Semua Bab Pasangan Kencan Butaku Ternyata Bos di Tempat Kerja: Bab 201 - Bab 210
229 Bab
201
"APA?!" Bram menggeram kesal mendengar perkataan Sayuti. sudah dia prediksi hal seperti ini cepat atau lambat akan terjadi, namun ketika sudah tiba saatnya terjadi, hatinya belum juga sanggup menanggungnya. "Apa om pikir aku sudah gila? istriku sedang kesusahan, aku malah akan meninggalkannya? apa yang terjadi juga belum terbukti dia yang melakukannya!" "Bram! yang dibunuh itu ayahmu sendiri! apa sebegitu bencinya dirimu pada ayahmu, sehingga tidak peduli. Kamu malah mempedulikan pembunuh itu!" Nirmala yang hatinya sedang kacau jelas tidak terima mendnegar Bram membela istrinya. "Ini belum persidangan, kenapa kalian sudah mengecapnya bersalah?" "Aku tidak peduli, akan aku pastikan perempuan sialan itu akan membusuk di penjara!" Nirmala berteriak tidak terima. Bram duduk dengan tenggang, tangan lelaki itu mengepal kuat, sepertinya semua orang sedang memojokkannya akibat tuduhan kepada istrinya itu. Bram sudah menyewa pengacara, pengacara juga mengatakan sulit mengeluark
Baca selengkapnya
202
Walaupun berita tersebut sudah diblokir, mendatangi media tersebut dan menutup mulut mereka, Niko juga mengerahkan para hacker untuk memblok sosial media, namun berita itu bocor juga. Hal itu jelas membuat Bram panik, ada dua orang kali ini yang harus dijaga perasaannya, istrinya dan neneknya. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana kondisi Dhea jika tahu berita di luaran sana menyudutkannya. Mungkin di dalam sel penjara hidupnya juga tidak tenang, sementara neneknya yang terlihat begitu sayang padanya, juga sayang pada cicit menantunya itu bagaimana bisa menghadapi jika cicit menantunya itu yang telah membunuh anak kandungnya. Sementara itu, di hari pertama Dhea masuk ruang tahanan, di dalam ruangan sudah ada lima wanita yang juga masuk ke sana dalam rangka menunggu nasib mereka yang akan diputuskan oleh pengadilan. Dhea bukannya tidak tahu jika di rumah tahanan ataupun sel penjara adalah tempat berkumpulnya para kriminal, pasti tidak akan lepas dari kekerasan. Tetapi mendengar
Baca selengkapnya
203
"Jadi, siapa diantara kalian yang akan kuhabisi duluan? Membunuh orang sudah menjadi pekerjaanku. Aku adalah pembunuh bayaran! orang yang baru saja kubunuh adalah seorang petinggi sebuah perusahaan, orang kaya dan berpengaruh. Membunuh kalian bagiku itu sangat mudah, aku dulu pernah menjadi wanita militer yang ditugaskan di Papua! Sekarang, maju! siapa yang mau kubunuh terlebih dahulu!". "Ah, tidak! tidak!" Mereka berteriak ketakutan mana kala Dhea berdiri dan akan menghampiri mereka. Romlah bahkan gemetar ketakutan, wanita itu sampai bersujud meminta ampun. Diikuti yang lainnya. "Ampun, Nona. Maafkan kami, maafkan kami." "Kalau begitu, mulai dari sekarang, kalian jangan pernah mengganggu dan mengusik ketenanganku. Aku sedang banyak pikiran, jika banyak pikiran aku akan emosional, mudah marah dan mudah menghabisi orang." "Baik, Nona. Baik!" ***** Sudah tiga hari Dhea mendekam di dalam tahanan, perasaannya semakin gelisah. Dia benar-benar tidak tahu bagaimana kabar di lua
Baca selengkapnya
204
