PERMINTAAN GILA KAKAKKU

PERMINTAAN GILA KAKAKKU

By:  Nendia  Updated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
37 ratings
140Chapters
65.2Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Akibat pura-pura hamil, Klarisa dan Daffa dituntut untuk menikah. Pada awalnya tidak ada cinta antara keduanya, hingga yang dilakukan adalah menjalani skenario nikah kontrak. Namun, apa dengan tinggal bersama tidak akan tumbuh cinta antara keduanya? Ikuti keseruan bagaimana dua orang pemilik karakter unik ini menjalani pernikahan.

View More
PERMINTAAN GILA KAKAKKU Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Trie Zahra Qolby
lanjut terus thor,, selalu gk sabar nunggu bab terbarunya
2024-04-21 05:10:42
0
user avatar
Mrs. Azzura
kok udah ditamatin aja sich thor? pdhl msh gntung bgt tuch bgmn sovia sbnrx apkh daffa sekali lg akan termkn hasutanx sovia? brhrpx daffa gk emosian kyk dl lg kami sabar kok thor nunggu up nya
2024-03-05 00:05:20
0
user avatar
Riska Rahmalia
cerita ini masih ada lanjutannya kah?
2023-12-06 17:53:13
0
user avatar
Risma Aprilia
saya suka,ceritanya bagus banget.......
2023-12-01 06:43:37
0
user avatar
SerenaCurly
bagus banget dah seneng bacanya
2023-10-27 16:58:20
0
default avatar
Khalisa Aiza
sangat bagus
2023-10-22 15:11:49
0
user avatar
Serly Bybasari
cerita ini mengandung bawang kasian andreeeee
2023-10-17 16:43:46
1
user avatar
Atiah
aku baca yang kedua x nya ter nya lanjut setusi asal jangan retak lagi rumah tangga nya Thor kasihan klarisa nya
2023-09-29 13:37:40
0
user avatar
Irvana Nurmawati
lanjut lagi Thor penasaran lanjutan rumah tanggaxa Dafa ma klarisa, apalagi ya cobaan n ujian mereka, n gimana kisahxa kak mandala...️🫰
2023-09-26 11:38:38
4
user avatar
dhee_n@
ini statusx msih bersambung thor, apa ad kemungkinan masih ad lnjutanx thor? stdakx bonchap msh mw lht daffa menmbal sobekan2 RTx, membahagiakan kel kclx aplg risa msh trauma smpe ad adekx cila thor... berkali2 ulang bc ttp sj nyesek... yok bs thor...
2023-09-24 22:06:42
2
user avatar
Yuliani Yuliani
ditunggu kelanjutannya kk🤍🤍 sampai tamat ya kk
2023-09-20 01:33:01
1
user avatar
Faraza24
seru ceritanya, bikin penasaran,jadi pengen baca teruuuuus
2023-09-19 07:25:31
1
user avatar
Rustini
lanjut dong ceritanya...
