi ucapan Kala. Menatap lelaki itu dengan serius menuntut penjelasan. Binar tidak ingin salah menafsirkan sehingga membuatnya salah paham. Kala bukanlah lelaki yang mudah dipahami. Jadi dia tak ingin menarik kesimpulan yang membuatnya tersesat semakin jauh. “Kamu bisa menjadikan saya senjata untuk menghadapi suamimu dan keluarganya. Karena yang sekarang mereka tahu, saya adalah orang yang sedang dekat dengan kamu.” “Jadi, apa yang sebenarnya Bapak dan Rasya bicarakan semalam?” Seolah mendapatkan kesempatan untuk mengungkit jawaban yang dibutuhkan, Binar kembali bertanya. Mengabaikan ucapan yang baru saja dilontarkan Kala kepadanya. Kala menatap Binar tanpa ekspresi, sebelum menjawab seadanya. “Intinya dia tidak suka saya dekat dengan kamu. Dan meminta agar saya menjauhi kamu.” Binar mendengus kecil. “Apa dia nggak tahu malu dengan mengatakan itu? Dia bahkan sudah melakukan sesuatu yang tak bermoral.” S
Read more
Part 22. Perdebatan Menyebalkan
“Proses perceraian?” Bu Yuni tidak mampu menutupi keterkejutannya. “Bi, jangan bercanda dengan hal-hal seperti ini.” Ibu Binar masih tidak percaya dengan informasi yang didengar. “Ibu lihat kalian baik-baik saja selama ini. Dia juga sayang sama kamu, mertuamu juga baik. Lalu apa alasannya? Apa karena lelaki tadi?” Binar seketika menatap ibunya dengan kening berkerut. Laki-laki tadi? Kala maksudnya? Oh, tentu saja ibunya akan berpikir sampai sejauh itu, karena memang dia tadi bersama dengan Kala dengan posisi berpegangan tangan. Hal itu cukup membuat ibu Binar curiga. Inilah yang tidak disukai ketika ada salah satu keluarganya tahu tentang masalahnya. Mereka tidak akan membuat masalahnya selesai, tapi justru bertambah. Akan ada banyak pertanyaan dan dugaan yang ditujukan kepadanya. “Jadi benar, karena lelaki tadi?” Karena Binar tidak kunjung menjawab pertanyaan ibunya, maka dugaan itu menjadi-jadi. “Bukan!” Binar menjawab tegas. “Lelaki tadi bosku dan dia nggak ada sangkut paut
Read more
Part 23. Sikap Aneh Kala
Binar masih belajar berdamai dengan masa lalu menyakitkan terkait orang tuanya. Masih berusaha untuk melupakan segala hal buruk yang pernah ditorehkan oleh mereka. Keinginan terbesarnya dulu setelah menikah adalah tidak ada perceraian, tapi nyatanya dia mengikuti jejak orang tuanya. Binar tersenyum miris. Mengutuk dirinya sendiri karena tidak mampu mempertahankan rumah tangganya bersama dengan Rasya. Tapi, siapa yang akan bersedia tetap bersama dengan orang yang tidak setia? Tentu saja tidak ada. Pun, dengan Binar. Deringan ponselnya membuat Binar membuyarkan lamunannya. Nama kepala bengkel muncul dan Binar segera menerimanya. Kepala bengkel mengatakan jika dia harus melakukan pelunasan karena mobil Kala sudah selesai diperbaiki. Tentu saja itu kabar yang baik. Dengan begitu dia sudah bebas masalah tentang mobil Kala. “Kamu mau ke bengkel ‘kan?” Binar menoleh ke arah sumber suara ketika mendengar orang yang berbicara dengannya. Binar mengangguk. “Iya, Pak.” “Kita ke sana sama-sam
Read more
Part 24. Membingungkan
