All Chapters of Pendekar Tiga Iblis: Chapter 11 - Chapter 20
113 Chapters
11. Burung Dibawa, Istri Melayang
“Benar-benar cari mati kau, Ki Rumpuk!” teriak Ratu Senja melihat lawan lelakinya telah berkelebat dengan membawa sangkar yang berisi burung sakti.Set!Baru saja hendak mengejar Ki Rumpuk, Ketinting Uwok cepat mengarahkan tangan kanannya ke arah tongkatnya yang menancap di tiang bambu rumah Ratu Senja.Ketika gerakan menarik dengan tenaga dalam yang besar, tongkat itu tercabut dan melesat mundur sendiri menyerang Ratu Senja yang bergerak. Ternyata lesatan tombak itu menghalangi langkah Ratu Senja, sehingga dia tertahan.Sambil menahan luka parahnya di bahu belakangnya, Ketinting Uwok dengan tangkas menangkap batang tongkatnya yang seperti tombak.Setelah itu, Ketinting Uwok memutar-mutar tongkatnya yang ujung-ujungnya menusuk ke arah Ratu Senja.Lagi-lagi Ratu Senja mengandalkan ilmu Tinju Belut Peri untuk menantang tusukan lancip tongkat tersebut.Satu jengkal sebelum pertemuan terjadi, mata lancip tongkat terpeleset tanpa menyentuh tinju Ratu Senja.Keterpelesetan itu membuat Ketin
Read more
12. Kesepakatan Dua Wanita
Ratu Senja telah tiba di pinggir Sungai Ukirati, tepatnya di kediaman Iblis Jelita. Dia membawa sangkar yang berisi burung sakti peninggalan mendiang Pendekar Tabur Bunga.Dia memandang ke rumah bambu yang ada di tengah-tengah sungai. Dilihatnya ada seorang anak lelaki bertelanjang dada sedang menonjoki buah kelapa yang digantung. Posisinya membelakangi arah keberadaan Ratu Senja.Ratu Senja lalu melompat dan berlari di atas titian seutas tambang yang menghubungkan darat dengan rumah bambu. Tidak butuh waktu lama untuk sampai di rumah tengah sungai tersebut.Jleg!Ratu Senja sengaja sedikit memperkeras pendaratan kakinya di lantai bambu agar si bocah yang sedang menonjoki buah kelapa mendengar kedatangannya.Benar saja, anak itu sontak menghentikan aksinya dan cepat menengok. Dia pun terkejut melihat siapa yang telah ada di belakangnya.“Eh, Nyai Sakti!” sebut anak yang adalah Ardo Kenconowoto. Dia segera berbalik dan menjura hormat.“Rupanya kau, Aldo,” ucap Ratu Senja pula cukup ter
Read more
13. Empat Tahun Kemudian
“Dua puluh, Nyaiii!” teriak Ardo saat kepala dan wajahnya keluar dari dalam air sungai.Ardo telah menjadi seorang remaja tanggung yang tampan dan semakin berotot. Rambutnya pun semakin gondrong. Empat tahun telah berlalu. Benar dugaan Iblis Jelita, Ardo semakin dewasa semakin tampan.“Naiklah, ada tugas untukmu!” perintah Iblis Jelita yang saat itu sedang memilah dan memilih buah leunca.Dia memilah dan memilih buah untuk sayur itu bersama Ratu Senja. Namun, ada yang aneh dari kedua wanita dewasa itu.Setelah empat tahun berlalu, wajah keduanya semakin terlihat cantik dan lebih muda, seperti gadis berusia di bawah tiga puluh tahun, padahal usia mereka hampir kepala empat. Sepertinya mereka sukses berbagi resep awet muda yang mereka dapat dari burung sakti, yang hingga saat ini burung tersebut masih sehat bugar.Bruss! Jleg!Kini, Ardo tinggal melakukan lompatan untuk naik dari air sungai dan mendarat di lantai bambu rumah Iblis Jelita.Terlihatlah penampilan Ardo yang sudah bertubuh
Read more
14. Daun Pusaka