2023-09-16 00:00:36
1
user avatar
Septi Nur Ariani
cepat di lanjut ya kak authorrr sempet nangis bombay gra2 risa
2023-09-15 14:03:56
1
user avatar
Asroatul Hasanah
lanjutannya mana nih kak
2023-09-12 02:43:28
1
  • 1
  • 2
  • 3
140 Chapters
PGK 1
“Ayo dong, Ris!”“Ih, kagak.”“Please ....”“Ogah!”“Sekali aja.”“Sekali gue bilang kagak. Berarti kagak. Paham!”Kakakku memutar kursi kerjanya. Merogoh sesuatu dari kantong celana jeans dengan sedikit kesusahan.“Padahal gue mau kasih duit!” serunya sambil menghitung lembaran-lembaran merah.Wah. Duit itu? Lumayan banyak juga. Mata ini jadi terasa berbinar melihat kecerahannya.Bedak, lipstik, skincare, sabun lulur, baju baru, dan benda-benda yang ingin kubeli melayang-layang di depan mata. Oohhh, sungguh menggiurkan.Tunggu Klarisa! Jangan mata duitan. Inget kerjaan apa di balik uang itu? Lebih baik enggak, deh. Enggak!“Em ... berapa itu?” Aku mengintip di belakang Kak Mandala, mengesampingkan benak yang sedang perang.“Lumayan lah. Buat lo shopping.” Pria jomlo ini memutar kembali kursinya. “Tapi kalo lo gak mau, ya, gue tinggal cari yang lain.”“Tambahin, lah. Lima juta.” Aku mengedipkan sebelah mata.”“Gila lu. PSK aja kagak segitu.”“Sialan!” Aku memukul tangan Kak Mandala ya
Read more
PGK 2
Hamil?OMG!Emang bikin anak kek ngupil. Sedetik langsung dapet.Aku mencubit paha Kak Daffa. Bisa kupastikan, di balik kain hitam ini, lapisan kulitnya sedang meradang.Kak Daffa menyembunyikan sakit dengan sedikit meringis dan senyum yang dipaksakan.“Kenapa, Sayang? It's oke, no problem. Kehamilanmu bukan untuk disembunyikan.” Kak Daffa menepis tanganku.“Kamu ngomong apaan, sih, Beb?” Aku melirik Tamara dengan senyum tak enak.Sumpah. Ini parah, sih. Kerjaan dari Kak Mandala gak pernah bener. Selalu menjatuhkan harga diri.“Lo hamil?” Tamara mengernyit jijik.“Cewek gue emang lagi hamil.”“Pede banget. Tante ... tahu?”“Bukan urusan dia.”“Ih, parah banget sih lo, Daf.”“Gue emang separah itu.”Kak Daffa menatap Tamara cukup serius.“Ra, gue minta lo mundur dari perjodohan ini. Gue gak mungkin sama lo karena Klarisa udah hamil. Jadi, gue gak mungkin ninggalin dia. Sebaiknya lo cari cowok lain. Jangan mau menjalani hubungan yang tujuannya cuma buat bisnis.”“Aku sayang sama kamu be
Read more
PGK 3
Kak Daffa berlari mendekat. Dia membuka pintu mobil dan sedikit mendorong tubuhku. Detik kemudian, terdengar suara kendaraan terkunci.Aku duduk gusar. Nengok ke belakang melihat keadaan. Tampak dua wanita yang turun dari Lamborghini—Tamara dan maminya Kak Daffa.Tamara pasti sudah bilang kejadian malam ini. Kalau saja Kak Daffa tidak membuat skenario kehamilan, aku mungkin tidak akan sepanik ini.Dua hal yang bisa kuprediksi mungkin akan terjadi. Pertana, mami Kak Daffa memakiku dengan sebutan jalang, wanita murahan, dan hal semacamnya. Lalu memintaku menggugurkan kandungan.Atau yang ke dua, bisa saja kami dinikahkan secara paksa. Ini yang gak boleh terjadi.Aku menggigit bibir. Membayangkan bagaimana hancurnya hidupku kedepannya nanti.Kak Daffa terlihat berdebat dengan maminya. Sesekali Tamara ikut menimpali. Apa yang mereka katakan? Aku tidak tahu. Suaranya di dalam sini kedap.Aku pernah bertemu dua kali dengan maminya Kak Daffa. Entah dia kenal aku atau tidak. Yang pasti dia ta
Read more
PGK 4
“Andre!” Aku melambaikan tangan dan segera menghampiri pria yang baru saja mendekati gedung fakultas.Andre tersenyum manis dan memelankan langkah. “Hai, Risa.”Lima langkah, aku mendekatinya. “Aku udah ngerjain yang kemarin, loh.”“Oke nanti aku cek.”“Udah dapat ide film yang mau kita garap?”“Ada beberapa, nanti kita meeting lagi.” Raut ramah itu tak kehilangan senyuman.“Oke.” Aku tersenyum bersemu.Setiap kali melihat Andre dan sikap hangatnya, bunga-bunga seperti mengelilingiku.“Kita kumpul di dalam aja bahasnya. Duluan, ya.”“Hu'um.”“Cek, cek, cek. Apa, sih, yang lo lihat dari Andre?” seloroh Natasya tepat di sampingku.“Dia itu baik, ramah, lucu, terus pinter. Gemesin banget.” Mataku tak bisa beranjak dari punggung Andre. Dia sudah melewati tangga fakultas dan hilang di balik pintu kaca.Natasya membuang napas kasar.“Gue rasa mata lu bermasalah. Gara-gara tiap hari liat dua cowok ganteng.”“Kak Mandala sama Kak Daffa maksud lo?”“Siapa lagi,” selorohnya sambil jalan duluan.
