All Chapters of ISTERIKU JAMINAN HUTANG : Chapter 11 - Chapter 20
26 Chapters
BAB 10. DANIAL
Arum membeli dua botol Air mineral, dan empat bungkus roti untuk mengganjal perut.Dia ingin membeli nasi, tapi Arum yakin Alkana tidak akan mau memakannya."Tuan, minum dulu. Sama makan rotinya," tawar Arum sambil menyodorkan satu botol air mineral dan roti pada Alka.Alkana hanya terdiam, tatapanya kosong."Tuan?" Panggil Arum sekali lagi."Brisik Lo! Ga usah so perhatian. Gue masih inget banget kesalahan Lo waktu di restoran!" Sentak Alkana.Arum mendesis pelan, apakah harus sekali membahas hal seperti itu saat sedang dirumah sakit, dan saat ada didalam situasi seperti ini?"Bukan begitu tuan, saya hanya khawatir kalau nanti tuan Alkana ikut sakit. Siapa yang akan merawat Oma dan nyonya Lidia, masa saya? Saya kan hanya seorang pelayan," jawab Arum dengan suara datarnya.Alaka menatap sekilas botol minum dan roti yang masih berada ditangan Arum, tanpa memandang wajah Arum. Alkana langsung menyambar botol dan roti itu.Arum terkekeh pelan melihat tingkah Alkana, "Bilang aja laper!" T
Read more
BAB 11
"Brisik kamu, kamu hanya seorang pelayan!" Sentak Mona.Arum menyerit kaget mendapatkan bentakan dari Mona, ingin rasanya dia mendorong tubuh Mona kuat-kuat. Tapi kembali lagi dia sadar posisinya Disini hanya sebagai pelayan."Arum, kamu siapkan baju mamih. Sama sekalian bersihkan diri kamu!" Titah Alkana dengan tegas, Arum hanya acuh lalu masuk ke dalam rumah."Pokoknya aku ga mau tau, kita harus cepet-cepet nikah! Biar aku bisa terus pantau kamu kemanapun kamu pergi!" Seloroh Mona.Mata Alka membulat mendengar penuturan dari kekasihnya itu, menikah? Jangankan memikirkan untuk menikah. Memikirkan masalah yang ada di keluarganya saja bikin kepalanya sudah hampir mau meledak."Astaga Mona, ya ga bisa gitu dong! Kamu tau kan, kita belum dapat restu dari Oma" bujuk Alka.Mona hanya mencebik kesal, "Itu hanya alasan kamu, pokoknya aku mau kita cepat menikah! Kalau tidak aku mau bunuh diri!" Ancam Mona. Alkana langsung memeluk tubuh Mona erat."Jangan gitu dong, iya-iya. Aku usahain deh, a
Read more
BAB 12.
"Ya emang mau masuk!" Jawab Mona, dia langsung menyelonong masuk kedalam rumah Alkana. Susah tidak ada lagi kecanggungan yang Mona rasakan, mungkin karena hubungan antara Mona dan Alkana sudah lama.Mona langsung duduk di sofa dengan gayanya yang so cantik, Arum bahkan bergidik melihat wanita itu."Cepat panggilkan Alkan!" Perintah Mona, Arum hanya mencebik kesal lalu naik ke lantai dua menuju kamar Alkana.Nyonya Lidia sudah berangkat ke kantor seperti biasanya, hanya saja kemarin dia akan pulang lebih cepat untuk memantau keadaan Oma, ntah kenapa Alkana masih dirumah dan belum berangkat ke kantor. Dan tidak penting juga bagi Arum untuk mengetahui hal itu.Arum sudah berdiri didepan pintu kamar Alkana, wanita itu mengetuk pintu dengan pelan sambil memanggil anak majikanya itu."Tuan Alkana! Ada nona Mona!" Arum sedikit berteriak."Tuan!" Panggil Arum sekali lagi, melihat tidak ada sahutan dari balik pintu Arum berniat akan membuka pintu kamar Alkana, tangan kanannya sudah siap di kno
Read more
BAB 13.