Untuk naik ke rumah tinggi Iblis Sirih, Ardo Kenconowoto harus lewat pohon. Setelah ambil ancang-ancang, Ardo berlari naik seperti seekor kucing naik pohon. Gerakannya tidak berhenti menginjak satu dahan naik ke dahan lain, seiring satu tangannya berpegangan. Dia tahu-tahu sampai di lantai teras rumah Iblis Sirih.Dengan berada di teras, Ardo bisa melihat seorang lelaki berusia empat puluh sembilan tahun sedang duduk bersila sambil menulis dengan lidi di lembaran daun sirih.“Sembah holmatku, Gulu,” ucap Ardo sembari menjura hormat di teras.“Apa yang kau bawa, Ardo?” tanya Iblis Sirih tanpa menoleh kepada anak itu.“Sayul nangka muda, Gulu,” jawab Ardo sambil menunjukkan bingkisannya.“Kau yang memasaknya?” tanya Iblis Sirih, kali ini dia menengok kepada Ardo.“Bukan aku, tapi Nyai Sakti,” jawab Ardo.“Itu baru bagus. Kemarikan. Jika kau yang buat, pasti tidak enak,” kata Iblis Sirih sumringah.Ardo pun masuk dan memberikan bingkisan yang dibawanya kepada Iblis Sirih yang tidak berju
Read more
15. Gangguan di Pasar
Anggar Sukolaga dan Aninda Maya berjalan menuntun kudanya di antara kios-kios para pedagang pasar Gampartiga. Pasar itu memiliki jalan pembelah yang lebar, sehingga orang berkuda pun bisa leluasa berburu belanjaan.Beruntungnya para pedagang di pasar itu, pengunjung pasar selalu ramai dari pagi hingga sore. Pagi adalah puncak ramainya.Saat itu masih siang menuju sore. Sambil berjalan, Anggar Sukolaga memandang ke berbagai arah pasar. Pandangannya jauh-jauh, seperti mencari sesuatu yang tertentu, bukan bermaksud berbelanja. Sementara Aninda memerhatikan berbagai dagangan yang digelar, barang-barang yang tidak ada tersedia di rumah.Anggar Sukolaga akhirnya melihat apa yang dicarinya, yaitu ikatan kain merah di tiang sebuah saung sederhana di ujung sudut pasar. Posisi saung itu agak tinggi karena dibangun di atas tanah yang lebih tinggi dari tanah pasar yang rata.“Aninda, Ayah ingin menemui teman Ayah di saung sudut pasar sana,” kata Anggar Sukolaga kepada putri cantiknya. Keterangan
Read more
16. Perkelahian Anak Muda
Plok plok plok!“Wah wah wah! Anak cadel bisa jadi pahlawan sekarang. Hebaaat!”Tepukan tangan dan pujian yang bernada mengejek itu membuat Ardo Kenconowoto dan Aninda Maya menengok ke sumber suara. Mereka melihat Anoman, Gugusan dan Kuncung berjalan mendekat sambil tepuk tangan dan tersenyum mengejek.“Jangan berbuat jahat lagi kau, Anoman. Atau aku akan bertarung melawan kalian!” ancam Aninda Maya sambil memegangi tali kendali kudanya yang baru saja diserahkan oleh Ardo.“Aku takuuut! Hahaha!” ucap Anoman dengan mimik pura-pura takut tapi serius mengejek dan tertawa bersama dua sahabatnya.“Kami sudah selesai denganmu, Aninda. Urusan kami sekarang dengan si cadel itu,” kata Gugusan lalu menunjuk wajah Ardo yang hanya diam memandangi ketiga orang yang suka mem-bully-nya.“Walaupun dengan Aldo!” sentak Aninda mendelik marah, kian membuat kecantikan gadis itu menarik untuk diganggu.“Aldo? Hahaha...!” Anoman tertawa kencang yang diikuti oleh tawa Gugusan dan Kuncung yang sama-sama meny
Read more
17. Nenek Ayu Abadi
Empat tahun telah berlalu.Ardo Kenconowoto telah tumbuh menjadi seorang pendekar muda berusia 20 tahun yang gagah rupawan. Kesempurnaan kerupawanannya membuat dia selalu terlihat tampan jika dipandang dari sudut mana pun. Kecuali pada satu kondisi, yaitu di saat dia bersin.Di tengah Sungai Ukirati, tidak begitu jauh dari rumah bambu tengah sungai milik Iblis Jelita, Ardo Kencowoto sedang berlatih serius.Dia terlihat sangat hebat karena dia dengan bebas bergerak di permukaan air. Langkah kakinya bebas menginjak permukaan air yang mengalir tanpa tenggelam, kecuali sebetis saja. Padahal sungai itu dalam.“Hup!” pekik Ardo yang saat itu hanya bertelanjang dada dan bercelana sedengkul. Dia melakukan lompatan salto tinggi, tapi dari depan ke belakang.Cprak!Ardo menjadarat dengan bagus di air, setelah mendapat dua kali putaran salto yang sangat cepat. Dia tetap tidak tenggelam, seolah-olah kakinya berpijak pada sungai yang sangat dangkal.Setelah mendarat, Ardo tidak jeda, tetapi langsu
