All Chapters of Menjadi Istri Kontrak Tuan Besar Meier: Chapter 51 - Chapter 60
118 Chapters
Kabar Burung
Dengan muka merah padam, Carlen meraih ponselnya kembali dan mencoba menghubungi Pandu. Cukup lama sampai akhirnya Pandu mengangkat telepon Carlen. “Bagaimana bisa kau tidak memberitahukan padaku informasi sepenting itu?” cercanya. “Maaf, Tuan. Saya tidak mengerti maksud anda,” ujar Pandu. “Marten hendak menikah dengan Anike. Apa benar?” tanya Carlen dengan nada tinggi. “Wah, saya malah baru mendengar berita itu dari anda,” sahut Pandu tanpa rasa bersalah. “Ck! Bagaimana kau ini? Bukankah aku sudah memerintahkan padamu untuk mengawasi Anike?” Carlen mendengkus kesal. “Maaf, Tuan. Pekerjaan di kantor pusat sedang banyak-banyaknya. Saya sedikit kesulitan mengatur jadwal,” dalih Pandu. “Ah, sudahlah!” sentak Carlen. “Aku berangkat ke Jerman sekarang! Carikan tiket pesawat kelas satu hari ini!” “Eh, Tuan ….” Pandu belum selesai berbicara ketika Carlen mengakhiri panggilan. Kini dia beralih menghubungi Marten. Akan tetapi, h
Read more
Gusar
"Tunggu, Tuan. Sebentar lagi. Saya ada satu pertanyaan untuk Nyonya Anike. Satu saja," pinta Pandu sedikit memaksa. "Ah, kamu sama persis dengan majikanmu! Tukang memaksa, " gerutu Marten seraya berlalu. Pria asli Jerman itu mengambil posisi agak jauh dari tempat Pandu dan Anike berdiri. Namun, sorot matanya tak lepas dari mereka berdua. "Anda mau bertanya apa?" ujar Anike ketus. "Apakah anda mencintai Tuan Carlen?" Pandu langsung menembak Anike dengan pertanyaan tepat sasaran, membuat Anike gugup lalu memalingkan muka. "Apa itu penting?" Anike balik bertanya. "Itu pasti, Nyonya. Jika memang anda mencintai Tuan Carlen, saya akan membantu sekuat tenaga untuk menyatukan kalian. Namun jika tidak, saya tidak akan lagi memaksa. Anda bebas memutuskan segala sesuatunya," terang Pandu. "Aku ...." Dada Anike bergemuruh. Dua sisi hatinya kembali berperang antara mengakui perasaan cinta atau menutupinya. Yang jelas, dirinya merasa malu setiap kali membayangkan penolakan Carlen. "Aku tidak
Read more
Penipuan
"Aku sedang tak ingin mendengarkan kabar gembira apapun," sahut Carlen ketus. "Benarkah? Bahkan berita kalau aku akan berlibur ke Indonesia?" timpal Bertha antusias. "Terserah kau mau berlibur ke manapun. Ke segitiga bermuda juga tak masalah, asalkan tak bertemu denganku," tandas Carlen seraya mengakhiri panggilannya. "Siapa, Tuan?" Pandu memberanikan diri untuk mendekat pada Carlen. Carlen segera menoleh ke arah asisten pribadinya itu, lalu tersenyum samar. "Jodohmu, mungkin?" jawab Carlen asal. "Anda jangan bercanda, Tuan." Pandu memaksakan diri untuk tertawa, walaupun dirinya tak menyukai gurauan tersebut. Entah kenapa dirinya saat itu merasa tak ingin dekat dengan wanita manapun, kecuali .... "Anike," gumam Pandu tiba-tiba. "Apa?" tanya Carlen. "Apa?" Pandu malah balik bertanya. "Kau barusan bicara apa?" "Ti-tidak ada, Tuan." Pandu meringis demi menyembunyikan sikap salah tingkahnya. "Ck, baiklah. Aku akan menunggu jadwal penerbanganku di bandara saja," cetus Carlen sera