"Arum, buka pintunya!" Teriak Alkana dari balik pintu. "Buka saja Arum," Arum menganggukan kepala mendengar penuturan Oma.Setelah membuka pintu kamar Arum melihat Alkana sedang menggandeng mesra tangan Mona.Arum dapat melihat dengan jelas tatapan Oma yang tidak suka, apalagi saat melihat kedua pasangan itu masuk kedalam kamar Oma."Mau apa?" Tanya Oma datar."O-oma, aku sama Mona mau minta restu. Sebentar lagi kami akan menikah," tutur Alka.Arum seketika membelakakan kedua netranya kaget, bagaimana bisa seorang Alkana secara serius akan memilih Mona untuk dijadikan seorang isteri, seorang Mona? Sungguh tidak habis pikir.Sedangkan Oma wanita itu menggelengkan kepalanya."Maaf tuan, apa tuan lupa saat ini kondisi Oma harus tetap stabil. Dan tidak boleh tertekan, sepertinya saat ini bukanlah waktu yang tepat untuk membicarakan hal penting itu. Mengingat kesehatan Oma yang jauh lebih penting," Arum berkata panjang lebar.Arum sangat peduli dengan kesehatan Oma, bukan karena dia cembu
Read more
BAB 14.
Mendengar ancaman dari Alkana, mereka langsung dengan tergesa menutup pintu pagar rumah mewah itu dan menguncinya."Apa kalian tidak bisa berjaga dengan benar!" Sentak Alkana tertuju pada satpam dan pada bodyguard nya itu.Mereka semua langsung menundukan kepala, tidak ada yang berani sama sekali menjawab pertanyaan Alkana."Udah lah sayang, emang siapa sih pria itu?" Tanya Mona dengan suara manjanya pada sang kekasih.Alkana mengguar rambut hitamnya dengan kasar."Apa perlu aku jelaskan panjang lebar padamu?" Tanya Alkana sinis.Mona langsung menggelengkan kepalanya, Alkana mengajak Mona untuk masuk kedalam rumah."Bersikaplah seperti tidak terjadi apa-apa, jangan sampai Oma tau kalau Danial datang kembali kerumah ini." Ucap Lidia.Mereka semua berkumpul diruang tamu."Jadi hal penting apa yang kamu bicarakan dengan Oma?" Tanya Lidia pada Alkana.Alkana menatap netra Mona lekat, kemudian menarik nafasnya pelan."Alkana ingin menikahi Mona, mamih" ujar Alkana berterus terang. Lidia ya
Read more
BAB 15.
Ternyata nasib Lidia dan Dira sama. Sama-sama menjadi janda kaya dan mempunyai anak satu.Tak selang lama, Mona tampak muncul dari dalam kamarnya yang ada dilantai satu. Gadis itu terlihat cantik dengan balutan dres selutut berwarna ungu."Hallo tante, Oma" sapa Mona manis.Arum bergidik mendengarnya, sedangkan Oma hanya terdiam enggan rasanya berlama-lama berada dirumah ini."Makan malam dulu aja yuk?" Ajak Mona di jawab anggukan oleh bundanya Dira."Lebih baik kita bicarakan saja dulu hal penting tentang pertunangan kedua anak kita," tutur Lidia menolak dengan sopan ajakan calon menantunya itu."Emm, baiklah kalau begitu. Sebentar akan saya bawakan minuman dulu," pamit Dira. Wanita itu berjalan menuju kearah dapur."Sebenernya kami juga punya pelayan, tapi kalau Malam pulang. Datang pagi pulang sore," Mona mencoba mencairkan suasana tegang diantara dua belah pihak keluarga ini."Iya, maaf yah merepotkan" timpal Lidia. Mona hanya tersenyum ramah, andai sifatnya juga seramah senyumann
Read more
BAB 16.
Arum yang melihatnya mulai merasa gerah, padahal AC didalam mobil ini sudah menyala sejak tadi."Kita ke butik dulu kan?" Tanya Mona pada Alkana sambil menggenggam erat tangan kekasihnya itu, seolah enggan untuk melepaskannya barang sekejap mata saja."Iya kebutik dulu, nanti langsung pulang aja yah? Ga perlu jalan-jalan. Soalnya ga bebas ada yang ngikutin," sindir Alkana sambil melihat kearah belakang dimana Arum duduk."Oke siap," jawab Mona manja.Mereka bertiga sampai di butik mewah, butik yang sudah menjadi langganan keluarga Alkana sejak pria itu masih kecil."Ayo turun," ajak Alkana pada Mona."Aku ikut turun, tuan?" Tanya Arum polos. Daripada nanti dia turun tapi ternyata tidak disuruh turun, kan lebih baik bertanya."Ya iyalah ikut turun, kan nanti Lo yang harus bawain barang-barang kita!" Sungut Mona, kesal dengan pertanyaan yang Arum lontarkan."Udah sayang, sabar. Jangan marah Mulu, Arum emang gitu lemot," ujar AlkanaArum hanya mendengus kesal, andai saja Lidia tidak meny
Read more
BAB 17.
