All Chapters of Bangkitnya Istri yang Dikhianati: Chapter 51 - Chapter 60
276 Chapters
Part 51. Fakta yang Binar Baru Tahu
‘Bi, kamu di mana?’ Satu kalimat itu muncul di ponsel Binar hanya untuk diabaikan. Binar enggan membalas, bahkan dia segera memblokir nomor Kala dari ponselnya. Binar butuh ketenangan sebelum kembali keluar dari persembunyiannya. Selama dia bekerja, dia tak pernah mengambil cuti tahunannya, sehingga dia mengambil cuti tambahan setelah cuti dua hari kemarin. Ada satu rencana yang sedang dia pikirkan sekarang dan dia akan merundingkannya dengan Ramon saat mereka bertemu nanti. Karena menuruti permintaan Binar, Ramon bahkan tidak menemui Binar saat mengantarkan koper berisi pakaian perempuan itu. Dia hanya menitipkan kepada resepsionis. Deringan ponsel Binar terdengar dan itu adalah nomor Ramon. “Ya, Ram?” “Lo oke ‘kan?” tanya Ramon di seberang sana. “Gue oke.” Binar beranjak dari kasur kemudian berdiri di depan dinding kaca di kamarnya. Menatap ke luar dengan pandangan dingin. “Gue mau rundingan sama lo tentang sesuatu, Ram.” “Bilang aja.” Tidak perlu menunggu sampai mereka
Read more
Part 52. Terkuak
“Pasti ada sesuatu yang fatal sehingga membuat Pak Kala harus turun dari jabatannya, Mbak.” Tidak ada yang mengejutkan Binar dibandingkan dengan informasi yang didapatkan hari ini. Hera memang sudah berada di perusahaan itu cukup lama, sehingga dia memiliki banyak informasi yang terpendam. Sekarang, Binar sudah tahu sedikit dan tentu ingin mendapatkan lebih banyak lagi. “Beliau hampir membuat perusahaan bangkrut, Mbak.” Hera kembali menjelaskan. “Menjadi pimpinan itu nggak gampang ‘kan, Mbak. Aku ingat betul waktu itu atasan selalu mengadakan rapat ini itu. Saham anjlok dan sebagainya. Saat itu, Pak Kala tengah galau karena perceraian yang terjadi. Kalau masalah konflik internal antara Pak Kala dengan keluarganya nggak ada yang tahu, Mbak. Tapi kalau masalah perusahaan, begitulah kira-kira yang terjadi.” Binar tentu semakin penasaran dengan lanjutan cerita Hera. Tapi bukan Hera yang bisa mengungkap semuanya, tapi Ramon. Binar yakin Ramon lah yang bisa menjawab semua pertanyaan ya
Read more
Part 53. Kebahagiaan Dibalik Kesedihan
“Gue nggak pernah dengar kalau Widi punya penyakit serius yang mengharuskan dia berobat sampai sejauh itu, Bi.” Ramon melotot ketika mengatakan kalimat tersebut. “Sial!” Ramon mengumpat kasar. “Ke mana otak Kala sebenarnya. Bisa-bisanya dia ninggalin lo dalam keadaan hamil dan memilih pergi dengan mantan istrinya!” “Dia minta gue waktu satu bulan dan setelah itu dia bilang nggak akan nemui Widi lagi.” Binar tersenyum sinis. “Bahkan dia cinta mati kepada mantan istrinya, Ram. Mungkin setelah mereka pulang dari sana, ikatan cinta itu akan semakin tumbuh dan berkembang.” Ramon mengusap wajahnya dengan kasar dan mengeluarkan umpatan yang tak henti dia lontarkan. “Gue yakin kalau orang tua Kala denger, ini akan menjadi masalah besar buat dia.” “Itulah kenapa gue nggak mau mereka tahu dulu.” “Lo nggak mau pisah sama dia?” “Gue udah janji gue nggak akan pernah bercerai dari dia.” “Gila!” Entah sudah berapa banyak kata-kata kasar yang Ramon keluarkan karena Kala dan Binar. Dia tidak p
