Semua Bab Gadis Milik Tuan Mafia: Bab 31 - Bab 40
45 Bab
Gadis Milik Tuan Mafia [Bab 31]
"Apa kau yang melakukan semua itu?" pertanyaan Glen membuat lawan bicaranya meneguk saliva kasar. Tatapan tajam itu sangat menusuk, begitu mengintimidasi seolah tidak memberikan kesempatan untuk melawan. "Kau yang ingin membunuh Aiko, iya,'kan?" tanyanya lagi karena pertanyaanya tidak diindahkan. "Bu—bukan aku, aku tidak akan pernah membunuh putriku sendiri," jawab Mr. Eloise. Pria tua itu kaget saat Glen tiba-tiba datang dan mengatakan kalau Akiko hampir dibunuh oleh seorang, padahal dia sendiri saja kesusahan untuk bertemu Akiko. "Tidak perlu berbohong, aku sudah mengetahui segalanya. Kau selalu menyiksa Aiko, kau menciptakan trauma besar padanya sampai dia takut untuk disentuh," desis Glen sembari duduk di sofa dan menyalakan rokok. "Jujur saja, dulu aku memang sangat membenci Akiko. Tapi semenjak menyadari kesalahanku, aku sangat menyesal sudah memberikan dia padamu sebagai tawanan. Bahkan, jika bisa aku ingin mengambil dia kembali untuk memperbaiki hubungan kami. Aku berani be
Baca selengkapnya
Gadis Milik Tuan Mafia [Bab 32]
Di sebuah taman rumah besar, Glen tengah berdiri sambil menghembuskan asap rokoknya. Di hadapannya sudah ada sang paman alias papanya Daisy, mereka saling menatap tajam seolah sedang bergelut dalam diam. "G-Glen, apa yang kau lakukan di sini?" tanya sang paman kaget karena setelah sekian lama baru bertemu Glen lagi. "Kenapa suaramu gemetaran seperti itu? kau pasti sudah tahu tujuanku datang ke rumahmu," Glen tersenyum menyeringai, membuang sisa rokok dan menginjaknya di tanah. "Di mana Daisy?" tanya Glen langsung pada inti. "Aku tidak tau, dia belum kembali sejak satu minggu yang lalu," jawab pria tua itu. "Paman tau, aku paling tidak suka orang yang pandai berbohong. Asisten pribadiku mati, gadis berhargaku terluka parah sampai tidak bisa bergerak. Kau pikir, bocah seperti Daisy bisa melakukan semua itu sendirian? kau pasti campur tangan membayar 3 orang untuk membunuh gadisku," geram Glen sambil berjalan mendekati pamannya. "Atas dasar apa kau menuduhku, Glen? aku adalah Pamanm
Baca selengkapnya
Gadis Milik Tuan Mafia [Bab 33]
Pagi ini, Akiko duduk di kursi taman karena Glen membawanya untuk menghirup udara segar. Pria itu juga duduk di sampingnya sambil minum kopi, menikmati sejuknya pagi sambil terus melingkarkan tangan di pinggul Akiko posesif. "Kau suka udara di luar sini?" tanya Glen, disahuti dengan anggukan pelan Akiko. "Di apartemenku tidak ada taman, apa perlu aku beli rumah supaya kau lebih betah?" tawar Glen. "Sejak kapan kau peduli tentang hal seperti itu?" jawab Akiko sambil menatap pria di sebelahnya. Glen tersenyum, mengusap wajah gadisnya lembut karena luka di wajah sendu itu mulai sembuh. Entah kenapa, Glen merasa menyesal menerima fakta bahwa pertemuan mereka bukan berasal dari hal baik. Andai sejak awal Glen bersikap baik dan menunjukkan cintanya, pasti Akiko tidak akan menganggapnya seburuk itu. "Bolehkah aku datang ke pemakaman Hans?" tanya Akiko. "Iya, nanti malam kita akan pulang ke apartemen. Tunggu Mommy pulang dari rumah sakit," sahut Glen. Beberapa saat kemudian, suara mobil m
Baca selengkapnya
Gadis Milik Tuan Mafia [Bab 34]
