“Andre!” Aku melambaikan tangan dan segera menghampiri pria yang baru saja mendekati gedung fakultas.Andre tersenyum manis dan memelankan langkah. “Hai, Risa.”Lima langkah, aku mendekatinya. “Aku udah ngerjain yang kemarin, loh.”“Oke nanti aku cek.”“Udah dapat ide film yang mau kita garap?”“Ada beberapa, nanti kita meeting lagi.” Raut ramah itu tak kehilangan senyuman.“Oke.” Aku tersenyum bersemu.Setiap kali melihat Andre dan sikap hangatnya, bunga-bunga seperti mengelilingiku.“Kita kumpul di dalam aja bahasnya. Duluan, ya.”“Hu'um.”“Cek, cek, cek. Apa, sih, yang lo lihat dari Andre?” seloroh Natasya tepat di sampingku.“Dia itu baik, ramah, lucu, terus pinter. Gemesin banget.” Mataku tak bisa beranjak dari punggung Andre. Dia sudah melewati tangga fakultas dan hilang di balik pintu kaca.Natasya membuang napas kasar.“Gue rasa mata lu bermasalah. Gara-gara tiap hari liat dua cowok ganteng.”“Kak Mandala sama Kak Daffa maksud lo?”“Siapa lagi,” selorohnya sambil jalan duluan.
Read more