“Apa yang Bapak lakukan di sini?” Binar baru saja keluar dari rumah dan hendak pergi ke kantor ketika dikejutkan oleh keberadaan Kala di depan rumahnya. Lelaki itu berdiri sambil menyandarkan tubuhnya di mobil miliknya. Mobil yang baru selesai diperbaiki itu sudah dipakai kembali. Kala pun tidak sendirian, ada dua lelaki lain yang menggunakan seragam montir berdiri tak jauh darinya. Langkah Binar sempat memelan saat melihat sosok Kala. Dalam kepalanya bertanya apa yang tengah dilakukan oleh Kala di rumahnya. Dan saat dia sudah membuka pagarnya, Kala dengan seenaknya bersuara. “Itu mobilnya.” Begitu katanya tanpa memberikan jawaban atas pertanyaan Binar, Kala menunjuk salah satu mobil Binar yang terparkir di garasi. Dua montir itu mengucap permisi kepada Binar sebelum melewati perempuan itu dan berjalan mendekati mobil yang Kala tunjuk. Melihat dengan seksama mobil tersebut dan sedikit pengecekan. Jika dilihat dari belakang, mobil itu tampak baik-baik saja. Tapi saat dilihat dari d
Read more
Part 25. Kepura-puraan
“Lo gila, Kal!” Ramon sedikit memekik ketika mendengar tujuan Kala akan menikahi Binar. Lelaki itu tidak akan pernah setuju dengan rencana Kala. Binar adalah sahabat Ramon yang paling disayangi. Dia tak ingin perempuan itu akan mengalami kegagalan untuk kedua kalinya. “Bukannya untuk melupakan seseorang kita perlu orang baru untuk membantu?” Kala menatap Ramon seolah tanpa dosa. “Jadi gue pikir ini cara yang baik. Gue dan Binar bisa sama-sama saling menguntungkan.” “Lo bisa cari orang lain, Kal. Bukan Binar.” “Kenapa harus orang lain kalau ada orang yang gue rasa cocok untuk gue.” “Lo gila. Binar sahabat gue, lo juga sahabat gue. Tapi gue nggak setuju dengan ide lo yang di luar nalar.” Ramon melotot marah mendengar penuturan Kala yang terdengar menyebalkan di telinganya. Yang membuat Ramon tampak uring-uringan adalah ketika Kala memiliki rencana, maka dia tidak akan mundur sampai dia mendapatkannya. Kekhawatiran di dalam hati Ramon tentu saja melambung begitu tinggi. Dia m
Read more
Part 26. Pertemuan Darurat
“Kenapa kamu sekarang jadi hitung-hitungan begini?” Rasya protes kepada Nindi saat mereka sudah ada di dalam kamar. “Bukankah sebelum menikah, aku selalu kasih uang ke kamu? Aku dulu jarang kasih uang ke Binar tapi aku nggak pernah lupa kasih jatah buat kamu. Saat itu kita belum menikah, lho,” lanjutnya lagi untuk mengingatkan Nindi. Rasya tampak geram, tapi Nindi justru bersikap biasa saja. Perempuan itu menatap Rasya sebelum menjawab. “Kita dulu pacaran itu diam-diam, Mas. Kalau aku dan kamu ketahuan selingkuh, aku yang dirugikan. Rasanya pantas kalau aku mendapatkan uang ‘tutup mulut’ agar aku bisa mengontrol sikapku. Jadi, uang yang dulu kamu kasih ke aku, seharusnya kamu nggak pernah mengungkitnya lagi.” “Aku nggak akan mengungkitnya kalau sekarang kamu bisa sedikit lebih bijak, Nindi. Dengan kamu mengatakan tentang jatah bulanan di depan Mama, dan mengatakan kami datang nggak bawa apa-apa, itu sama aja kamu ngerendahin aku secara nggak langsung.” “Ngerendahin gimana sih, Mas?