Satu minggu berlalu, hubungan Glen dan Akiko membaik seiring berjalannya waktu. Pria itu juga tidak pernah marah dan melakukan kekerasan lagi, bahkan sering sekali memperlakukan Akiko secara lembut. Tapi hal tersebut justru membuat hati Akiko berkecamuk, dia tidak ingin jatuh hati pada psikopat kejam itu. "Tapi … dia memberikan kehangatan yang tidak pernah aku dapat sebelumnya," benar, Akiko merasa aman dan hangat ketika Glen bersikap baik padanya. Berbeda saat pria itu sedang marah, nyawanya seolah tidak berharga lagi. Saat ini, gadis berambut pendek itu sedang menatap ke cermin yang ada di kamar mandi. Tubuhnya semakin kurus, takdirnya sangat kejam sampai harus merasa sesakit ini. Tubuhnya terus digerogoti oleh penyakit mematikan, mentalnya selalu hancur oleh orang-orang sekitar, tapi kenapa dia tak kunjung meninggal? ingin sekali rasanya menukar nyawanya dengan orang-orang yang ingin hidup. "Aiko," suara panggilan serta ketukan pintu dari Glen membuat lamunan Akiko buyar. "Kau b
Baca selengkapnya
Gadis Milik Tuan Mafia [Bab 35]
Glen masih terlelap dalam tidurnya, tapi dia segera bangun ketika merasakan hal aneh. Dia sadar bahwa Akiko tidak ada di rengkuhannya, terlebih lagi ada noda darah di bantal yang Akiko gunakan. Ini masih jam 4 pagi, tidak mungkin Akiko bangun untuk membuat sarapan. Jadi dia pikir, Akiko mungkin sedang pergi ke toilet. Tapi selang 15 menit menunggu, Akiko tak kunjung datang. Karena khawatir, Glen beranjak bangun untuk mencari gadisnya itu. Pertama di ruang utama, kamar lama, dapur, dan gudang sudah dia cek tapi tidak ada tanda-tanda keberadaan Akiko. Glen menelepon Akiko, sayangnya ponsel Akiko tergeletak di meja kamar begitu saja. Saat Glen benar-benar frustasi, dia melihat ada bayangan seseorang di balkon. "Aiko," panggilnya, melihat Akiko yang duduk bersandar di tembok sambil menatap kosong ke pemandangan kota. "Apa yang kau lakukan? Di sini dingin, ayo masuk." Glen menghampiri Akiko yang tak menghiraukan kedatangannya sama sekali. "Aiko, kau pasti masih mabuk," ucap Glen karena
Baca selengkapnya
Gadis Milik Tuan Mafia [Bab 36]
"Kanker … darah? kenapa kau tidak mengatakan apapun padaku?" tanya Glen pada Akiko yang berdiam diri di tempat. Gadis itu menghela nafas singkat, kemudian mengambil kertas tersebut dari tangan Glen. "Untuk apa aku mengatakannya? lagi pula kau tidak akan peduli," mendengar jawaban Akiko, Glen langsung mendorong tubuh kurus itu hingga membentur tembok. Lalu mencekik lehernya kencang sampai Akiko meronta-ronta kehabisan nafas. Namun, beberapa saat kemudian gadis itu justru terdiam lalu menekan tangan Glen agar lebih kencang mencekik lehernya sendiri. Ketika dia sudah di ambang kematian, Glen langsung melepaskan cekikannya dan memeluk tubuh Akiko erat walau sudah lemas tak sadarkan diri. "Bodoh … katakan padaku segalanya, katakan padaku tentang dirimu, tentang apa yang kau mau. Kau boleh menjadikan aku rumahmu. Kau tidak sendirian lagi," tangis Glen pecah. Tangannya gemetaran sambil terus mengusap wajah pucat Akiko dengan nafas yang sangat lemah. Kemudian, Glenn segera beranjak membawa
Baca selengkapnya
Gadis Milik Tuan Mafia [Bab 37]
Glen terbangun dari tidurnya karena suara alarm, tiba-tiba dia panik karena mimpi buruk soal kematian Akiko yang terus membuatnya khawatir. Gadis itu tidak ada di tempat tidur lagi sehingga Glen buru-buru mencari. Ternyata, Akiko sedang memilih pakaian kotor untuk dimasukkan ke dalam mesin cuci. "Aiko, apa yang kau lakukan sepagi ini?" tanya Glen sambil mengusap wajah gusar. "Aku selalu bangun di jam yang sama," sahut Akiko seadanya. Dia sudah hafal pekerjaan membersihkan apartemen, sehingga tau jam berapa dia harus bangun. "Tinggalkan semua itu, mulai sekarang kau tidak perlu mengerjakan apapun. Aku sudah memanggil pembantu untuk menggantikanmu," ujar Glen sambil menarik tangan Akiko agar berdiri. Gadis itu nampak bingung, tapi dia hanya mengikuti Glen sampai suara bel terdengar. "Masuklah," titah Glen pada seorang wanita tua. Dia sudah membawa koper karena akan tinggal di apartemen itu agar bisa menemani Akiko jika Glen sedang bepergian. "Seperti yang sudah aku jelaskan, tugasmu
