Share

14. Daun Pusaka

Untuk naik ke rumah tinggi Iblis Sirih, Ardo Kenconowoto harus lewat pohon. Setelah ambil ancang-ancang, Ardo berlari naik seperti seekor kucing naik pohon. Gerakannya tidak berhenti menginjak satu dahan naik ke dahan lain, seiring satu tangannya berpegangan. Dia tahu-tahu sampai di lantai teras rumah Iblis Sirih.

Dengan berada di teras, Ardo bisa melihat seorang lelaki berusia empat puluh sembilan tahun sedang duduk bersila sambil menulis dengan lidi di lembaran daun sirih.

“Sembah holmatku, Gulu,” ucap Ardo sembari menjura hormat di teras.

“Apa yang kau bawa, Ardo?” tanya Iblis Sirih tanpa menoleh kepada anak itu.

“Sayul nangka muda, Gulu,” jawab Ardo sambil menunjukkan bingkisannya.

“Kau yang memasaknya?” tanya Iblis Sirih, kali ini dia menengok kepada Ardo.

“Bukan aku, tapi Nyai Sakti,” jawab Ardo.

“Itu baru bagus. Kemarikan. Jika kau yang buat, pasti tidak enak,” kata Iblis Sirih sumringah.

Ardo pun masuk dan memberikan bingkisan yang dibawanya kepada Iblis Sirih yang tidak berju
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Rudi Hendrik
hahahahaha sepsrtinya gitu. untuk semwntara faham ini yg diadopsi
goodnovel comment avatar
Nova Alexandria
beda ya Om kucuran kencing duda dengan pria beristri? kalau pria selingkuh mungkin iya beda. miring mungkin. gegara dihantam lutut istri... bukan Om lho yg aku maksud...
goodnovel comment avatar
Rudi Hendrik
jiahahaha ikutan cadel
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status