Read more
Part 27. Menerima Tawaran
Pengusiran itu apakah lantas membuat ‘tamu’ Binar itu pergi meninggalkan rumahnya? Tentu saja tidak. Sejak dia mengatakan fakta yang sebenarnya, baik ayah dan ibunya menatap Rasya dengan ekspresi penuh permusuhan. Pak Amir terlihat emosi dengan tangan terkepal erat. Bu Yuni pun melotot marah. Bagaimanapun, Binar adalah putrinya, mereka akan sakit hati ketika putrinya dikhianati.“Berdirilah Rasya!” Pak Amir berdiri kemudian menggulung lengan bajunya. Kepalan tangannya tidak terurai dan justru semakin menguat. Rasya yang melihat itu tampak terkejut, tapi dia memilih diam. Sudah bisa dipastikan apa yang akan dilakukan oleh ayah mertuanya itu kepadanya. Dia pasti akan dihajar habis-habisan oleh lelaki paruh baya tersebut karena sudah melukai Binar. “Saya bilang, berdiri!” Pak Amir membentak Rasya sehingga suaranya mengaung di ruang keluarga tersebut. Rasya hampir berdiri ketika suara Binar mengudara. “Ayah tidak perlu melakukannya,” cegah Binar tahu apa yang akan dilakukan oleh sang a
Read more
Part 28. Makan Malam 
Kala membaca chat yang Binar kirimkan kepadanya. Tatapannya tidak terbaca, tapi setelahnya ada seringaian kecil muncul di bibirnya. Tidak tahu apakah ada sesuatu yang tengah memengaruhi Binar dengan keputusan yang diambil, tapi apa pun itu, Kala merasa puas. Tidak kurang enam bulan lagi, dia pasti akan menikah dengan perempuan itu. “Jadi kamu sudah memikirkan keputusan yang kamu ambil?” Keesokan harinya, Binar dipanggil Kala masuk ke dalam ruangannya untuk membicarakan masalah tersebut. “Keputusan apa yang Bapak maksud?” tanya Binar pura-pura bodoh. Dia bahkan tidak dipersilakan untuk duduk oleh bosnya tersebut. “Kamu tahu maksud saya.” Kala memberikan atensinya pada Binar tanpa beralih sama sekali. “Chat kamu yang semalam, itu bukan karena kamu mimpi ‘kan?” Binar tidak bereaksi. Ekspresinya juga begitu dingin dan tampak tidak bersahabat. Kemudian satu jawaban lolos membuat Kala hampir mengumpati perempuan itu. “Ini di kantor, Pak. Pembahasan masalah pribadi seharusnya dilakukan
Read more
Part 29. Si Frontal Kala
Kala tampak tidak terpengaruh dengan pertanyaan Anton dan dengan santainya dia menyuapkan ayam ke dalam mulutnya. Iseng. Mulut Anton memang sering seperti itu. Kala memang belum terlalu mengenalnya, tapi dia juga bisa melihat ketika Anton bersama dengan teman-temannya, ada saja ulahnya yang membuat geram. “Binar!” Nama itu terlontar. Membuat satu meja itu tampak terkejut. Tidak tahu apakah itu sebuah jawaban yang Kala berikan, atau hanya ingin mengungkapkan sesuatu kepada perempuan itu. Sedangkan Binar bahkan terlihat membeku. Kini mereka semua menunggu dengan harap-harap cemas atas kelanjutan jawaban Kala. Tapi selanjutnya mereka semua justru mendesah kecewa. “Kamu sudah berapa lama kerja dengan Anton?” tanya Kala dengan santai. “Kamu nggak merasa dia merepotkan?” Binar menatap Kala yang kemudian menoleh pada Anton. Ada seringaian tipis yang terlihat. “Namanya orang marketing, Pak. Harus bisa improvisasi.” Anton mendengus kesal. “Saya tanya apa, jawabannya malah buat orang keki.
Read more
Part 30. Lebih Serius
Kala masih berada di depan rumah Binar meskipun perempuan itu sudah masuk ke dalam rumah. Menarik napasnya panjang, Kala membuka jendela mobil, mengeluarkan rokok dari dashboard mobilnya, lalu menyalakannya. Menghisap nikotin tersebut dengan santai sambil menumpukan kepalanya pada kepalan tangannya. Lelaki itu masih belum berniat untuk pergi dari sana. Menikah. Kala pernah berpikir akan menikah lagi setelah dirinya menyandang status duda selama tiga tahun terakhir ini. Tapi di antara banyak perempuan yang dikenalnya, tidak satupun yang menarik perhatiannya. Tapi Binar, perempuan itu tentu menjadi pilihan yang tepat untuk saat ini dan waktu-waktu selanjutnya. “Kamu nggak ada niatan untuk menikah lagi?” Malam itu, malam di mana dia mengalami ‘kecelakaan’ yang membuatnya pada akhirnya mengenal Binar, dia mendapatkan pertanyaan itu dari ibunya. Ibunya yang selalu mendorong dirinya untuk segera kembali berkeluarga setelah kegagalan yang dialami. “Aku akan menikah kalau aku sudah bertem
Read more
PREV
123456
...
28
DMCA.com Protection Status