Read more
Part 54. Dia Pergi
“Kakak percaya sama aku?” Untuk pertama kalinya Erza mendengar sesuatu yang terasa menghangatkan hatinya. Dan itu adalah dari kakak yang disayanginya. Tentu saja, reaksinya sedikit berlebihan. “Aku percaya sama kamu. Kamu bilang saja sama Ayah dan Ibu kalau kamu nemeni aku di sini. Kamu udah bilang sama Ayah kalau kamu kerja sama aku ‘kan?” tanya lupa menanyakan tentang itu kepada Erza. “Bilang dong, Kak. Tanggapan mereka bagus banget malah. Tapi aku khawatir kalau Ayah tiba-tiba datang ke sini bagaimana ‘Kak? Sedangkan Kakak nggak ada di rumah.” “Kamu tinggal bilang aja alasannya yang menurut kamu masuk akal.” Tidak ada salahnya Binar menjalin hubungan lebih dekat dengan adiknya. Toh dia tidak sedang tergantung dengan siapa pun sekarang. Erza tentu saja menyetujuinya dengan anggukan. “Kalau memang Kakak percaya sama aku, aku akan tinggal di sini untuk sementara. Aku akan bawa beberapa barangku ke sini.” “Boleh. Besok Bibi akan membersihkan kamar bawah, jadi kamu bisa menem
Read more
Part 55. Desakan
“Kasih tahu gue dia ada di mana, Ram. Ada hal yang perlu gue jelaskan ke dia.” Kala mendesak. Karena bagi Kala, tidak ada yang berhak atas Binar kecuali dirinya, karena dia adalah suaminya. Maka dia berpikir tidak ada yang boleh menghalangi dirinya bertemu dengan Binar, bahkan Ramon sekalipun. “Gue nggak bisa kasih tahu apa pun tentang dia. Akan ada saatnya dia muncul nantinya. Entah itu satu bulan, dua bulan, atau bahkan setelah dia melahirkan nanti. Kalau memang lo mau tunggu, lo boleh tunggu.” Ramon membuka mulutnya untuk memberikan jawaban yang tegas. “Lo memang suaminya, tapi lo nggak berhak datang dan pergi sesuka hati lo. Bukannya lo yang pergi lebih dulu meninggalkan dia? Bukan sebaliknya. Berdoa saja, Binar mau membukakan maaf dan memberikan kesempatan kedua buat lo.” Setiap kata yang Ramon ucapkan seolah membentangkan jarak antara Kala dan juga Binar. Menjauhkan hubungan suami istri yang sudah bermasalah sejak awal. Malam semakin kelam, aura permusuhan yang dikeluarkan ol
Read more
Part 56. Petaka Kedua 
Selagi ada kesempatan, Widi akan mengambil kesempatan tersebut sebaik-baiknya dan tidak akan menyerah meskipun Kala pernah mengatakan jika hubungan mereka hanya bisa untuk sebuah pertemanan. Namun Widi masih merasakan perasaan Kala kepadanya adalah sebuah perasaan cinta yang berusaha disembunyikan. Berbekal dari keyakinan itu, dia tentu saja ingin mendesak dan memengaruhi lelaki itu dengan semua kata-katanya. “Jangan bahas ini lagi, Di.” Kala akhirnya bersuara setelah mendengar pertanyaan Widi yang membuatnya semakin pusing. “Aku akan kembali dan beristirahat.” Kala meninggalkan Widi yang masih terdiam di tempatnya. Namun tak lama, perempuan itu menyusul. Tidak ada obrolan apa pun di antara keduanya sampai Kala keluar dari lift dan pamit seadanya kepada Widi. Kala melemparkan tubuhnya di sofa dengan keadaan unit itu gelap gulita. “Sebenarnya apa yang gue inginkan?” Kala bergumam pada keheningan yang menyerang. “Widi ada di sini. Gue menganggap selama ini gue masih mencintai dia.