Read more
Menggali Kenangan
"Berapa lama kau menggeluti usahamu ini?" tanya Carlen dengan memasang raut serius."Setelah aku bercerai dari suamiku," jawab Diana sambil menunduk dalam-dalam."Pernahkah kau berpikir matang-matang sebelum memulai sesuatu? Bisnis itu membutuhkan perencanaan."Iya, aku tahu itu. Hanya saja aku salah dalam mempercayai seseorang," keluh Diana."Jangan berikan kepercayaanmu sepenuhnya. Sama halnya dengan tidak memberikan cinta seutuhnya pada seseorang, sebab jika seseorang itu pergi, maka kau akan kehilangan seluruh hatimu." Tatapan Carlen mendadak kosong. Matanya menerawang ke permukaan meja yang sudah penuh oleh hidangan."Apa ... kamu tidak apa-apa?" tanya Diana ragu saat memerhatikan sikap Carlen yang berbeda."Oh, tidak apa-apa." Carlen seketika tertegun, lalu memaksakan senyumnya. "Berapa yang kau butuhkan?" tanyanya tiba-tiba, membuat Diana sontak mendongak. "Apa kamu yakin?" Wanita cantik itu memandang Carlen ragu-ragu."Kalau aku tidak yakin, aku tidak akan datang kemari," sahu
Read more
Cinta Lama Bersemi Kembali
"Memangnya hati saya papan tulis? Bisa dihapus dan ditulis ulang seenaknya?" balas Anike."Oh, jadi sekarang kau mengakui bahwa di dalam hatimu ada Carlen?" pancing Marten."Bisa tidak, kita tidak usah membicarakan dia?" pinta Anike lesu. Setiap kali dia mengenang punggung lebar dan tegap Carlen yang berjalan menjauh, hatinya selalu terasa perih."Aku tahu, kemarin dia datang ke sini untuk menemuimu," ujar Marten."Iya, dia mengucapkan selamat atas rencana pernikahan kita," sahut Anike seraya berdiri. Didorongnya tubuh Marten perlahan sampai tersedia cukup ruang baginya untuk beringsut menjauh. Anike berniat untuk meninggalkan ruang kerja Marten."Bagaimana menurutmu?" Marten sedikit berseru karena saat itu Anike sudah sampai di ambang pintu."Apanya?" Anike menoleh, lalu menghentikan langkahnya."Tentang rencana pernikahan kita." Marten tersenyum lebar."Bukankah itu hanya sekadar candaan saja, Tuan? Anda tidak serius, kan?" timpal Anike."Apa maksudmu sekadar candaan?" Nada bicara M
Read more
Tawanan Cinta
Hari-hari Carlen terasa berlalu begitu cepat. Dua bulan telah terlewati sejak dia terakhir bertemu dengan Anike. Kesibukan barunya dalam mempersiapkan toko perhiasan Diana, dapat membuatnya sedikit melupakan rasa tak nyaman dalam dada akibat hubungannya dengan istri kontraknya itu.Selama itu pula Carlen tak berniat untuk menghubungi Marten ataupun Anike. Dirinya bahkan membayangkan bahwa dua orang itu telah menikah."Bagaimana menurutmu dengan soft opening hari ini?" tanya Diana, membuyarkan lamunan Carlen."Kurasa semuanya berjalan sesuai yang kita rencanakan. Omset dalam sehari ini juga termasuk tinggi," jawab Carlen."Ini semua berkat dirimu. Entah dengan cara apa aku harus membalas kebaikanmu," tutur Diana lirih. Sorot matanya terlihat begitu mendamba saat menatap wajah tampan Carlen."Kau tidak harus membalas apa-apa, karena apa yang kulakukan ini juga sudah memberikan keuntungan. Fokuslah hanya pada strategi pemasaranmu supaya penjualanmu semakin baik," saran Carlen. "Aku ...."