Read more
18. Pendekar Tiga Iblis
Iblis Jelita berdiri tenang di atas titian yang hanya seutas tali tambang. Dia memandangi air sungai di titik jatuh dan tenggelamnya Nenek Ayu Abadi.Byuar!Dari dalam air, dari titik yang berbeda, melompat keluar sosok nenek berjubah kuning lalu mendarat di lantai bambu teras rumah Iblis Jelita. Nenek yang kuyup itu masih memegang tongkatnya. Tatapannya tajam kepada gadis cantik berpakaian biru yang berdiri tenang dan seimbang di atas tambang. Iblis Jelita telah mengubah arah hadapnya.Serss!Dari arah hulu, Ardo Kenconowoto melesat di atas permukaan air dengan mengendarai sebatang kayu. Dia yang usai menumbangkan tiga orang penyerangnya, segera pulang ke rumah saat melihat ada pendekar tua yang datang kepada gurunya.Jleg!Ardo melompat dari kendaraannya dan mendarat satu tombak di depan Nenek Ayu Abadi dengan tatapan yang tajam pula.“Bial aku yang melawannya, Nyai Sakti!” seru Ardo.Tatapan tajam Nenek Ayu Abadi jadi berubah kerutan kening saat mendengar ada yang ganjal dari cara
Read more
19. Kuku Iblis Betina
Ardo Kenconowoto yang telah diberi gelar Pendekar Tiga Iblis oleh gurunya, Iblis Jelita, masih duduk berlutut di depan sang guru yang duduk di balai-balai bambu.“Ulurkan kedua tanganmu!” perintah Iblis Jelita.Ardo pun mengulurkan kedua tangannya dengan telapak terbuka ke atas. Ardo memandang dan menunggu pusaka jenis apa yang akan diberikan kepadanya.Iblis Jelita lalu meletakkan kedua telapak tangannya pada telapak tangan muridnya.“Tahan!” perintah Iblis Jelita.“Iya, Nyai,” ucap Ardo.Ardo lalu mengerahkan tenaga saktinya untuk menahan ketika dia merasakan ada energi yang menekan kedua telapak tangannya. Energi itu keluar dari kedua telapak tangan Iblis Jelita seiring munculnya bias sinar ungu. Sinar ungu itu seperti sedang terhimpit oleh dua telapak tangan yang saling menekan.Ardo merasakan kedua telapak tangannya panas, tapi tidak sepanas api. Dia pun bisa merasakan ada energi yang mengalir masuk ke dalam tangannya. Tangan-tangan keduanya sempat gemetar karena menahan energi y
Read more
20. Lima Tangan Maut
Ardo Kenconowoto terus berkuda menuju Tebing Pahat. Dia akan tiba di sana menjelang senja. Ardo sudah beberapa kali datang ke Tebing Pahat, tempat tinggal Iblis Satu Kaki. Jadi dia bisa mengukur durasi perjalanannya.Tidak seperti ketika pergi ke kediaman Iblis Sirih yang lancar seperti jalan tol bebas hambatan, kali ini Ardo tertarik untuk berhenti melihat satu peristiwa.Dia menghentikan kudanya di pinggir jalan. Ada tanah lapang di sisi kiri yang konturnya lebih rendah dari tanah jalanan. Di sana sedang terjadi pertarungan yang tidak seimbang, lima orang lelaki sedang mengeroyok satu orang lelaki. Jadi semuanya lelaki.Kelima lelaki yang berpakaian kuning-kuning tapi berbeda model, memiliki usia yang beragam. Ada yang muda sampai usia separuh baya. Kelimanya bersenjatakan tongkat besi pendek, tetapi pada satu ujungnya memiliki replika logam bentuk tangan. Ada tangan mengepal milik Rungga Kasa, ada tangan mencakar milik Srikil, ada tangan yang jari-jarinya lurus semua milik Suganda,
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status