Read more
Part 57. Ramon adalah Kunci
“Ma, kami nggak melakukan sampai sejauh itu.” Kala menjawab pertanyaan bernada tuduhan tersebut dengan keyakinan tinggi. “Kenapa Mama menganggap aku seburuk itu?” “Karena Mama tahu siapa perempuan yang kamu bela mati-matian itu. Dia bahkan tidur dengan lelaki lain yang bukan suaminya.” Image buruk yang Widi miliki akan terus melekat erat di dalam dirinya. Mau menyangkal seperti apa pun dia sekarang, bagi orang-orang di sekitar Kala, dia tetaplah perempuan hina. Dia tak ubahnya seorang perempuan pelacur di mata mereka. Kebencian orang tua Kala terhadap mantan menantunya itu begitu besar dan tidak akan bisa ditebus dengan apa pun. “Jangan mengelak lagi, Kala. Bilang sama kami di mana istrimu sekarang!” Ayah Kala lagi-lagi tampak tidak sabaran. “Aku … aku nggak tahu, Pa.” Jawaban itu membuat darah orang tua Kala mendidik lagi. “Dia menghilang.” Tak sabar karena ucapan Kala yang baginya sangat bajingan, sang ayah berdiri lalu menarik baju yang dikenakan putranya. Satu pukulan melayan
Read more
Part 58. Sudah Terungkap
Ramon sangat mengerti kekecewaan yang ibu Kala rasakan. Jangankan orang tua Kala, dia saja merasakan hal yang sama. Kala sungguh kelewatan. Kalaupun suatu hari nanti Binar berubah pikiran dan ingin menceraikan Kala, maka dengan senang hati dia akan membantu Binar untuk putus hubungan dengan sepupunya tersebut. Setelah orang tua Kala pulang dari apartemennya, Ramon segera menceritakan semuanya kepada Binar malam itu juga. Dia tidak ingin menundanya. Semakin masalah ini cepat berlalu, maka akan semakin baik. Di tempat yang berbeda, Binar baru saja mendapatkan informasi dari Ramon tentang orang tua Kala yang sudah mengetahui seluk beluk rumah tangganya yang tidak baik-baik saja. Maka dia berpikir sudah saatnya dirinya kembali dan menjelaskan kepada mertuanya. Memang, dia baru sebentar sembunyi untuk menghindari Kala. Tapi kepergiannya tidak akan membuat masalahnya selesai. “Bik, sepertinya kita akan segera pulang.” Begitu Binar berbicara kepada Bibi keesokan harinya. “Saya nggak bis
Read more
Part 59. Tak Pantas untuk Binar
Setelah Binar selesai bicara, tidak ada dari Kala atau kedua orang tuanya yang bersuara. Mereka hanya diam membisu seolah kehilangan semua kata-katanya. Binar pun tidak mendesak mereka untuk mengeluarkan pendapatnya, karena kedatangannya ke rumah itu hanya untuk berbicara dan menjelaskan yang terjadi antara dirinya dan Kala. Dia pun tidak berharap orang tua Kala akan membelanya dan menyalahkan Kala. Seperti yang dia bilang, semua keputusan ada di tangan Kala dan kedua orang tuanya. “Mama tidak bisa membayangkan perasaan sakit yang kamu rasakan, Bi.” Bu Fatma akhirnya bersuara. “Dalam keadaan hamil, tidak ada yang paling kita butuhkan kecuali suami kita. Tapi, kamu justru ditinggalkan suamimu di tengah malam dan itu untuk menemui perempuan lain. Mama nggak bisa membayangkan rasa sakit itu, Bi.” Binar tidak pernah menduga ibu mertuanya akan mengatakan itu alih-alih menudingnya dengan banyak kata makian. Perempuan paruh baya itu justru menempatkan dirinya pada posisi Binar sehingga t
Read more
Part 60. Diabaikan
Kala tidak pernah menyangka sang ayah akan mengatakan segala macam kalimat menyakitkan itu kepadanya. Saat dulu dia bertindak bodoh karena kepergian Widi, mereka tidak sekasar sekarang. Tapi jelas sekarang sangat berbeda. Kala menyakiti Binar si perempuan baik yang tidak pernah mengecewakan. Sedangkan Widi si perempuan selingkuh. Kala pergi dari rumah orang tuanya menuju rumah Binar. Dia akan ikut di mana istrinya tinggal. Itulah yang akan dia lakukan sekarang. Dia tidak ingin kehilangan Binar untuk kedua kalinya. Jadi bagaimanapun Binar akan memperlakukannya nanti, dia akan menerimanya dengan lapang dada. “Binar di kamar, Bik?” Kala bertanya kepada Bibi ketika melihat perempuan paruh baya itu di ruang keluarga. “Iya, Pak. Tapi Ibu pesan kalau jangan diganggu. Ibu sedang istirahat.” Kala hanya mengangguk kemudian naik ke lantai dua di mana kamar Binar berada. Saat dia membuka pintu kamarnya, Binar benar-benar tengah tidur dan terlihat sangat damai. Kala menutup pintu sepelan mu
Read more
PREV
1
...
45678
...
28
DMCA.com Protection Status