Read more
Melarikan Diri
"Tidak ada yang gratis di dunia ini, Sayang." Marten terbahak. "Sudah berulang kali kau kuberi pilihan, menjadi kekasih atau tawanan. Namun, kau selalu memilih tawanan. Sebesar itukah cintamu untuk Carlen?" desisnya. "Itu sama sekali bukan urusan anda!" Sekuat tenaga, Anike melepaskan cengkeraman tangan Marten dari dagunya. "Tentu saja ini menjadi urusanku, Anike!" sentak Marten. Sikapnya semakin tak terkendali. Kedua tangannya yang kekar, mencengkeram lengan Anike kuat-kuat. "Hentikan, Tuan. Sakit," rintih Anike lirih. "Biar saja! Biar kau tahu bahwa kau adalah milikku! Selama kau belum bisa mengembalikan lima ratus juta beserta bunganya, maka kau akan tetap menjadi tawananku," tegas Marten. "Anda jahat!" Mata Anike berkaca-kaca. Jika bisa, rasanya dia ingin menerjang pria tinggi tegap di depannya ini, lalu melarikan diri. Akan tetapi, cengkeraman tangan Marten yang semakin erat, menyadarkan Anike bahwa sungguh tidak mungkin mengalahkan pria itu. "Sebenarnya aku bisa bersikap ja
Read more
Bertemu Lagi
Anike duduk meringkuk dengan punggung bersandar di tembok gedung sambil memeluk erat ranselnya. Dadanya berdebar mengingat peristiwa yang baru saja terjadi padanya. Anike menggeleng pelan. Sungguh dia sama sekali tak menyangka bahwa Marten akan tega berbuat demikian. Anike menangis sesenggukan. Ingin sekali dirinya menelepon sang kakak. Namun, Anike tahu bahwa hari itu kakaknya tengah melangsungkan pernikahan. Dia tak ingin mengganggu hari bahagia Tiara dengan segala kesialannya. "Maaf, sedikit lama, Nyonya! Saya harus membereskan pekerjaan lebih dulu," ujar Pandu sambil menepuk pelan pundak Anike. Sontak, Anike berjingkat saking terkejutnya. Dia bahkan hampir terjatuh. Untung saja Pandu segera merengkuh lengan dan membantunya untuk berdiri. "Aduh, kukira anda suruhan Tuan Marten." Anike mengembuskan napas lega ketika Pandu tersenyum lembut kepadanya. "Tuan Marten sudah pergi, Nyonya. Menurut firasat saya, sepertinya dia akan membuktikan ancamannya. "Memangnya dia mengancam apa
Read more
Dewa Penolong
Anike berkali-kali menarik napas panjang demi menetralkan debaran dalam dada. Jantungnya seperti mau meledak saat menatap iris mata biru yang juga tengah memandangnya dengan sorot penuh arti itu. "Apa kabar, Tuan?" sapa Anike dengan suara yang tak terlalu nyaring. "Di mana Marten?" Bukannya menanggapi Anike, Carlen malah mengedarkan pandangan ke sekitar. "Aku melarikan diri darinya," jawab Anike lirih. "Melarikan diri?" ulang Carlen tak percaya. "Kamu kan yang dulu pernah mendatangi rumahku?" sela Diana. Telunjuknya terarah tepat ke arah Anike. "Dia asistenmu itu yang waktu itu ya, Carlen?" tanya Diana sembari mengalihkan pandangan pada kekasihnya. "Bisakah kau menunggu di mobil? Ada hal yang harus kubicarakan dulu dengan Anike," ujar Carlen datar. Namun demikian, punggung tangannya bergerak membelai pipi Diana. Sementara Anike hanya bisa terpaku melihat adegan manis itu. Kedua bola matanya sama sekali tak lepas dari sikap Carlen yang begitu lembut dan penuh perhatian. Sangat ja
Read more
Bersemi Kembali
"Ayo, kuantar." Tanpa permisi, Carlen menggandeng tangan Anike dan menuntunnya sampai tiba di depan pintu kamar yang pernah ditempati oleh Anike."Mana barang-barangmu yang lain?" tanyanya setelah melirik tas ransel yang sedari tadi didekap oleh Anike, seakan itu adalah barang berharga."Tidak ada, Tuan. Aku hanya sempat membawa ini saja waktu melarikan diri," jawab Anike lesu."Oh." Carlen mengangguk. Dia tampak salah tingkah melihat raut wajah Anike yang memelas sekaligus tampak menggemaskan."Masuklah." Carlen kemudian membuka pintu kamar lebar-lebar. "Awalnya, aku berniat menggunakan kamar ini sebagai tempat menginap untuk Diana. Namun, sepertinya dia lebih senang tidur di kamarku.""Oh." Anike tersenyum kecut. Sebisa mungkin dia menyembunyikan rasa sakit hati dan kecewanya.Ragu-ragu Anike melangkah masuk ke dalam kamar. Kenangan indah atas adegan panas yang pernah dirinya lakukan bersama Carlen kembali menyeruak, membuat matanya berkaca-kaca.Carlen bukannya tak tahu saat Anike m
Read more
PREV
1
...
45678
...
12
DMCA.com Protection Status