Bram memang bertekad untuk menyerahkan semua saham dan juga jabatannya, hidup istrinya lebih penting. Harta dan jabatan bisa dicari lagi, seandainya dia butuh waktu lama untuk memulihkan kondisinya, dia tidak akan terlantar-terlantar amat karena saham lima persen sudah cukup untuk menghidupi dirinya dan keluarganya, dia juga sudah memiliki omset dan property yang cukup, rumah sudah punya, baik di jakarta ataupun di Palembang. Tetapi ketika di pulang dari menjenguk Dhea di tahanan, hatinya mulai bimbang mana kala mendengar kabar jika nenek Hartina dilarikan ke rumah sakit. Nenek dalam kondisi shock dan tidak sadarkan diri. Beberapa jam setelah nenek pingsan, diapun sadar kembali. "Nenek, bagaimana kondisimu?" tanya Bram dengan kuatir "Bram ... benarkah apa yang dikatakan Nirmala?" tanya nenek dengan suara lemah. "Apa yang dikatakan oleh wanita itu?" "Dia bilang, istrimu yang telah membunuh ayahmu, benarkah itu?" suara nenek bergetar, di usianya yang sudah tua ini, dia tidak san
Baca selengkapnya
205
Pagi itu Bram berangkat ke kantor, hari ini tenggat waktu yang diberikan oleh Sayuti untuknya mengambil keputusan. Ketika sampai di lobi, dia bertemu dengan Nirmala dan Siska. Kedua wanita itu masih bisa tersenyum dan berbicara dengan akrab, hal itu tentu saja sangat membuat Bram berang. "Nirmala! apa sebenarnya yang kau inginkan? kenapa kau mengusik nenekku?" Nirmala terkejut hingga tatapan matanya melebar, di hadapannya anak tirinya sudah menatapnya dengan tajam, tatapan yang bisa saja bisa membunuh jika itu adalah sebilah pedang. "Kau memanggil namaku saja? biar bagaimanapun aku ini ibu tirimu, tidak adakah rasa hormatmu pada orang yang lebih tua? setidaknya kau hormati ayahmu!" "Apa kedudukanmu minta dihormati? seorang perusak dan pelakor sepertimu masih butuh dihormati? sekarang kau menemui nenekku untuk mengadu domba istri dan nenekku, jangan salahkan semua orang karena tidak menghormatimu, karena kelakuanmu sendirilah yang membuat orang tidak akan pernah menghormatimu!"
Baca selengkapnya
206
Hingga di ruang rapat tinggal tersisa keluarga Sayuti, Hanafi dan Nirmala. sementara Arjuna sudah sudah pergi entah kemana. "Tidak aku sangka ternyata hanya segitu rasa cinta Bram pada istrinya?" gumam Sayuti. "Sebaiknya kita tidak membicarakan hal seperti ini di sini, di sini dinding saja mempunyai telinga. Ayo kita ke rumahku saja," ujar Hanafi langsung bangkit dari tempat itu. Mereka bergegas memakai mobil sendiri-sendiri menuju sebuah vila milik Hanafi. Di rumah itu, hanya Hanafi, Sayuti dan Nirmala yang bertemu. Sementara anak-anak mereka kembali bekerja ke kantornya masing-masing. Sayuti dan Hanafi bahkan tidak membawa istrinya masing-masing. Sepertinya pertemuan ini memang menjadi pertemuan rahasia mereka. "Sebenarnya aku tidak percaya kalau istri Bram itu membunuh Mas Anggara. Dipikir seperti apapun itu tidak masuk akal," ujar Nirmala yang duduk di tepi kolam renang sambil menyesap teh hijau dari Tiongkok "Menurutmu siapa yang membunuh Anggara? Aku sudah bertemu de
Baca selengkapnya
207
"Mbak Dhea hamil?" ujar Neneng dengan wajah pias Mereka juga tidak bisa menerka apa yang akan terjadi, kecemasan jelas tergambar di wajah masing-masing. Memikirkan nasib diri sendiri saja mereka tidak mampu, karena akan ada serangkaian sidang yang menunggu untuk menentukan nasib mereka selanjutnya. Mereka tidak bisa membayangkan, beberapa bulan ke depan ada seorang bayi yang akan lahir di penjara, bagaimana Dhea akan memberitahu anaknya jika anak itu lahir dipenjara? sebuah tempat yang sangat tidak dijauhi semua orang apalagi untuk menetap di dalamnya. Huuft ... Dhea menghela napas panjang, dengan pelan dia seka air mata pipinya. Wanita itu menyunggingkan senyum miris, berusaha tegar dengan apa yang dialaminya sekarang. "Ini belum tentu positif, tetapi aku memang sudah telat tiga bulan. Kalau mau lebih akurat ya, dites pakai testpack," ujar Dhea berusaha tersenyum. "Aku akan meminta Bu Poppy untuk membelikan testpack, Mbak. Sebentar, ya ...." Neneng langsung berlari dan mem