Baca selengkapnya
Gadis Milik Tuan Mafia [Bab 38]
"Glen, sudah berhari-hari kau tidak bekerja dengan baik. Kau tidak perlu mengorbankan banyak waktu untukku," ucap Akiko karena Glen sering kali tidak masuk kantor dan memilih mengajaknya jalan-jalan atau istirahat di rumah. Bahkan, pria itu nampak kerepotan sendiri karena banyaknya pekerjaan bertumpuk.Pria dengan tubuh kekar itu menarik Akiko ke dalam pelukannya sambil tersenyum. "Justru, aku akan kehilangan banyak hal jika tidak bersamamu. Kau sudah minum obat pagi ini?" Akiko mengangguk berbohong, dia sering memuntahkan obatnya jika Glen tidak mengawasi. Dia benar-benar tidak ingin berusaha sedikitpun. "Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat lagi, tapi sebaiknya kau istirahat sepenuhnya siang ini karena malam nanti bisa memakan banyak tenaga," ujar Glen. "Kau mau mengajakku ke mana?" tanya Akiko. "Taman bermain, aku tebak kau pasti belum pernah ke sana," kata Glen sambil terkekeh pelan. Pria itu sudah mencari tau di internet tentang hal-hal yang disukai seorang gadis. Ternyata ada
Baca selengkapnya
Gadis Milik Tuan Mafia [Bab 39]
"Aiko … Aiko…," lirih Glen sambil membuka mata. Tangannya bergerak ke sekitar, mencari keberadaan gadisnya yang entah di mana. "Glen," suara lembut itu membangunkannya. Dengan cepat dia duduk, tapi dia langsung terdiam melihat padang rumput yang sangat luas. Di hadapannya ada Akiko yang tersenyum manis dengan memakai dress warna putih, membuat gadis itu terlihat lebih cantik dengan tiupan angin yang membelai rambut pendeknya. "Kau baik-baik saja?" tanya Glen sambil mengusap wajah Akiko yang dingin. "Tempat ini sangat indah, ya?" ucap Akiko. Membuat Glen segera mengalihkan pandangan pada luasnya padang rumput dan hamparan bunga-bunga kecil. "Tapi sayang sekali, kita tidak bisa menghabiskan waktu bersama di sini," lanjut Akiko sambil berdiri sehingga Glen mengikutinya. "Kenapa? aku bisa di sini bersamamu sampai kapanpun," sahut Glen. "Tidak bisa, kau harus pulang sekarang," ujar Akiko melepaskan genggaman tangan Glen. Pria itu menggeleng cepat, kemudian hendak menyusul Akiko. Sayan
Baca selengkapnya
Gadis Milik Tuan Mafia [Bab 40]
"Kau yakin bisa menyetir?" tanya Akiko memastikan saat mereka ingin pergi ke panti asuhan. Dia khawatir Glen memaksakan diri hanya untuk mengantarnya. "Yang sakit itu kepalaku, Aiko. Kaki dan tanganku baik-baik saja," jawab Glen sambil memasangkan sabuk pengaman pada gadis di sebelahnya. Lalu, tanpa basa-basi mencium pipinya singkat. Kemudian ia mulai menyetir sambil sesekali menggenggam tangan Akiko yang dingin. Mereka baru saja pulang dari rumah Mommy-nya Glen. Pria itu sudah membeli mobil baru dengan mudahnya, karena tentu mobil lamanya sudah rusak akibat kecelakaan. Rencananya, mereka akan pulang ke apartemen malam ini setelah dari panti asuhan karena Akiko harus minum obat. Tapi sebelum pergi, mereka sempat membeli barang dan makanan untuk dibagikan ke anak panti asuhan. "Kenapa kau sangat peduli pada anak itu? bukankah dia hanya anak yang bertemu denganmu di jalan?" bingung Glen. "Nasibnya kami sama, orang tuanya benar-benar jahat. Jika tidak ada aku, dia sudah mati di tangan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status