BAB 32Semua pekerja menunduk, tidak ada yang mau mundur satu pun. “Maaf, Non. Kami akan berubah,” kata mereka serentak.“Oke kalau kalian bisa berubah, tapi kalau karakter seperti A itu masih ada dalam diri kalian. Saya tidak akan berpikir dua kali untuk mengeluarkan siapa pun.”Breefing ditutup. Pekerja bubar. Waktu sudah lewat jam makan malam gara-gara kericuhan ini. Kak Daffa menyelesaikan pembayaran dua pekerja. Mereka pulang malam itu juga.Aku dan Kak Daffa duduk di sofa mewah ruang keluarga. Istirahat, menenangkan diri.“Kenapa, sih, Kak, di sini mesti ada banyak bodyguard?”“Menjalankan bisnis di bidang ritel kadang butuh tukang pukul. Banyak mafia atau sebatas preman jalanan di negeri ini.”“Tapi, kok, Kakak gak pernah bawa bodyguard.”“Kakak gak takut mati. Mau mati, ya, mati aja.” Pria yang sekarang ini bermimik serius melirik. “Pintar juga kamu. Dari mana tahu kisah begitu?”Aku tersenyum manis. Berkedip manja. “Dari cerita buku.”Kak Daffa ikut tersenyum.“Jadi, ini yang
Read more