Baca selengkapnya
208
Pagi ini Dhea tidak semangat sama sekali. Dia hanya meminum segelas teh manis yang dibuatkan Bu Poppy, Dhea memikirkan bagaimana dia tiga bulan ini berlaku, kemarin lusa dia bahkan menghajar pembunuh mertuanya hingga babak belur, untung saja kandungannya kuat, kalau tidak, entah bagaimana nasib anak dalam kandungannya ini. Bu Poppy hanya memprediksi kehamilan Dhea berdasarkan berhentinya masa menstruasi. Karena fasilitas kesehatan di rumah tahanan ini tentu saja tidak selengkap di rumah sakit atau dokter praktek. Harusnya masa-masa seperti ini menjadi momen bahagia buatnya. Dia akan mendatangi klinik Sania sambil berteriak jika dia hamil. Dia akan memeriksa kandungannya sepuas hatinya di sana. "Dhea Anisa Putri! Ada yang ingin bertemu denganmu!" suara penjaga yang tegas itu memanggilnya. "Mbak Dhea, ada yang datang. Siapa tahu suami mbak. Kasih tahu saja berita kehamilan mbak, agar dia berusaha lebih keras untuk mengeluarkan mbak dari penjara," ujar Neneng yang di iyakan oleh se
Baca selengkapnya
209
Kedatangan Arjuna memang benar memukul mental Dhea hingga tak bersisa. Sejak kedatangan Arjuna, Dhea hanya bisa menangis dan berwajah murung. Teman-temannya bahkan sudah kehabisan cara untuk membujuknya. Ketika ditanya siapa yang datang pun, Dhea tidak mengatakan apa-apa. Sepertinya dia berada di dunianya sendiri. "Mbak Dhea, minum susu kurma ini, pikirkan kondisi bayi dalam kandungan mbak, jika dia kekurangan gizi di dalam kandungan, akibatnya akan fatal sekali,"bujuk Poppy dengan bahasa yang lemah lembut. Disinggung tentang bayinya, Dhea baru merespon. Wanita itu menoleh dan melihat segelas susu kurma yang disiapkan oleh perawat Poppy. Wajah perawat Poppy yang tersenyum tulus, membuatnya terbujuk untuk meminumnya. "Nah, habiskan ya ... Sudah ini minum obat mual dan vitaminnya," bujuk Poppy lagi Melihat Dhea Menghabiskan susu kurma itu, membuat teman-temannya tersenyum lega. Mereka kembali menyemangati Dhea. "Susu kurma bagus, sudah memiliki gizi lengkap. Dulu waktu aku
Baca selengkapnya
210
"San, aku hamil ...." "What?" Sania benar-benar terkejut mendengar kabar tersebut. Spontan gadis itu memegang tangan dan mencari denyut nadi Dhea. "Ya, Tuhan ....." Sebagai dokter kandungan tentu Sania sudah dibekali mendeteksi kehamilan dan mempelajari ciri-ciri fisik wanita hamil. Sania menduga wajah pucat Dhea, lantaran tertekan oleh kasus yang tengah menjeratnya, ternyata lebih dari itu. Ada keponakan yang kini bersemayam ditubuh kakak iparnya, tetapi kenapa saat Dhea mengahadapi ujian sebesar ini? Tanpa disadari Sania sudah menitikkan air mata, ternyata sekeras kepalanya gadis itu masih ada sisi-sisi sensitif di dalam dirinya. "Bagaimana ini? Kondisimu sepertinya tidak baik-baik saja, bagaimana ini?" tanya gadis itu dengan cemas. "Aku baik-baik saja, kau tidak usah kuatir." "Apanya yang baik-baik saja!" bentak Sania tanpa sadar. "Aku harus memberitahu kak Bram, aku__" "Sania, Please! Dengarkan aku!" Dhea segera memotong ucapan sania dan mencegah gadis itu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
181920212223
DMCA.com Protection Status