Read more
PGK 5
“Gak mau.” Aku menggetok Kak Daffa dengan gagang sapu. “Eh!” Pria tinggi itu mengusap ubun-ubunnya. “Dikasih yang enak gak mau.” Kak Daffa balik kanan. Dia mendekati meja dapur lalu buat kopi sendiri. Emang dasar, tamu kurang asem. “Ngapain ke sini. Kak Mandala aja belum pulang.” “Mau nginep gue.” “Ih, kenapa? Udah gak punya rumah?” “Diusir gara-gara hamilin anak orang.” Aku ternganga. Lalu mendekati Kak Daffa dan melihat raut wajahnya. “Serius?” “Hm.” “Terus?” “Gak ada terus.” Pria itu sudah menuangkan air panas pada gelas kopi. Kepulan asapnya membuat ruangan ini harum. Seperti di rumah sendiri, Kak Daffa bawa kopi dan gitar ke belakang rumah. Apa cowok emang gitu? Diusir cuek aja. Ah, tapi peduli amat apa yang terjadi dengan hidup Kak Daffa. Toh, dia emang sengaja bikin ulah. Lebih baik lanjut nyapu biar cepet rebahan. Baru beres nyapu empat kamar, terdengar Mama masuk rumah sambil berucap salam. “Risa sudah pulang?” “Udah, Ma.” “Kakak kamu sudah pulang juga?” Mam
Read more
PGK 6
BAB 6Gara-gara gak bisa nebeng. Aku harus berangkat naik angkot lalu pindah ke busway. Dua kali naik turun busway, barulah sampai halte dekat kampus.Dari sini, jarak masih 200 meter. Itu baru sampai gerbang depannya saja, belum masuk fakultas.Jam delapan lebih sepuluh menit, aku terengah-engah di depan ruang berpintu kaca buram. Mengatur napas sebelum masuk kelas.Gara-gara Kak Daffa kurang asem, aku harus lari-larian begini.Aku hati-hati membuka pintu. “Permisi, Prof.”Lelaki beruban yang sebagian rambutnya sudah tak tumbuh itu menurunkan kaca mata. Dia sedang duduk di depan kelas. Melihat laptopnya dengan jarak begitu dekat. Sepertinya perkuliahan baru saja dimulai.“Ka ... Karisa?”“Klarisa, Prof.”Prof Hendo melirik jam. “Anak sekarang, diberi toleransi sepuluh menit harus dimanfaatkan. Kau pikir itu diskon?” Pria itu kembali pada laptopnya.Aku menghela napas lalu masuk dan duduk di kursi paling belakang.Baru menghela napas panjang tiga kali, seseorang menyodorkan minum.Aku
Read more
PGK 7
BAB 7Rabu pagi. Aku sudah melihat pemandangan tak mengenakkan. Rencana meeting hari ini harusnya jam sepuluh, tapi Natasya dan Mita sudah datang dari jam delapan.Lihatlah! Mita sibuk curi perhatian sama Mama. Dia bantuin buat kue segala. Kalau Natasya sibuk deketin Kak Mandala. Mereka lagi nyanyi-nyanyi berdua di belakang.Kesel kalau lihat Kak Mandala didekati cewek-cewek. Ini bukan hanya berlaku sekarang, tapi dari dulu. Semua teman yang dekat denganku bukan semata-mata ingin berteman, tapi ingin kenal sama kakakku.Heran. Kenapa Kak Mandala laku banget, tapi aku enggak. Padahal kan pengin dikejar-kejar cowok juga.Pesona Kak Mandala bukan hanya terlihat di mata teman-teman saja, tapi di mata keluarga juga. Setiap ada perkumpulan keluarga yang jadi perhatian ya Kak Mandala. Dia ditanya ini itu, kalau aku dicuekin. Enggak tahu kenapa. Perasaan aku gak jelek-jelek amat.Jam sepuluh, suasana mulai baik. Andre datang. Kami pun bisa serius mendiskusikan projek, tapi itu hanya berlaku s
Read more
PGK 8
