"Ini untukku?" Melihat gadis kecil itu mengangguk antusias, Floren tersenyum senang. "Terima kasih. Bunganya sangat cantik. Siapa namamu, Sayang? Oh." Namun, ia dibuat terkejut ketika mengetahui gadis itu, yang sejak tadi terus melukis wajahnya dengan senyuman manis, ternyata penyandang disabilitas. "Maafkan aku." Floren segera menjatuhkan lutut, memeluk gadis itu yang juga langsung melingkarkan tangan ke lehernya. 'Kenapa rasanya begitu menenangkan. Melihat gadis ini, aku seperti melihat diriku sendiri,' ujarnya dalam hati. Sejenak, ia menikmati momen tersebut—rasa hangat yang semakin menjalar ke relung hati. Untuk pertama kalinya juga ia merasa begitu dekat dengan orang asing. Bahkan saat di rumah sakit dulu ketika ia menenangkan gadis depresi, rasa tidak seperti ini. Memejamkan mata, Floren seakan larut ke dalam perasaan yang membuatnya enggan melepaskan pelukannya. Gadis itu seperti bagian dari dirinya yang selama ini terpisah. Aroma manis gadis itu seketika bisa meleburkan
Last Updated : 2024-01-25 Read more