Alkana mengantar Arum ke rumahnya, sebelum dia pulang ke rumah."Huh, cape banget pergi dari siang. Malem gini baru sampe rumah, mana dijadiin obat nyamuk sama pasangan bucin ini," runtuk Arum dalam hati."Mampir dulu yah?" Tawar Tante Dira, suaranya yang keras bisa Arum dengar walaupun dia berada didalam mobil. Jelas saja wanita itu tidak diajak turun oleh Alkana dan Mona."Tidak usah Tante, sudah malam. Lagian kayanya Mona cape," jawab Alkana sopan."Awas saja kalau sampe mampir!" Gerutu Arum."Yaudah kalau gitu, hati-hati yah. Makasih nak," Ujar Dira.Dira memang terlihat baik, walau wajahnya terkesan judes mirip sekali dengan anaknya Mona."Aku pamit ya, sayang." Pamit Alkana pada Mona. Mona langsung menganggukinya.Alkana kembali ke dalam mobil setelah berpamitan."Kenapa muka Lo? Ditekuk gitu? Makin jelek aja Lo!" Ledek Alkana saat melihat Arum dengan keadaan yang sudah tidak beraturan.Wajah gadis ini tampak sangat kelelahan, rambutnya juga sudah mulai lepek tak terurus."Ga pa
Read more
BAB. 18
Sebelum bisa benar-benar tertidur Arum memikirkan kedua orang tuanya dirumah. Karena semenjak dia dirumah ini, Arum sama sekali belum memberi kabar kepada orang tuanya. Dan orang tuanya juga tidak pernah memberikan kabar pada dirinya.*Waktu berjalan sangat cepat, hari ini adalah hari dimana Alkana dan Mona akan mengikat sebuah ikatan sebelum pernikahan, semua sudah dipersiapkan. Dari mulai barang bawaan yang akan dibawa oleh keluarga Alkana.Bukan keluarga besar tapi hanya keluarga inti."Siapa saja yang nanti akan ikut Oma?" Tanya Arum pada Oma saat dirinya sedang menyuapi wanita paruh baya itu bubur ayam."Tidak ada, hanya kita berempat. Juga beberapa pelayan dan bodyguard," jawab Oma disela dia mengunyah makanannya Netra Arum terbelalak kaget, karena biasanya kalau acara pertunangan akan dihadiri oleh keluarga besar, baik dari pihak perempuan dan pihak laki-laki."Keluarga besar Oma, tidak ikut?" Tanya Arum ragu-ragu "Tidak, mereka ada di kampung. Terlalu jauh untuk datang kesi
Read more
BAB 19.
"Apakah ada tamu?" Tanya Oma saat Arum baru saja masuk kedalam kamar Oma."Tidak Oma," jawab Arum menutupi kedatang Tuan Danial tadi."Terus kenapa tadi Lidia menyuruhmu pergi?" Oma kembali bertanya, rasa penasaran kini menyelimuti pikiran Oma.Mungkin Lidia tidak memberikan sebuah alasan kepada Oma, saat dirinya meminta Arum untuk keluar dari kamar ini.Arum terdiam sejenak, mencoba berfikir alasan apa yang akan dia berikan kepada Oma."Ah itu Oma, tadi tuan Alkana minta dibuatkan jus jeruk." Pungkas Arum, ntah sejak kapan wanita ini menjadi pandai sedikit dalam hal berbohong.Oma hanya menganggukan kepalanya.Di tempat lain, tepatnya didalam kamar. Lidia sedang mengajukan beberapa pertanyaan kepada Alkana."Apa yang manusia licik itu katakan padamu tadi?" Tanya Lidia."Dia memintaku, untuk mengizinkan dia hadis diacara pertunangan besok malam," jawab Alkana sambil mendudukan tubuhnya diatas ranjang kamarnya."Berani sekali dia berbicara seperti itu, pokonya mamih ga mau kalau Dania
Read more
PREV
123
DMCA.com Protection Status