BAB 8Saat tersadar, aku sedang berbaring di sofa hitam. Kuedarkan pandangan ke seluruh ruang sambil mencoba duduk.Aku berada di ruang luas berdinding granit putih. Di belakang tempatku duduk ada jendela lebar tertutup tirai tipis. Sedikit sekali furnitur di ruang ini. Hanya ada lemari panjang menghiasi sisi kanan, tingginya tak lebih dari satu meter, bunga dan beberapa guci kecil menghiasi bagian atasnya. Empat sofa membentuk huruf U. Lampu kristal menggantung di tengahnya. Harum pewangi ruangan menyegarkan.Dua laki-laki bertubuh besar berdiri membelakangi. Mereka bersiaga di dekat pintu. Pakaiannya hitam-hitam, serupa bodyguard di film-film.Ah, baru ingat. Tadi sepertinya aku diculik. Tapi siapa yang melakukan ini? “Hai, kalian! Tidak salah membawaku ke tempat ini.” Aku coba mengorek informasi.Sekilas tadi berpikir, jika aku diculik mafia perdagangan manusia. Biasanya disekap di gudang-gudang, tapi ini bukan gudang, ini ruangan mewah.“Diam!” Suara bariton itu dingin. Dia hanya
Read more
PGK 9
BAB 9Malam yang gerah. Kipas angin berputar ke kanan dan kiri. Mama sedang membaca di ruang tamu. Kak Mandala terdengar memainkan piano di kamarnya. Tak perlu heran jika setiap waktu kakakku itu bermain musik. Selain hobi, dia juga bekerja sebagai sound effect di perusahaan media. Sering kali dia mengarang lagu untuk iklan, berita, atau yang lainnya.Aku mendekati Mama. Jarang-jarang beliau santai begini, biasanya kalau sedang ada pesanan kue, sampai malam menghabiskan waktu di dapur.“Ma, tadi aku ketemu sama papinya Kak Daffa.”“Kok, bisa ketemu. Ketemu di mana?”“Di rumahnya, tadi pulang sama Kak Daffa, mampir dulu ke rumahnya.” Aku mengarang cerita. Gak mungkin jujur diculik karena pura-pura hamil.“Dia bilang apa?” Mama masih fokus sama bukunya.”“Dia bahas papa, katanya papa orang yang jujur dan bijak.”Mama melepas kacamata lalu melihat bola lampu. Wanita yang tubuhnya seukuran denganku ini seperti sedang menerawang jauh.“Harimau mati meninggalkan belang. Gajah mati meninggal
Read more
PGK 10
BAB 10Mobil yang sudah dimodifikasi ini terlihat lebih mewah isinya. Aksesoris lengkap dengan kursi yang pastinya nyaman. Selain Om Handri, ada dua pria berseragam hitam di dalam sini.“Om pangling lihat kamu. Kirain tadi bukan Klarisa.”Aku melihat kerudung sendiri. Baru sadar kalau penampilan berbeda.Aku mengangguk dan tersenyum. Benak sibuk berpikir, mau apa Om Handri berkunjung ke rumah? Jangan-jangan naksir Mama.“Rajin sekali kamu, hari minggu masih sempat-sempatnya galang dana.”“Bukan kerajinan Om, emang gak ada kerjaan.”“Bukannya istirahat, cape kan setiap hari kuliah.”“Ah, kuliah cape apa, Om. Yang ada sok sibuk aja. Hehe ….”Om Handri ikut tertawa ringan. Sepanjang obrolan dia lebih banyak tersenyum.Pria dengan gestur berwibawa ini melirik kembali. “Daffa sering main ke rumahmu?”“Cukup sering.”“Beberapa hari lalu menginap di rumahmu bukan?”“Om, tahu?”“Tentu … menurutmu seperti apa Daffa?”“Kak Daffa baik, meski terlihat nakal dan sering bikin ulah.”Om Handri menga
Read more
DMCA.com Protection Status